MENURUT ANDA, BLOG INI ?

Thursday 20 January 2011

SEJARAH YAHUDI & INJIL PERJANJIAN LAMA 2

ISRAEL DI MASA MODERN DAN POS-MODERN

Lahirnya negara Israel juga sedikit banyak berhubungan dengan kejadian-kejadian berbagai Deklarasi USA dan UK di bawah yang terjadi di jaman Modern (Abad XVII-XX Masehi) dan Pos-Modern (paruh akhir Abad XX Masehi sampai sekarang) ini (selain kaitan antropologis dan historis-agamis antara bangsa-bangsa ini):

BLACKSTONE DECLARATION 1891:

”Why not give Palestine back to the Jews again? According to God’s distributions of nations, it is their home, an inalienable possesion from which they were expelled by force ... Now give Palestine back to the Jews?” - signed by 413 promenade American Political, business, and Religious Leaders, and presented by USA’s President Benjamin Harrison).

Dan sejak Konferensi Zionis pertama di Basel pada tahun 1897 yang melahirkan organisasi Zionis di Inggris (Zionist Federation of Great Britain and Ireland) yang bertujuan untuk mendirikan negara Israel di Palestina yang saat itu berada di bawah protektorat Daulah Islamiyah Turki Usmaniyah (Turki Ottoman), Bani Israil (Yahudi) tak berhenti untuk berusaha mewujudkannya.

Sementara itu, sejak berakhirnya Perang Dunia I dengan Jerman dan Turki Ottoman (Daulah Islamiyah Turki Usmaniyah) sebagai pihak yang kalah, Inggris dan Perancis keluar sebagai pemenang, dan Palestina yang tadinya wilayah Turki lalu berada di bawah lindungan (protektorat) Inggris.

Deklarasi Balfour di Inggris pada 31 Oktober 1917 (saat itu Palestina dikuasai Inggris, setelah pemberontakan Arab dipimpin Sheik Bani Saud terhadap Turki dalam kekhalifahan Daulah Islamiyah Turki Usmaniyah yang didukung Inggris melalui agen rahasianya, Thomas Edward Lawrence/”Lawrence of Arabia”) secara formal menyatakan dukungan Inggris untuk mewujudkan negara Yahudi di wilayah Palestina.

Disebut sebagai Deklarasi Balfour, karena berdasarkan surat dari Arthur James Balfour (Menteri Luar Negeri Inggris) kepada Lord Walter Rothschild pemimpin komunitas Yahudi Inggris saat itu yang berisikan dukungan Inggris terhadap pembentukan Zionis Federation.

Adapun isinya adalah sebagai berikut:

Foreign Office, November 2nd, 1917.

Dear Lord Rothschild,

I have much pleasure in conveying to you, on behalf of His Majesty's Government, the following declaration of sympathy with Jewish Zionist aspirations which has been submitted to, and approved by, the Cabinet:

"His Majesty's Government view with favour the establishment in Palestine of a national home for the Jewish people, and will use their best endeavours to facilitate the achievement of this object, it is being clearly understood that nothing shall be done which may prejudice the civil and religious rights of existing non-Jewish communities in Palestine, or the rights and political status enjoyed by Jews in any other country".

I should be grateful if you would bring this declaration to the knowledge of the Zionist Federation.

Yours sincerely,

Arthur James Balfour

Kemudian setelah itu:

ANGLO-AMERICA COMMITEE 1946:

The fact that the Arabs have a vast hinterland in the Middle-East, and the fact the Jews have nowhere else to go establishes the relative justice of their claims and of their cause ... Arabs sovereignty over a portion of the debated territory must undobtedly be sacrificed for the sake of establishing a Jewish homeland” (presented by Rheinhold Niehbuhr)

Pada masa Perang Dunia II, kaum Bani Israil-Yahudi di Eropa disingkirkan dari Jerman dan ’dibantai' dalam Holocaust oleh pasukan Adolf Hitler dan Nazi Jerman, dan cukup banyak dari mereka menyelamatkan diri ke Amerika Serikat dan Inggris.

Terlepas dari kontroversi mengenai benar-tidaknya Holocaust dan jumlah sesungguhnya yang meninggal, Hitler menganggap mereka adalah bangsa yang mengkhianati, membunuh, menyalibkan Yesus, dan pada kenyataannya di Jerman pada masa itu menurutnya mereka sudah banyak ‘mencuri’ dari bangsa Jerman. Dengan semangat “Deutsche uber alles” (bangsa Aria Jerman di atas semua bangsa lain), maka tentu saja menurutnya ‘parasit’ Yahudi ini harus dibersihkan.

Pada tahun 1948, sesudah pasukan Sekutu dipimpin Amerika Serikat memenangkan Perang Dunia II terhadap Jerman (dan Italia serta Jepang) di tahun 1945, juga saat mandat Inggris berakhir di Palestina dan sebagai hasil deklarasi PBB, negara Israel resmi berdiri. Ini semakin mulus, karena Kekhalifahan Islam terakhir, Turki Utsmaniyah, tumbang setelah Perang Dunia I, pada tahun 1924, dan mencerai-beraikan kesatuan umat Islam menjadi puluhan negara baru yang dibagi berdasarkan romatisme semu wilayah geografis, satu hal yang selama berabad-abad sebelumnya tak begitu dihiraukan muslim.

Maklumat pendirian Israel ini yang kemudian dianggap menganiaya rakyat Palestina, sangat ditentang dan lantas diperangi oleh 5 negara Arab di sekitarnya. Namun dengan bantuan persenjataan dan berbagai macam hal dari Amerika Serikat dan sekutunya, Israel berhasil memenangkan perang Arab-Israel itu secara telak, atau paling tidak mengimbanginya.

Perang Arab-Israel yang kemudian disebut sebagai Perang Enam Hari di dekade berikutnya, menghasilkan hasil kekalahan dan kemenangan perang serta percaturan politik yang cukup berimbang antara Arab dan Israel, yang antara lain memaksa Mesir dan Israel menekan perjanjian damai Camp David, dimotori Presiden Jimmy Carter dari Amerika Serikat.

Dalam rangkaian berbagai perang dahsyat ini, Israel dengan paham Zionismenya yang berkeinginan melanggengkan wilayah Palestina yang telah dicaploknya, didukung Inggris dan Amerika Serikat sejak akhir Perang Dunia II. Patut pula dicatat bahwa negara-negara yang dikenal sangat memusuhi Israel seperti Iraq (terutama di bawah rezim kontroversial Saddam Hussein), Syria, dan Iran, saat ini sedang dalam perang terbuka atau diplomatik yang serius dengan Amerika Serikat dan sekutunya yang dikenal sebagai negara-negara pendukung Israel.

Indonesia sendiri sampai hari ini masih berpendirian untuk tidak mengakui dan memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Solidaritas negara-negara Arab di sekitarnya terhadap Palestina seperti dari pemerintah Suriah, Yordania, Arab Saudi, Iraq, Iran, dan Mesir dengan dibantu pasokan persenjataan dan teknologi militer Uni Soviet; mengakibatkan protes keras, bala bantuan dari negara-negara sekitar terhadap Palestina, dan juga bahkan kemudian rangkaian perang antara negara-negara Arab dan Israel yang menahun, bahkan melibatkan negara-negara beragama Islam lain selain bangsa Arab.

Banyak negara-negara ini dulu berada dalam satu hubungan pemerintahan di bawah Kekalifahan Turki Usmaniyyah dan Bani Abbasiyah Baghdad, bahkan juga Kekhalifahan Islam Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khatthab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Bani Umayyah, Marwani, dan Abbasiyah jauh di masa-masa sebelumnya tentunya.

Israel sendiri selalu didukung penuh oleh Amerika Serikat dan bahkan dalam ”Perang Oktober” yang dimulai dengan serangan Mesir dan Suriah pada Hari Raya ”Yom Kippur” Yahudi 6 Oktober 1973 (Yahudi Israel terhitung kalah di sini), Israel mendapatkan dukungan dana 2,2 miliar dolar dari Konggres Amerika Serikat atas permintaan Presiden Nixon pada tanggal 19 Oktober 1973.

Untuk membalas ini, satu hari kemudian di tanggal 20 Oktober 1973, dilakukan embargo total minyak bumi negara-negara Arab terhadap Amerika Serikat yang didahului penaikan tarif minyak bumi negara-negara Iran dan kelima negara teluk termasuk Arab Saudi sebesar 70% sejak 16 Oktober 1973; sampai diakhiri pada 18 Maret 1974.

Amerika Serikat dan sekutunya kalah total.
Dan kini, setelah sekian lama negara Israel berdiri, mereka berusaha ’menjajah-menguasai’ dunia melalui berbagai cara.

