MENURUT ANDA, BLOG INI ?

Friday, 29 October 2010

PERGOLAKAN AXIAL ANTAR TRINITARIAN VS UNITARIAN

PERGOLAKAN AXIAL ANTAR ALIRAN KRISTEN
Pada mulanya ajaran Yesus dianggap oleh bangsanya sebagai aliran baru dalam agama bangsa Yahudi. Akan tetapi, karena is telah mengalami metamorfose yang sangat jauh dengan konsep ketuhanan yang dianut oleh bangsa Yahudi, maka agama Kristen terpisah dari Yahudi. Agama Yahudi memiliki pengakuan (syahadat) iman: "Syema Yisrael Yahwe Elloheinu Yahwe Ehad" artinya: "Dengarlah, hai orang Israel, Allahmu Yahwe dan Yahwe Esa." Di samping itu, pada awal perkembangannya, is terpecah menjadi dua kelompok besar, yakni kelompok Unitarian dan Trinitian.
Orang-orang Unitarian dalam menafsirkan Kitab Injil bersifat kesejarahan, tidak seperti pendekatan Ortodoks yang dikenal sekarang ini, tidak mencari makna kiasan yang ter- sembunyi (Alegoris) dalam teks Injil, tetapi mereka menerima makna lahir dari sabda Yesus. Mereka juga bersifat kritis terhadap beberapa bagian dalam kitab sucinya yang dipandang ebih kuat daripada yang lainnya. Mereka berpegang teguh pada keesaan Allah dan menolak dogma yang berbau Trinitas/ Tritunggal. Mereka sangat menghormati Yesus dan menjadi kannya sebagai tokoh sejarah. Mereka menolak kata "Anak" ketika menyebutnya. Mereka hidup seperti dicontohkan oleh Yesus. Sebagian tokah terkemuka mereka adalah: Iranaeus (130-200 Masehi), Tertulianus (160 -220 Masehi), Origenes (185:254 Masehi), Diodorus, Lucianus (wafat 312 Masehi), dan Arius (250-336 Masehi). Tokoh-tokoh Unitarian ini dianggap bidat-bidat sesat oleh umat Kristen hingga saat ini.
Dari dua kelompok besar ini, terutama dari Kristen Paulus, dilahirkan puluhan dan ratusan aliran. Setiap aliran memiliki Injil versi golongan sendiri dan menyalahkan Injil versi golongan lainnya, yang jumlahnya hingga ratusan versi. Mereka juga saling menuduh bahwa aliran lainnya dianggap sesat (bidat). Ketika Kaisar Konstantin menyatakan diri masuk Kristen, meskipun masih mempertahankan Paganisme, dia memberikan kebebasan bagi penganut Kristen, sehingga mereka secara terang-terangan berani melaksanakan ajaran Kristen yang masih simpang-siur itu dari pelbagai macam alirannya. Perbedaan-perbedaan inilah yang menimbulkan kerawanan sosial politik dan bisa mengancam kekuasaan kekaisaran Romawi, sehingga Kaisar Konstantin II mengambil keputusan mengundang kelompok Kristen yang bersilang pendapat tersebut untuk menyelenggarakan konsili (Sinode) di Nicea tahun 325 Masehi, sebagaimana yang telah dikemukakan, yakni golongan ajaran Unitarian dan Trinitian.

No comments:

Post a Comment

tinggalkan komentar dan nama anda