Sejak pertengahan Abad XX Masehi, dengan Corporatocracy atau Neo-Kolonialisme sistem kerajaan global hasil jaringan Corporation(s) perusahaan multinasional-transnasional-global, lembaga keuangan dunia, dengan Autocracy(ies) pemerintahan berbagai negara untuk kepentingan mereka sendiri melalui kaki-tangannya (baik disadari mereka atau tidak) di berbagai ‘negara jajahan’ (termasuk Indonesia) yang dimulai segolongan AS terutama melalui bisnis energi; lengkaplah sudah eksploitasi ketamakan a la Kapitalisme, dan setidaknya langkah AS di bawah George W. Bush-Dick Cheney (dengan perusahaan mereka macam Carlyle Group di bidang senjata, Halliburton di bidang mega-infrastruktur, Arbusto di bidang minyak, dsb.) dan sekutunya (perusahaan lain termasuk negara-negara sekutu) sangat mencerminkan ini.

Istilah "Corporatocracy" ini pertama kali dicuatkan oleh John Perkins, dalam buku fenomenalnya “The Confessions Of An Economic Hit Man”, dengan website http://www.johnperkins.org/

Sebelum bertobat, John Perkins menjadi salah satu dari banyak ”Economic Hit Man (EHM)”, suatu istilah ’kode’ di antara mereka sendiri yang merujuk kepada orang yang ditugaskan untuk dua pekerjaan utama:

1. Membenarkan pinjaman internasional yang besar kepada negara-negara berkembang yang kemudian akan disalurkan kembali kepada perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dan sekutunya seperti ”Bechtel”, ”Halliburton”, ”Stone & Webster Engineering Corporation (SWEC)”, ”Brown & Root” atau ”Kellog Brown & Root”, ”Chevron”, ”Mobil Oil”, dan sebagainya; melalui proyek-proyek rekayasa teknis (engineering), energi, konstruksi raksasa, dan sebagainya.

2. Membangkrutkan negara-negara yang menerima pinjaman itu (setelah negara-negara itu membayar perusahaan kontraktor Amerika Serikat lainnya, tentu saja) sehingga negara-negara itu selamanya akan berhutang kepada kreditor mereka itu dan dengan demikian mereka akan menjadi sasaran empuk dan sekutu yang penurut ketika Amerika Serikat (dan sekutu-sekutunya, mungkin) memerlukan dukungan mereka seperti untuk pangkalan militer, hak suara PBB, atau akses kepada minyak dan sumber daya alam lain.


Caranya, adalah melalui prediksi efek investasi miliaran dolar kreditor di suatu negara yang telah direkayasa agar meyakinkan, terutama melalui telaah dan modifikasi Produk Nasional Bruto (PNB) negara itu; dan karenanya proyek yang diprediksikan menghasilkan PNB tertinggi akan menang. Jika ternyata hanya satu proyek yang dipertimbangkan, maka para EHM perlu mendemonstrasikan dengan meyakinkan, melakukan presentasi yang memukau, bahwa mengembangkannya akan membawa manfaat yang besar bagi PNB negara tersebut.

Aspek yang tak perlu diungkapkan di balik ini adalah, kiranya bahwa proyek-proyek ini dimaksudkan untuk membuat laba yang besar bagi para kontraktor, dan untuk membahagiakan segelintir keluarga kaya dan berpengaruh di negara penerima bantuan; seraya memastikan ketergantungan finansial jangka panjang dan loyalitas politik pemerintah di seluruh dunia terhadap orang-orang dan negara(-negara) pemberi donor.

Maka tentu saja berdasarkan ini semua, semakin besar pinjamannya, hutang yang lebih besar daripada seharusnya, semakin baik untuk mereka para anggota ”Corporatocracy”.

Fakta bahwa hutang yang dibebankan kepada suatu negara kemudian akan menghilangkan alokasi dana kesehatan, pendidikan, dan layanan sosial lainnya bagi rakyat miskin negara itu, tidaklah penting bagi mereka, kiranya.

Menurutnya, INDONESIA adalah salah satu korban mereka, dan ia pernah bertugas di Nusantara Republik Indonesia di awal dekade 1970-an Masehi (atau dengan kata lain adalah di masa Orde Baru Republik Indonesia).

Dan Nusantara Republik Indonesia memang berhutang sangat luar-biasa, dan bahkan secara Riba dengan bunganya (dan bunga berbunga) kepada berbagai lembaga keuangan dan negara dunia (sama saja), saat ini.

Maka, negara-negara yang telah berhasil ia taklukkan atau paling tidak ia ketahui fakta-faktanya tentang operasi super rahasia ini adalah antara lain Ekuador, Indonesia, Arab Saudi, Iran, Panama, Iraq, Kolombia, Venezuela. Pertama, akan dikirimkan agen2 Pembunuh Bayaran Ekonomi (Economic Hit Men) ini dengan berbagai persuasinya (termasuk uang dan seks), dan jika gagal, maka tak segan, mereka mengirim para 'Jackal' (serigala) pembunuh. Jika ini masih gagal, maka dikirimkanlah para tentara, yang diatur dengan seresmi mungkin alasan pembenaran.

Para EHM dan ’serigala’, menemui kegagalan di Iraq, Panama, dan Venezuela namun toh tidak demikian para tentara Paman Samnya yang sukses dengan Invasi oleh Amerika Serikat ke Panama dan Perang Teluknya ke Iraq, juga Afghanistan dan sekitarnya yang kaya sumber daya energi terutama minyak dan gas.

Dan John Perkins mengungkapkan kekhawatirannya bahwa banyak orang biasa di berbagai negara (termasuk di Indonesia, tentunya) yang mungkin secara tak sadar juga menjadi bagian dari sistem Corporatocracy di berbagai sendi sistem pemerintahan, perusahaan, berbagai organisasi, dan dengan sendirinya menjadi alat untuk menekan lawan-lawan kepentingan Corporatocary; dengan cara memanfaatkan kelemahan-kelemahan orang-orang biasa itu seperti melalui lobbying, hadiah, gaji, bonus, pelatihan, pemotivasian, penggalangan opini dan simpati; dan sebagainya, terutama dalam Demokrasi dan Kapitalisme serta Pasar Bebas.

Ia juga khawatir akan wewenang AS yang bebas mencetaki uang Dollar baru (sekaligus bunga-ribanya) dan menyarankan semua negara yang mengutangi AS menagihnya dengan mata uang lain untuk mengurangi dominasi AS (misalnya menggunakan Euro, seperti yang pernah dilakukan Saddam Husein dalam perdagangan minyak Iraq dengan AS, dan membuat murka AS, dan menyerang Iraq).

Dan (tanpa sama-sekali bermaksud rasialis), DALAM KENYATAANNYA, dicampur-tangani banyak kalangan Yahudi-Bani Israil (baik asli maupun pembauran) dan sekutunya, sepanjang sejarah; untuk keuntungannya.

Ada jaringan manusia ‘pengatur’ di balik para manusia pejabat ‘pengatur resmi’ dunia.

Penguasaan energi dan sumber daya alam dengan segala cara a la Corporatocracy ini lahir, terutama setelah USA (dan bangsa Yahudi di dalamnya) belajar banyak dari kekalahan mereka saat kalah babak-belur diembargo muslim dan Arab di dekade 1970-an.

Dan kini kita menemukan bangsa Arab dan mayoritas muslim, tak dapat banyak berbuat karena sudah menjadi sapi perahan Corporatocracy, berhutang kepada mereka, menyia-nyiakan karunia sumber daya alam dari Allah SWT dengan segala potensinya, mubadzir, karena semakin tidak bertakwa, bersyukur terhadapNya.

Maka bila ketaktakwaan itu menipis atau hilang, Allah SWT tak segan menurunkan azabNya.

QS Al Israa’ ayat 7:

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

Dalam potongan ayat QS Al Israa’ 7 (17:07) ini, “ … dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”, maka bahkan Allah S.W.T. pun akan membiarkan mereka (para musuh kebaikan) itu bebas masuk ke dalam masjid (satu tempat yang melambangkan kehormatan dan kesucian muslim), dan membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai ,

Hal ini mungkin saja, jika muslim yang diberi amanah memanfaatkan, menjaga ciptaan Allah S.W.T. tidak (atau tidak lagi) melakukan hal-hal Islami (tidak menjaga amahaNya, antara lain), tidak memenuhi syarat untuk dimenangkan menjadi pemimpin di satu masa itu, di mana kejahatan muslim justru lebih menonjol daripada kebaikannya. Bahkan dalam ayat ini disebutkan sampai-sampai melakukan kejahatan ‘yang kedua’ atau dalm hal ini juga ditafsirkan, bahkan mengulanginya (“ … dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua …”).

Kemenangan, kehormatan, ketinggian derajat dan macam-macam hal terkait janji Tuhan melalui Islam dan segala agamaNya sebelumnya bagi muslim, diberikan, jika muslim melakukan yang diperintahkan Allah S.W.T., jika seseorang itu adalah orang-orang yang beriman, melakukan hal-hal islami.
Daftar Merek Dagang dan/Perusahaan Global Penyumbang kepada Bani Israil (Israel-Yahudi) dalam ikatan Kapitalisme-Pasar Bebas dan Corporatocracy di jaman Modern (Abad XVII-XX) dan Pos-Modern (Abad XX-XXI) ini:

+ A & W
+ AOL
+ AT & T
+ Andrex, Kotex
+ Arbusto Oil
+ Ariel
+ Biotherm
+ British Telecom
+ Boeing
+ Boss
+ Cable & Wireless
+ Coca-Cola (Sprite, Fanta, dll.)
+ Carlyle Group
+ Carrefour
+ Citibank
+ Danone
+ Daimler
+ De Beers
+ Delco
+ Disney
+ Donna Karan
+ Estee Lauder
+ GAP
+ Garnier
+ General Motors
+ Halliburton
+ Huggies
+ Jo Malone
+ Johnson & Johnson’s (dihargai Israel sebagai yang tertinggi)
+ Kentucky Fried Chicken (KFC)
+ Kimberley-Clarke
+ Kit Kat
+ Kleenex
+ L’ Oreal
+ Lamer
+ Lancome
+ Levi’s
+ Libby’s
+ Mac Donald’s (Mac D)
+ Marks & Spencer
+ Marlboro, Benson’s (Philip Morris termasuk Sampoerna yang sekarang milik Philip Morris)
+ Maxwell House Coffee
+ Maybeline
+ Merit, L & M
+ Motorola
+ Nescafe
+ Nestle
+ Nokia
+ Origin Clinique
+ Pampers
+ Perrier
+ Pryca
+ Ralph Laurent
+ River Island
+ Revlon
+ Sanex
+ Sara Lee
+ Selfridges & Co
+ Starbucks
+ Siemens
+ Tchibo
+ Vittel
+ Volkswagen
+ Wrangler
+ Dll. (Chevron? MobilOil?, etc?)

Seorang Ekonom AS bernama Paul Krugman, sebenarnya telah sejak lama menengarai adanya Slow-motion Crisis (krisis gerak lambat) menuju Great Depression (atau “depresi multidimensi dunia” karena semuanya memang berhubungan), dan bobroknya Kapitalisme-Pasar Bebas karena adanya “Bubbles Economy”.

Bubbles Economy ini, adalah fenomena gelembung-gelembung (bubbles) ekonomi, seperti hasil tiupan gelembung air sabun yang membesar cepat namun sebenarnya tak kuat bertahan lama. Dan menurutnya, disebabkan prinsip dasar para investor Kapitalisme hasil pemikiran Yahudi:

• Think short-term (berpikir spekulatif pendek)
• Be greedy (tamak)
• Believe in the greater fool (percaya orang lebih bodoh)
• Run with the herd (mengikuti gerakan kelompok)
• Over-generalize (menggampangkan masalah), dan
• Play with other people’s money (menggunakan uang orang lain).

Menilik sekilas saja prinsip-prinsip ini, adalah hal-hal yang juga sebenarnya patut dihindari umat beragama, sekaligus tidak bernilai Islami tentu saja. Saat Asia disebut ”berkeajaiban Ekonomi” di ‘90-an, iapun meragukannya, karena itu hasil dari Bubbles Economy. Namun, karena melawan pendapat Ekonom umum, ia juga lama dianggap sebagai ”Ekonom Pesimistis” dan dikucilkan mayoritas kaum Ekonom dan Sekuler dunia.

Namun, di kemudian hari, ia terbukti benar, dan mendapatkan Hadiah Nobel 2008, saat di tahun 2007-2008, Amerikas Serikat hampir bangkrut total dalam Great Depression itu, dan mau tak mau mebuktikan kebenaran teorinya! Juga saat Asian Crisis (Krisis Asia) atau Krisis Moneter Asia melanda Asia di sekitar tahun 1997-2001! Efek Dominonya, memang ke mana-mana, termasuk menumbangkan Rezim Orde Baru.

Ingatlah, bahwa bahkan nilai tukar Dollar AS BUKAN didasarkan kepada nilai (cadangan) emas (dan perak) sesungguhnya! Amerika Serikat dulu mengikuti kesepakatan dunia ini, namun saat hampir bangkrut karena Perang Vietnam dan diembargo minyak negara Arab-muslim dalam perang Arab-Israel, mereka keluar dari kesepakatan dunia itu!

Dan herannya, tak banyak yang dapat diperbuat negara lain.

Ekonomi dunia Sekuler dengan berbagai asumsi ekonomi a la Ekonomi Modern semacam Time Value of Mony, Inflasi, Deflasi, Suku Bunga (Riba), dan sebagainya, ini benar-benar adalah sebuah kerapuhan struktur a la gelembung busa (bubbles)! Setidaknya karena berdasarkan asumsi-asumsi yang tak berdasar kuat hasil berbagai teori Ekonomi Sekuler pemikiran ahli-ahli 'pemikir' Yahudi!

BANDINGKANLAH dengan standar syari'ah uang Dirham dan Dinar yang memakai standar perbandingan nilai tukar emas dan perak sesungguhnya!

Sejak jaman Rosululloh sholollohu 'alaihi wasallam SAMPAI sekarang, HARGA seekor kambing adalah 1 Dinar (sama dengan sekitar Rp 800.000,-) dan HARGA seekor ayam adalah 1 Dirham (sama dengan sekitar Rp 27.000,-)!

Aman dan tetap, realistis dan tidak menipu!

Bahkan sekarang ekonom dunia dan negara Sekuler sedang mengkaji sistem Syari'ah! Singapura sudah mencanangkan diri menjadi hub (penghubung) perbankan syari'ah di Asia Tenggara, bahkan!

Namun celakanya, kepemilikan/pemanfaatan tambang emas dan perak dunia, misalnya Freeport di Indonesia, sudah secara dominan dimilki kaum Sekuler-Yahudi ini!

Dan menarik untuk merenungkan bahwa Wakil Presiden Nusantara RI 2009 dikenal luas (entah benar atau tidak) sebagai Profesor pendukung dan kawan Ekonomi Neo-lib, bahkan juga Mafia Berkeley dan kroninya, termasuk mereka yang mungkin telah duduk di Kabinet atau seputarnya. Entahlah, apakah ini benar atau tidak, namun kiranya siapapun patur waspada, terutama mengingat hasil pembangunan a la Corporatocracy di Indonesia selama ini.

Serta bahwa Indonesia, buta dengan 'berbahagia' sudah, merayakan Demokrasi yang mungkin tidak demokratis? Apalagi karena Demokrasi yang meletakkan kebenaran kepada pendapat mayoritas/suara manusia terbanyak di satu kaum itu, bukan prinsip Islam, karena prinsip Islam membenarkan apapun yang benar dari Allah?

Maka pula, justifikasi Pluralisme yang sebenarnya berakarkan keragaman yang wajar, kemudian diekstremkan menjadi paham bahwa semua agama itu benar, yang sebenarnya kembali kepada pemahaman sekitar 3000-4000 tahun lalu saat Yunani Kuno bingung dengan Relativisme Sofisnya dan beranggapan bahwa kebenaran itu relatif dan semua versi kebenaran itu adalah benar, alias sudah sangat ketinggalan jaman, karena kebenaran sesungguhnya ada, yaitu dari Tuhan Alam Semesta, Allah, dan bukan kebenaran versi manusia manapun.

Juga ada Liberalisme, paham kebebasan termasuk pemikiran bebas (dan kehidupan bebas) yang sebenarnya adalah kepanjangan Rasionalisme-Materialisme, dan melahirkan atau sejalan pula dengan budaya ’Popular-gaul’, yang sebenarnya adalah kepanjangan tangan dari paham ketakbertanggungjawaban bahkan Hedonistik (ingin bersenang-senang saja). Ini adalah juga buntut dari budaya-pemikiran Yahudi.

Dan tentu saja, ada Sekulerisme, yang menafikan agama, hasil pemikiran inteletualis Barat - yang sebagian adalah Yahudi - yang muak akan agamanya selama kebodohan Abad Pertengahan, namun terlanjur diaplikasikan kepada agama manapun di dunia! Termasuk dengan sedapat meungkin menjauhkan muslim dari apapun yang adalah standar agamanya!

Ketiganya, kita perlu waspadai sebagai bahaya "SEPILIS" atau SEkulerisme-PluralIsme-LIberaliSme, yang lagi-lagi adalah hasil pemikiran sesat manusia, yang sebagian besar adalah hasil perkembangan budaya sesat Yahudi internasional selama berabad-abad!

Iblis dan Setan memang akan menyesatkan kita dari arah manapun: muka, belakang, kanan, kiri (QS al A'raf ayat 17/ QS 7:17), akan terpengaruh manusia, kecuali yang ikhlas (mukhlisiin) darinya (QS al Hijr 39-40/QS 15:39-40).
 

SEJARAH YAHUDI & INJIL PERJANJIAN LAMA

Karena pada tahap Abad Pertengahan ini akidah Kristen mendominasi, maka penting pulalah kiranya untuk mengenali dasar-dasar religiusnya.

Dan berikut ini adalah ringkasan tentang akidah, sejarah, dan Filsafat Kristen dasar beserta pendahulunya, Yahudi. Dimulai dari telaah paham Yahudi yang menjadi dasar akidah di Kitab Injil Perjanjian Lama:


YAHUDI

Tentang Sejarah Yahudi dan Injil Perjanjian Lama yang menjadi bagian penting dari Injil:

Para ahli dan bahkan penganut agama Yahudi dan Kristen yang mengetahui sejarah dan mau bersikap jujur-kritis, sebenarnya sudah banyak yang mengakui bahwa kitab Taurat yang ada sekarang, yang kaum mayoritas dari mereka sucikan sekarang ini, ternyata bukanlah salinan langsung dan asli dari Taurat yang diberikan oleh Tuhan Semesta Alam kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam (di Injil dikenal sebagai Moses).

Ini hanyalah sebuah kitab yang ditulis oleh generasi Israel yang hidup ratusan tahun setelah masa kehidupan Nabi Musa ‘alaihis salaam.

Nabi Musa ‘alaihis salaam sendiri memang diketahui telah menuliskan Taurat pada Loh Batu, dan dimasukkan ke dalam Tabut, yang antara lain tentang ini juga dimaktubkan dalam Injil Keluaran 24:12, 25:21, 35:12, 34:1-4.

Dan, sepuluh Perintah Tuhan Kitab Taurat Musa itu ada pada Injil kitab Ulangan 5:7-21:

Jangan ada padamu Tuhan lain di hadapanKu
Jangan membuat patung yang menyerupai apapun yang dilangit atas atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air dibawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya, atau beribadah kepadanya.
jangan menyebut nama Tuhan, Allohmu, dengan sembarangan
tetaplah ingat dan kuduskan hari Sabat (Sabtu)
hormatilah ayahmu dan ibumu
jangan membunuh
jangan berzinah
jangan mencuri
jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu
jangan mengingini istri sesamamu dan harta-harta mereka


Sebab utama dari ketidakaslian ini dapat ditelusuri dalam rangkaian fakta sejarah, dan dimulai setidaknya saat setelah wafatnya Nabi Sulaiman ‘alaihis salaam (di Injil dikenal sebagai Solomon atau Schlomo atau Salomo), Nabi besar Yahudi, Kristen, dan Islam, pada tahun 992 SM (Sebelum Masehi), saat kerajaannya terpecah-belah menjadi dua bagian besar:

Kerajaan Bagian Utara, bernama Kerajaan Israel, yang terdiri dari 10 suku Israel, dibawah pimpinan Raja Yerobeam (lihat Injil I Raja-raja 13:33, 14:20) dan ibukotanya berpindah-pindah dari Sikhem, Pnuel, Tirza dan akhirnya Samaria (lihat Injil I Raja-raja 12:25a, 12:25b, 14:17, 16:24,29).

Elohim adalah nama Tuhan dari Kerajaan Israel Utara.

Kerajaan Bagian Selatan, bernama Kerajaan Yehuda, yang terdiri dari 2 suku Yahudi, dan rajanya bernama Rehabeam (lihat Injil I Raja-raja 14:21-31) dengan ibukota Yerusalem.

Yerusalem (atau ”Daarussalaam”, kota yang disucikan Islam, Kristen dan Yahudi) dan kota para Nabi selain Makkah, adalah tempat menyimpan tabut berisikan kitab Taurat di masa ini.

Dan Jahweh atau Yahweh atau Yehova adalah nama dari Tuhan Kerajaan Israel Selatan dari suku Yehuda dan Benyamin ini.


Namun raja Israel, Yerobeam, tidak senang dan tidak setuju menjadikan Yerusalem sebagai pusat peribadatan, walaupun tabut Musa ‘alaihis salaam ada di sana, dan ia memilih kota Betel dan Dan sebagai pusat peribadatan baru. Ia pun mendirikan patung anak lembu dari emas sebagai obyek peribadatan mereka (Injil I Raja-raja 12:26-33), sebagai lambang dewa kesuburan.

Ini sekaligus membuat Israel kembali menyembah berhala (Injil I Raja-raja 13:34, 15:30,34; II Raja-raja 10:29, 13:6, 14:24, 17:22).

Penyembahan berhala ini juga membuat kemelut di kalangan rakyat Israel sendiri, dan mencapai puncaknya pada masa Raja Ahab.

Nabi Elia dikenal menentang keras penyembahan itu, sedangkan istri dari raja Ahab itu, yang bernama Ratu Izebel, justru secara terang-terangan mempopulerkan penyembahan berhala yang bernama Baal.

Dan di antara unsur dari bentuk peribadatannya, adalah melakukan persundalan (perzinahan) yang dilakukan di dalam kuil-kuil dewa, dan berbagai bentuk peribadatan berupa perilaku seksual yang tentu saja justru sangat bertentangan dengan hukum Taurat.

Maka tentulah saja lama-kelamaan mereka melupakan ajaran Taurat.

Alloh subhanahu wa ta’aala kemudian menakdirkan bahwa, Raja bangsa Asyur atau Asyuria (yaitu wilayah Syria saat ini) yang bernama Raja Sargon II, dapat menghancurkan Kerajaan Utara (Israel) pada tahun 722 SM, dan sekitar 27.290 penduduk Israel dari golongan menengah-atas, dibuang (Injil I Raja-raja 14:15, 17:18; II Raja-raja 17:5-6). Penduduk bangsa lain dipindahkan pula ke negeri Israel, sehingga terjadilah asimilasi ras keturunan maupun kepercayaan karenanya.

Kerajaan Selatan (Yehuda) pun tak luput dari serangan penguasa lain. Pada tahun 586 SM, Kerajaan Yehuda diserbu oleh Raja Nebukadnezar dari Kerajaan Babylonia (Iraq-Iran) dan tempat-tempat ibadah Yahudi serta tabut berisi Taurat Musa pun hancur pula karenanya. Semua pejabat dan rakyatnya digiring ke Babylonia, kecuali yang sakit, miskin, dan cacat (Injil II Raja-raja 25:1-21).

Di negeri pembuangan ini, terjadilah kawin campur orang-orang Yahudi dengan penduduk setempat sehingga terjadilah pula asimilasi keturunan maupun kepercayaan, bahkan akhirnya mereka tidak lagi mengerti bahasa ibunya sendiri.

QS Al Israa ayat 2-7 (17:2-7):

(2) Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku,
(3) (yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya Dia adalah hamba (Alloh) yang banyak bersyukur.
(4) Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali [*] dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar".
(5) Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
(6) Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.
(7) jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

[*] Tafsir umum: yang dimaksud dengan membuat kerusakan dua kali ialah pertama menentang hukum Taurat, membunuh Nabi Syu'ya dan memenjarakan Armia dan yang kedua membunuh Nabi Zakaria dan bermaksud untuk membunuh Nabi Isa ‘alaihis salaam. akibat dari perbuatan itu, Yerusalem dihancurkan (Al Maraghi).


Lima puluh tahun kemudian, penguasa atau penjajah bangsa Yahudi yaitu Kerajaan Babylonia itu melemah, dan pada 539 SM, Kerajaan Babylonia kalah oleh Raja Cyrus atau Koresy (atau sebagian menyebutnya sebagai Alexander) dari Kerajaan Persia. Raja Cyrus kemudian mengijinkan bangsa Yahudi kembali ke Yerusalem, maka pada sekitar tahun 397 SM Nabi Uzair (Nabi Ezra) memimpin eksodus 1.800 orang Yahudi menuju Yerusalem.

Di masa ini pulalah, para Rabbi (pendeta Yahudi) dan para pihak pemegang mandat aristokrasinya melarang kawin campur antara Yahudi dengan non-Yahudi lebih jauh, untuk upaya terakhir menyelamatkan bangsa Yahudi yang tersisa dari semakin dalamnya asimilasi suku, bahasa, kebudayaan dan bahkan kepercayaan, yang menyapu bersih peradaban dan agama bangsanya.

Pada masa itulah, diduga Nabi Uzair ‘alaihis salaam (atau dengan dibantu pihak yang berkaitan dengan beliau) merevisi dan menyusun kembali Kitab Ulangan dan menambahkan empat (4) kitab sejarah Israel di masa Musa (yaitu yang dikenal sebagai Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, dan Bilangan) yang kemudian disebut sebagai ”Taurat Musa” itu.

Namun karena sebagian besar bangsa Yahudi sudah tidak dapat berbahasa Ibrani lagi, maka Kitab yang disebut sebagai Taurat itupun, diterjemahkan ke dalam Bahasa Aram.

Kemudian, Kitab yang ditulis Ezra itu pun ternyata di kemudian hari juga lenyap dibakar oleh Raja Syria, Raja Anthiokus, pada tahun 170 SM.

Raja lain, Raja Titus, seorang Raja Romawi, dicatat juga berusaha melenyapkan tulisan-tulisan itu.

Setelah masa itu, ditemukanlah salinan-salinan ’suci’ warisan lama dalam bahasa Ibrani dengan huruf Aram, dan pada sekitar tahun 250 SM, sisa naskah kuno itu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani oleh Ptolomeus Philadelphi dari Alexandria yang salinan ini kemudian disebut sebagai ”Septuaginta”.

Naskah asli Septuaginta ini sendiri, namun, kemudian juga hilang pada jaman Origenes Adamanthios.

Lebih jauh, Nabi Yeremia, melalui suratnya yang juga dicatat di Injil, menyatakan bahwa lima kitab pertama dari Alkitab yang diklaim sebagai Taurat tersebut, adalah suatu bentuk kebohongan yang diklaim sebagai Kitab Taurat (atau Kitab palsu).

Kitab Yeremia 8:8 Bagaimanakah kamu berani berkata: ”Kami bijaksana, dan kami mempunyai Taurat Tuhan”? Sesungguhnya, pena palsu penyurat sudah membuatnya menjadi bohong.
Jadi, Kitab Taurat Musa yang asli telah kabur dimakan sejarah sejak abad VI SM.

Kitab Taurat Musa yang ada saat ini adalah hanya kumpulan terjemahan dari para penulis sejarah, yang khususnya banyak berisi sejarah Bangsa Bani Israil-Yahudi dan tatacara aturan agamanya, dengan tingkat keakuratan yang rendah.

Benarlah, karenanya:

QS An Nisaa’ ayat 155 (4:155):

Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup." Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka.

QS Al Maaidah ayat 13 (5:13):

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

QS Al An’aam ayat 91 (6 :91):

Dan mereka tidak menghormati Alloh dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Alloh tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)?" Katakanlah: "Alloh-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya [*].

[*] Perkataan biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya adalah sebagai sindiran kepada mereka, seakan-akan mereka dipandang sebagai kanak-kanak yang belum berakal.


Setelah kemudian dijajah Romawi (pada saat Nabi Isa ‘alaihis salaam diutus ke Bumi), bangsa Yahudi ini kemudian selama hampir 2000 tahun, tercerai-berai, dapat dikatakan berasimilasi dengan berbagai ras di berbagai penjuru dunia, dalam apa yang dinamakan masa ”Great Diaspora” (Penyebaran Hebat) ini, dan akidah serta rasnya bercampur-baur dengan berbagai akidah dan ras di berbagai sisi dunia, terutama dengan kaum Kristen-Barat.

Kiranya kini kita melihat orang yang menyebut dirinya sebagai (keturunan) Yahudi, berciri-ciri fisik bermacam-macam. Ada yang terlihat sangat seperti orang Kaukasia (kulit putih) dan ini banyak sekali dan sebagian darinya bahkan telah pula beragama Kristen, ada pula yang terlihat seperti ras Semit (orang Timur-Tengah dan ini insya Alloh adalah bentuk aslinya) dan cukup banyak pula jumlahnya, serta ada pula yang terlihat seperti campuran orang Asia (sebagian kecil berasimilasi dengan bangsa Asia, misalnya bangsa Indonesia, yang memiliki Synagogue di Jalan Kayoon di Surabaya), bahkan ada pula yang dapat terlihat kehitaman seperti ras orang Afrika (sebagian kecil darinya).

Dan sebagian besar dari mereka, herannya, masih kukuh berpendapat bahwa mereka adalah bangsa terpilih dan juga beragama istimewa yang paling benar dan pantas memimpin dunia, walaupun terbukti ras dan ajaran mereka sudah tak murni lagi.

Mereka bahkan dapat berasimililasi dan berkomplot dengan orang Kristen dalam menegakkan impian superioritas ini, namun juga masih mempertahankan klaim kebenaran masing-masing, dalam persekutuan pragmatis, menghadapi ”common enemy” (musuh bersama) mereka, yaitu Islam dan kaum muslimin ini serta sekutunya.

Yahudi (Judaisme) bahkan baru pada abad XIX Masehi muncul sebagai istilah untuk menyebut satu agama. Dalam buku yang berjudul, “Judaism”, penulisnya yang bernama Pilkington, menceritakan bahwa pada tahun 1937 Masehi, para rabbi di Amerika bersepakat untuk mendefinisikan Yahudi sebagai definisi, “Judaism is the historical religious experience of the Jewish people.”

Jadi, agama Yahudi, adalah agama sejarah. Penamaan, tata cara ritualnya, dibentuk oleh proses sejarah. Maka Filsafat dan akidah dalam khazanah Yahudi pun, bercampur baur dengan hawa nafsu manusianya, sebagai subyeknya, sepanjang sejarahnya.

Benarlah:

QS Al Baqarah ayat 113 (2:113):

Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan", padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.

QS Al Baqarah 120 (2:120):

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.


QS Al Baqarah ayat 139-140 (2:139-140):

(139). Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati,
(140) ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Tentang berbagai fakta sejarah termasuk penulisan sejarah bangsa Bani Israil dan segala distorsinya ini, tak terelakkan juga berkembang menjadi apa yang kemudian disebut sebagai agama Kristen (Katolik-Protestan) dengan khazanah dunianya dan dengan segala tokoh-tokoh Bani Israilnya (misalnya, Nabiyullahh, Nabi Tuhan bernama Isa AS atau Yesus, semua murid langsungnya, dan Paulus/Saulus yang bukan muridnya).

Dan yang menamakan agama ini sebagai `Kristen' ternyata bukanlah pula Isa AS (atau biasa disebut pula sebagai Yesus Kristus, namun menarik pula untuk menelaah apakah sebenarnya Isa AS dan Yesus Kritus adalah orang yang sama kiranya?) atau bahkan Tuhan sendiri; melainkan adalah Barnabas dan Paulus (Saulus) di Antiokhia, justru sepeninggal Yesus (Injil Kis 11:23-26). Paulus sendiri, bukanlah sama sekali murid Yesus, tak pernah sama sekali berjumpa Yesus, namun 'berani' mengangkat dirinya sebagai rasul (Roma 1:1) dan mengubah agama yang diajarkan Yesus (yang sangat dekat dengan nilai ajaran Islam) menjadi versinya (menamainya sebagai "Kristen", lihat Kis 11:23-26), keluar dari atau menafikan Hukum Taurat ( lihat 1 Korintus 9:19-21), bahkan mempertuhankan Yesus serta menambah oknum Tuhan menjadi lebih dari satu (lihat 1 Korintus 8:6, Kolose 1:5, Timotius 2:5, dan Roma 10:9). Ini ia banyak serap juga dari Filsafat Sofisme Yunani yang khas Politeisme (paham akan banyak tuhan atau dewa) itu, dan di kemudian menjadi insprasi bangsa Eropa (Kristen) dalam Renaissance mereka pula dengan segala konsekuensinya setelah kalah dalam berbagai Perang Salib terhadap kaum muslim. Parahnya, paham Paulus, seorang Yahudi campuran ini, dipercaya dan diikuti banyak manusia hingga saat ini, yang sungguh mengira bahwa itulah yang sebenarnya diajarkan Yesus.

Dan sungguh, Yesus yang adalah seorang Rabbi (Guru Agama) Bani Israil/Yahudi dari keluarga sangat terpandang keturunan para Nabi (keluarga Imraan/Aali Imraan) dan samasekali tidak membawa ajaran baru, serta hanya berusaha mengembalikan agama Bani Israil/Yahudi yang sudah melenceng (ditegaskannya di Matius 5:17-120, Matius 5:29-30, Matius 5:34, Yohanes 8:5, dan Yohanes 8:7); TIDAK pernah diakui Bani Israil/Yahudi sebagai Nabi-Messiah mereka, atau bahkan Tuhannya sampai sekarang.

Bahkan ternyata di tangan MEREKA lah (bangsa Bani Israil-Yahudi dipimpin Rabbinya atau guru agamanya yang tak sepaham dengan Yesus), Yesus diserahkan ke Romawi untuk ‘disalibkan’, untuk dibunuh.

Dan antara lain, karena inilah, Hitler berusaha melenyapkan Yahudi dari muka Bumi, selain berbagai alasan lain yang mengganggu Jerman, menurutnya. Hitler menganggap mereka adalah bangsa yang mengkhianati, membunuh, menyalibkan Yesus, dan pada kenyataannya di Jerman pada masa itu, menurutnya mereka sudah banyak ‘mencuri’ dari bangsa Jerman.

Apapun juga (kiranya karena dimurkai Tuhan Yang Maha Esa karena membunuhi banyak UtusanNya dan mengingkari perintahNya), setelah dijajah berbagai bangsa, dicampuri ras dan peradabannya, dan juga terusir itu; bangsa Bani Israil yang terasimilasi agama, budaya, dan rasnya; semakin mengembara ke berbagai penjuru dunia, terpaksa bercampur-baur dengan berbagai bangsa (terutama dengan bangsa Eropa). Masa itu juga dikenal sebagai masa Great Diaspora (penyebaran hebat) Yahudi.

Dan kemudian selama sekitar atau seusai Perang Dunia II Abad XX Masehi saat dibantai Hitler dalam Holocaust, bangsa Yahudi hijrah dan berkembang beranak-pinak subur dan semakin berkuasa di Amerika Serikat, hingga kini.

Maka, penyesatan Yahudi dan perusakannya kepada tatanan keseimbangan dunia, sudah jauh mereka lakukan sejak sebelum Nabi Isa AS atau Yesus turun. Sadar atau tidak, ini mereka lakukan, turun-temurun dan secara berorganisasi, hingga kini.

Dan herannya, mereka masih ingin menegakkan supremasi peradaban Yahudi - Israil mereka yang sebenarnya sudah tercampur-baur itu, setidaknya berdasarkan romantisme dan kebanggan semu masa lalu mereka.

Atau malahan, justru karena mereka sudah tercampur-baur dengan berbagai ras dunia?

Sbagai perbandingan, ini adalah kutipan dari Talmud, tentang berbagai ayat indoktrinasi superioritas bangsa dan penganut Yahudi dibandingkan bangsa dan penganut agama lain. Dalam peperangan, tentara Israel wajib mendaras Talmud itu dalam kesempatan khusus, terlebih di hari Sabbath (Sabtu).

Antara lain bagian indoktrinasi itu:

- "Orang Yahudi diperbolehkan berdusta menipu Ghoyim (bangsa non-Yahudi)." (Baba Kamma 113a)

- "Semua anak keturunan Ghoyim (non-Yahudi) sama dengan binatang." (Yebamoth 98a)

- "Seorang Ghoyim (non-Yahudi) yang berbaik kepada Yahudi pun harus dibunuh." (Soferim 15, Kaidah 10)

- "Barangsiapa yang memukul dan menyakiti orang Israel, maka ia berarti telah menghinakan Tuhan." (Chullin, 19b)

- "Orang Yahudi adalah orang-orang yang shalih dan baik dimanapun mereka berada. Sekalipun mereka juga melakukan dosa, namun dosa itu tidak mengotori ketinggian kedudukan mereka." (Sanhedrin, 58b)

- "Hanya orang Yahudi satu-satunya manusia yang harus dihormati oleh siapapun dan oleh apapun di muka Bumi ini. Segalanya harus tunduk dan menjadi pelayan setia, terutama binatang-binatang yang berwujud manusia, yakni Ghoyim (non-Yahudi)." (Chagigah, 15b)

- "Haram hukumnya berbuat baik kepada Ghoyim (non-Yahudi)" 9Zhohar 25b)


Ironisnya, Bani Israil-Yahudi dan organisasi Zionisnya serta gerakan Zionisme (gerakan agar dapat kembali berkuasa di Bukit Zion di Daarussalaam atau Yerusalem) justru sedari dulu didukung dan dibesarkan bangsa Ghoyim yang tertipu muslihatnya, Amerika Serikat-Kerajaan Inggris Raya dan sekutunya, setidaknya dengan Deklarasi Blackstone 1891 AS, Deklarasi Balfour 1917 Inggris, dan Deklarasi Anglo-America Commitee 1946 Inggris-AS.

Maka selain mulai menguasai Daarussalaam (Yesusalem) dan Masjidil ’Aqsa serta menghapuskan negara Palestina, akhirnya justru merugikan induk-semangnya, Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris Raya beserta sekutunya, setidaknya dalam nama baik dan finasial.

Sebagai catatan, gerakan Zionisme sejak akhir abad XIX Masehi bertujuan untuk mengembalikan mandat kekuasaan dan tanah kekuasaan yang diklaim Yahudi adalah miliknya, ke Bukit Zion, di Daarussalaam (Yerusalem), di sebelah Masjidil Aqsa (Solomon’s Temple), sekaligus tentunya menguasai Daarussalaam tersebut.

Menarik untuk merenungkan, bahwa setidaknya berdasarkan sejarah, sebagian kaum Yahudi juga bertendensi mengklaim Madinah al Munawarah dan Makkah al Mukaramah sebagai tanah tempat leluhur mereka juga, sebelum mereka terusir oleh karena kelakuan buruknya.

Gerakan untuk dapat menguasai tanah-tanah ini, menguasai kedua Masjid suci Islam di Makkah dan Madinah selain Masjidil Aqsa di Daarussalaam (Yerusalem), karenanya, adalah juga mungkin saja. Dan siapapun umat muslim, pantas waspada, karena Madinah dan Makkah, serta jazirah Arab, adalah wilayah yang diklaim Yahudi sebagai wilayahnya pula.

Sesudah mengalami masa hina dalam Great Diaspora (penyebaran hebat, tercerai-berai ke mana-mana), Yahudi tentu saja ingin berdaulat. Pendirian negara Israel pada tahun 1948 memakan negara Palestina sisa keKholifahan Turki Utsmaniyah-Ottoman yang bubar setelah kalah perang dalam Perang Dunia I yang dikuasai Kerajaan Inggris, dengan dibantu Inggris dan Amerika Serikat melalui berbagai kesepakatan, terutama atas imbal-balik 'jasa' Yahudi membantu Sekutu memenangkan Perang Dunia II, adalah momentum yang tak akan disia-siakan mereka.

ABAD KEGELAPAN/ABAD PERTENGAAH DAN KRISTEN

Dari masa sebelum masehi yang kental dengan Filsafat Relativisme (Kebenaran) Sofisme Yunani Kuno, berlanjut ke apa yang kemudian dinamakan Jaman Abad Pertengahan yang berlangsung lama, lebih-kurang selama lima belas Abad, dari sekitar Abad I sampai Abad XV M.

Masa ini disebut juga sebagai Era atau masa Medieval atau juga Abad Kegelapan atau Dark Ages) dan dimulai setelah masa Nabi Isa bin Maryam ‘alaihis salaam menapakkan kaki di muka Bumi dan berdakwah.

Beliau dikenal juga sebagai Isa bin (anak) Maryam, yang dengan sejumlah perkecualian dan catatan perbedaan mendasar adalah hampir dapat dikenal sama juga sebagai Yesus Kristus atau Yesus dari Nazareth dalam khazanah Kristen.

Kegemparan akan datangnya ’Yesus dari Nazareth’ yang tak memiliki ayah dan nasabnya ditahbiskan kepada Maryam (Maria), ibunya, dan dalam hidup singkatnya menampilkan berbagai mukjizat luar-biasa itu, mengguncang peradaban manusia di sekitarnya saat itu, dan banyak orang yang kemudian berspekulasi akan kenyataan ini.

Di masa ini, lahir pula agama Kristen, dan ide-idenya mendominasi relung kehidupan masyarakat Eropa dan pengikutnya, termasuk para Pemikirnya. Dan wajah peradaban Barat pada Abad Pertengahan ini, karenanya, didominasi oleh Filsafat Kristen.

Filsafat Kristen atau Abad Pertengahan ini, antara lain bertokohkan Filsuf Plotinus, (Santo atau Saint) Augustinus atau Augustine, (Saint) Anselmus, Robert Grosseteste, Roger Bacon, Albert Agung, Thomas Aquinas, dsb.; yang kesemuanya sepakat mengedepankan iman dogmatis (tak boleh dibantahi) Kristiani, dan telaahnya pun bersifat religius-dogmatis, akibat pengaruh hebat dan dominan Agama Kristen yang didominasi oknum kaum Gerejawan dan Monarki Baratnya, dengan segala ragam tafsir dogmatisnya.

Dan tak pelak pemanfaatan Platonisme a la Yunani Kuno (dicetuskan Plato) yang mengajarkan bahwa kebenaran itu sudah ada dengan sendirinya dan berpusat kepada Tuhan namun berjenis dan berbungkus baru, yang disebut sebagai Neo-Platonisme, menjadi gencar dan ditahbiskan sepenuhnya tanpa telaah kristis kepada iman Kristiani. Ini, mau tak mau mendukung pula klaim dogmatis akan kebenaran Kristen.

Para ahli Filsuf dan Agamawan mereka di saat itu karenanya teguh bermottokan ”Credo et intelligam”, atau ”Keyakinan (keimanan agama) berkedudukan di atas pemikiran (logika), keyakinan mengungguli pemikiran” atau lebih mudahnya, ”Yakini dulu sesuatu, baru carikan alasan untuk menjelaskannya”.

Maka, dengan sendirinya, Akal (di Barat) benar-benar kalah pada masa ini (terutama terlihat pada isi Filsafat dari Plotinus, Augustinus, Anselmus). Bahkan potensi pemanfaatan akal diganti mutlak oleh Augustinus dengan Iman dogmatis, sebelum penghargaan terhadap potensi Akal sempat muncul kembali kemudian pada masa Thomas Aquinas di akhir masa Abad Pertengahan itu.

Dan karenanya pula, Aquinas kemudian ditentangi hebat dan dibenci sebagian besar masyarakat Gereja yang terlanjur menjadi pendukung jalur Hati, iman Kristiani, yang dalam hal ini sebagaimana telah disebutkan di atas, adalah iman mutlak dogmatis a la Kristiani, tak mengindahkan telaah kritis akal.

Ini juga tak pelak menyebabkan masyarakat Barat di masa itu secara luas menjadi percaya dan beriman dogmatis akan ‘rasa hati’ (atau yang adalah agama, Kristen, lebih tepatnya Kristen Katolik, bagi mereka), karena menurut mereka, Agama adalah rasa hati dan Filsafat adalah pemikiran. Filsafat dan Agama itu sendiri, satu hal yang di masa sesudahnya, terutama masa Thomas Aquinas, dicoba untuk disatu-padukan namun menemui sejumlah kendala sampai masa Modern merebak.

Keyakinan Ksritiani yang mendominasi di masa Abad Pertengahan ini, menjadikannya tidak boleh atau tidak mudah untuk dapat dikritiki, sekaligus membuat kedudukan mereka yang berada dalam struktur otoritas agamanya menjadi tinggi, dan tak dapat disalahkan. Dan karenanya ini juga membuat mereka makmur secara ekonomi, juga sebagai pemegang mandat negara, dengan mandat Otokrasi dan Teokrasi Kristiani.

Dan kenyataan ini bagi sebagian orang lain, misalnya rakyatnya yang mereka pimpin, artinya juga adalah kesemena-menaan yang diorganisasikan.

Kekuasaan absolut negara dan pusat-pusat kesejahteraan masyarakat saat itu dipegang mutlak oleh Gereja dan Kerajaan, dengan pajak sistem Feodalisme berdasarkan tafsir mereka terhadap iman Kristiani dan bahwa Gereja adalah wakil Tuhan di Bumi dan bahwa sistem pemerintahan yang terbenar adalah Kerajaan Kristiani penyokongnya. Golongan Ksatria, dan Raja, adalah pelindung rakyat, dan rakyat harus membayar pajak kepada mereka, yang penafsirannya seringkali dianggap semena-mena oleh rakyat.

Tak pelak juga, maka, perkembangan ilmu-pengetahuan yang biasanya berdasarkan kepada gelitikan pemikiran, rasa penasaran, kebertanya-tanyaan, pemikiran, pun menjadi lambat pula. Pendeknya, potensi telaah Akal pada masa ini, dihambati.

Ada pula pada masa ini yang disebut sebagai Lembaga Inkuisisi Gereja, yang pada awalnya hanya mengisolasikan, membersihkan, menghukum (dan kalau perlu menyiksai dan membantai) orang Kristen yang dianggapnya kafir (artinya yang dianggap tak sejalan dengan pendapat Gereja), pendeknya terhadap mereka yang menodai, menentangi ajaran Gereja.

Dan ini terjadi terutama terhadap mereka yang termasuk di dalamnya adalah terhadap kaum Homoseksual, kaum Lesbian, mereka yang dianggap sebagai Penyihir, orang-orang yang mungkin sebenarnya adalah penderita penyakit tertentu yang di masa itu belum terjelaskan, atau bahkan terhadap para Penemu atau Ilmuwan yang metodanya tak dapat dipercaya kaum petinggi Gereja pada masanya (misalnya apa yang Gereja jatuhkan terhadap Galileo Galillei), dan sebagainya.

Namun tujuan dan sasaran Inkuisisi Gereja ini kemudian juga meluas menjadi pemusnahan massal terhadap Muslim dan Yahudi yang hidup di Eropa di masa itu juga (yang tentu saja, dalam pandangan Gereja saat itu, kaum Muslimin dan Yahudi jelas adalah orang-orang Kafir dan karenanya tak perlu kiranya dibiarkan hidup mengotori dunia mereka).

Inkuisisi Eropa ini kemudian (khususnya di Spanyol), juga dengan sendirinya menjadikan wilayah Muslim Kekhalifahan Barat di Spanyol dan Portugal (serta di wilayah yang tak seberapa jauh, para muslim yang bermukim di Sisilia), menjadi wilayah Eropa Kristen-Katholik kembali. Dan pembantaian massal ini, berpuncak di sekitar tahun 1491 M.

Yang menarik kiranya, bukan kebetulan pula, tahun ini adalah sekitar satu tahun sebelum Christophorus Columbus berlayar dari Spanyol mencari dunia dan sumber kekayaan baru pada tahun 1492 M, dengan direstui Raja dan Ratu Spanyol yang telah memimpin proses Inkuisisi akhir itu (Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Spanyol) dan merebut Spanyol dari kaum muslim; untuk secara tak sengaja kemudian menemukan Benua Amerika, ’Dunia Baru’ itu.

Maka akidah umumnya sendiri di saat itu, didasarkan penuh kepada berbagai persangkaan pemikiran yang didapatkan dari berbagai (puluhan, ada yang menyebut sekitar empat puluh lima, ada yang menyebut sekitar tujuh puluh) versi Injil yang beredar saat itu dengan berbagai penafsirannya, yang kemudian dipilahi menjadi empat Injil (Injil Kanonik).

Dan termasuk di dalamnya adalah pemahaman bahwa Yesus dari Nazareth adalah Tuhan dan Anak Tuhan (yang sekaligus berarti oknum Tuhan ada tiga seluruhnya yang disebut sebagai ajaran Trinitas yaitu terdiri dari tuhan Bapa, Anak, Roh Kudus, hasil Konsili Gereja Chalcedon sekitar empat ratus tahun setelah Nabi Isa AS tidak ada di muka Bumi), lalu meyakini bahwa cara hidup selibat (tidak menikah) a la pertapaan Gereja adalah terbaik agar dapat menjadi dekat dengan Tuhan, juga bahwa kekuasaan tertinggi haruslah dipegang oleh Gereja (dan sistem Monarki-Teokrasi Kristiani), dan sebagainya yang menjadi pengejawantahan cara hidup sehari-hari mereka.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya peminjaman atau pengaruh Neo-Platonisme pada tahap perkembangan Kristen dan Filsafatnya kemudian di masa ini, menjadi dominan dan mendasari pendoktrinan-pendogmaan Kristen pula.

Namun juga ditemukan di kalangan minoritas Barat saat itu, pengaruh Filsafat yang mendasarkan pengandalan telaah pemikiran atau Akal a la Aristoteles, misalnya dengan adanya pemahaman kritis dalam deduksi logis (argumen intelektual), walaupun ini tak banyak. Juga ada Stoisisme (kesabaran dan penguasaan diri). Lalu ditemui adanya pengaruh tradisi Yahudi (dari Filsuf Philo), misalnya tentang penggunaan Alegori (kiasan), telaah kemahakuasaan Tuhan, tentang penciptaan, tentang Teokrasi (pemerintahan yang didasarkan kepada agama), dsb.

Golongan Apologis atau Apologetik (pencari alasan untuk pembenaran sesuatu) pun, anehnya (atau malahan justru), mulai menggunakan Filsafat Yunani (Filsafat Relativisme, bahwa ”Kebenaran itu relatif”) pula, untuk dapat membela kebenaran Injil (dengan berbagai argumen yang benar secara relatif). Dan karenanya kaum ini juga berlindung di balik berbagai argumen membingungkan, antara lain yakni menggunakan berbagai argumen akan kebenaran yang relatif itu.

Di luar itu, namun masih berkaitan pula dengannya, mulai populer pulalah istilah Logos atau firman, oleh Filsuf Clements, sebagai sarana (perantara) Tuhan (yang dianggap berada di luar ruang dan waktu), untuk berhubungan dengan manusia (yang berada di dalam ruang dan waktu).

ASAL TRINITAS DAN KETIDAKSESUAIANNYA DENGAN AJARAN YESUS

ASAL TRINITAS DAN KETIDAKSESUAIANNYA DENGAN AJARAN YESUS

TRINITAS atau Trinity, pemahamam bahwa Tuhan itu adalah tiga oknum yang bahkan saling memperanakkan (atau dengan kata lain adalah mempercayai bahwa Tuhan itu berjumlah tiga aknum seperti pada masa kepercayaan kuno akan banyak dewa), muncul dalam khazanah kaum yang sekarang bernama Kristen sejak dinamai oleh Barnabas dan Paulus (Saulus atau Paul) di Antiokhia (lihat Injil Kisah Para Rosul 11:23-26) itu, sejak Abad Pertengahan (nama lainnya adalah Abad Kegelapan atau Dark Ages atau Medieval Ages), melalui propaganda kaum Filsuf dan agamawan Kristen.

Yang tak banyak diketahui orang, juga kaum Kristen sendiri, ternyata Yesus tak pernah tercatat memperanakkan diri terhadap Tuhan, dan tak pernah menganggap serta menyatakan dirinya sebagai Tuhan.

Di bawah ini, insya Allah akan diterangkan serba sedikit mengenainya.

Semoga bermanfaat:

FILSAFAT KRISTEN ABAD PERTENGAHAN

Filsafat Kristen sendiri awalnya adalah sangat sederhana, yaitu berdasarkan harapan besar akan kembalinya Yesus Kristus anak Maria dari Nazareth (dengan sejumlah perkecualian adalah disebut sebagai Nabi Isa bin Maryam ‘alaihis salaam yang dalam Islam adalah seorang nabi-rasul agung dan wajib diimani muslim) setelah ’disalibkan’ Romawi dan Yahudi, yang kemudian berkembang menjadi keinginan untuk bersatu dengan Tuhan (termasuk bersatu dengan Yesus, menurut kaum Kristiani), yang paham ini terutama dicetuskan oleh dua orang Filsuf Kristen paling menonjol di Abad Pertengahan, Plotinus dan Augustinus.

Yesus (Kristus) dari Nazareth sendiri adalah seorang Rabbi (guru agama) muda Bani Israil yang berdakwah di propinsi Yudea jajahan Romawi, ’semasa hidupnya’ (karena dalam Islam, Isa bin Maryam ‘alaihis salaam atau Yesus anak Maria tidak pernah meninggal dunia dan akan kembali datang ke Bumi pada akhir jaman, lihatlah QS An Nisaa’ ayat 157 dan berbagai Hadits terkait).

Masalah Teologi pada saat itu (pada masa Abad Pertengahan) tidak atau belumlah merupakan daya tarik. Dan karena ilmu atau sains tidaklah juga penting bagi kedua tokoh Filsuf utamanya, yakni Plotinus dan Augustinus, maka penjelasan ilmiah tentang alam semesta juga tidaklah penting bagi para pengikutnya di masa Abad Pertengahan itu (dan sisa pengikutnya saat ini). Dan karenanya pula, ilmu-pengetahuan berkembang dengan sangat lambat di Barat pada saat itu.

Inilah yang kemudian oleh para ahli Sejarah disebut sebagai Abad (-abad) Kegelapan (Dark Ages), nama lain dari Abad (-abad) Pertengahan (Medieval Ages atau Middle Ages)

Yang menonjol dari akidah Kristen ini adalah bahwa menurut akidah ini, tuhan itu terdiri dari tiga oknum namun adalah satu juga (tuhan Bapa, tuhan Anak, dan tuhan Roh kudus yang tiga dalam satu), dan diyakini oleh kaum Kristiani mayoritas. Ini disebut sebagai Trinitas (Trinity).

Namun ternyata paham ini sendiri tidaklah serta-merta ada, karena baru ditahbiskan setelah melalui perdebatan berabad-abad lamanya antara kaum yang pro dan kontra terhadapnya (termasuk melalui berbagai sidang Konsili besar dunia Kristen), yang akhirnya dimenangkan kaum mayoritas yang masih terpengaruh aneka paham Politeisme akan para Dewa pengatur kehidupan, agama Pagan Eropa, terutama dari pengaruh Yunani dan Romawi, yang juga sejalan dengan berbagai agama Pagan-Berhala dari ’dunia Timur’ yang sarat Dewa pula (misalnya paham dari Hindu-India).

Maka, tuhan menjadi tiga oknum bagi mereka, yang mereka saling beranak-memperanakkan, seperti manusia dan aneka makhluk lain saja.

Trinitas dan Filsafatnya menyatakan bahwa Tuhan itu ada tiga oknum, yaitu tuhan Bapa (di surga), tuhan Anak atau Yesus (yang turun ke Bumi untuk membela mengasihi orang-orang yang susah, menebus dosa manusia, dan kemudian naik ke langit), serta tuhan Roh Kudus (oknum ketiga yang diduga adalah malaikat Gabriel atau Jibril yang fungsinya masih diperdebatkan banyak pihak, namun diyakini adalah salah satu bentuk tuhan bagi Kristen) dan sebagainya; beserta segala konsekuensinya dan pengembangan masif akan tafsirnya.

Ini menjadi dipercaya serta ditetapkan luas untuk diimani, terutama setelah Konsili-Konsili pada abad III dan IV M, terutama dengan adanya dukungan Kerajaan Romawi (dan Filsafat Yunani serta Romawi) yang saat itu baru masuk Kristen yang dalam proses asimilasi ini, yang masih membawa juga berbagai sisa pengaruh paham Politeisme (percaya kepada banyak tuhan, para dewa), termasuk juga karenanya berbagai macam kisah legenda masyarakat Eropanya.


Friday 7 January 2011

PENYIMPANGAN SEXUAL DAN KRISTEN, YA ITU MUNGKIN!!!

Gay AND Christian?
Yes It IS Possible !

This website is dedicated to the premise that...

"God loved the world so much, that Jesus Christ, God's only begotten Son, was freely given, that WHOSOEVER believes in Him shall not perish but have everlasting life."
   ~ John 3:16

As society is learning to accept gays based on basic human rights, this website supports homosexuality as an orientation based on Scripture alone.

It is our belief that the Original Scriptures, when understood in the correct context and culture of their time, make no mention of homosexuality. References to same-sex acts were with regard to rape, domination, idol worship, purity laws for the priests, etc. We condemn these acts as well, but recognize that they do not relate in any way to a loving, monogamous relationship between two people of the same sex.

Gays suffer much rejection. Gay Christians suffer especially so, wanting so much to be a part of the church they love, and yet being rejected just for who they are. Jesus always reached out to those who were rejected. Jesus reaches out to we gays today to tell us that we are loved, just as we were created.

"Before I formed you in the womb I knew you, before you were born I set you apart."   ~ Jer. 1:5a

"For I know the plans I have for you", declares the Lord, "plans to prosper you and not harm you, plans to give you hope and a future. Then you will call upon me and come and pray to me, and I will listen to you. You will seek me and find me when you search for me with all your heart."   ~ Jer.29:11-13

If you are wondering how it is possible to be both gay and Christian, it will take much reading and prayer on your part to understand the errors of contemporary teaching of Christianity and homosexuality, but God says:

"Do not be anxious about anything, but in everything, by prayer and petition, with thanksgiving, present your requests to God,"   ~ Philippians 4:6 (NIV)

The answers are there for you to find. Do not shy away from the Bible. It is the Good News for ALL, but the "clobber verses" used against us have been grossly misinterpreted, and taken out of context and culture of their day.

Search the Education links. Read the Articles. Learn the TRUTH of God's Holy inerrant Word. Search Scripture and allow your mind to grasp the Truth of the Original Scriptures, not the Translations. Read the Think We're Wrong? pages. There is more information in Tidbits, Comfort, News, etc. It is all Good News for Gays!

"All scripture is given by inspiration of God, and is profitable for doctrine, for reproof, for correction, for instruction in righteousness:     ~ II Tim. 3:16


Christian Gays is a community of gay, lesbian, bisexual, transgender and supportive straight folks from many countries around the world. We range in age from 13 - 95. Most of us are "born again" Christians from all denominations, including many pastors, priests, ex-nuns, etc, and we also have folks who are questioning their faith as well.

We exist to provide you with a SAFE place to connect with others, and to provide the Resources you need to accept yourself as a Gay Christian.

We offer a Gay Christian Dating Service, Chat Rooms, Social Group, Message Boards, Free Counseling, HIV & AIDS Support, Transgender & Intersex Information, GLBTIQ Youth Resources, Blogging, Online Store, and much more.

Please visit the Join Our Family page for an explanation of how we interact with each other through our Social Group, Chat Rooms, Message Boards, etc.

Subscribe to receive our Newsletters and receive Mary's Free eBook, "Gay And Christian? YES! It IS Possible!"

You may also wish to get our Chat Reminders .

You must subscribe separately for each thing you wish to join. They are all independent of each other.

We would love to welcome you into "The Family"!

"There is now no condemnation for those who are in Christ Jesus."   ~ Rom. 8:1



SUMBER : http://www.christiangays.com/

Thursday 6 January 2011

Tahapan-tahapan dan Aspek yang Berbeda dari Satu Oknum TRINITAS


Kemungkinan pertama tidak perlu dibahas panjang lebar sebab hampir tidak ada orang Kristen zaman sekarang yang lebih mengimani Yesus sebagai sebuah aspek atau salah satu fase Tuhan, daripada mengimani beliau sebagai satu oknum berbeda. Orang-orang yang percaya pada Trinitas bersikeras bahwa terdapat tiga oknum berbeda yang menyatu menjadi satu.
Pada saat seseorang mengakui skenario bahwa satu oknum memiliki aspek-aspek berbeda yang ditampilkan secara bersamaan, maka konsep Trinitas, yakni tiga tuhan dalam satu, akan menguap jadi udara, dan Trinitas tidak tersisa lagi. Sehingga, sang Tuhan Bapak lah, tergerak oleh kasih-sayang-Nya, yang mati demi dosa-dosa manusia. Dalam kasus ini hal itu hanya merupakan suatu fase peralihan dari oknum yang sama. Aspek-aspek bukanlah oknum, dan demikian pula fase-fase tidaklah menciptakan wujud yang terpisah. Manusia mana pun dapat menjalani berbagai macam perasaan dan aspek, tanpa harus terbelah menjadi dua atau tiga atau banyak oknum. Oleh karena itu, jika Tuhan memutuskan untuk mati demi manusia yang penuh dosa, itu adalah Tuhan sendiri dan bukan aspek-Nya yang melakukan hal tersebut.
Oleh sebab itu, mengenai kasus yang menjadi perhatian ini, yakni aspek Tuhan yang telah memainkan sebuah peran vital dalam pengorbanan Tuhan demi manusia yang penuh dosa, hanya dapat dipahami sebagai penampakan satu sifat-Nya. Jadi, jika sifat kasihsayang Tuhan itu sendiri diperlakukan sebagai seorang 'oknum' dan oknum tersebut telah dinamakan Yesus Kristus, maka yang telah mati itu adalah 'kasih-sayang' Tuhan. Sungguh merupakan kontradiksi aneh, bahwa kasih-sayang Tuhan karena iba terhadap manusia yang penuh dosa lalu melakukan aksi bunuh diri. Hal itu secara tidak langsung mengungkapkan bahwa selama tiga hari tiga malam tidak ada sifat kasihsayang yang tertinggal pada diri Tuhan.
Ingat, dalam skenario ini, Yesus tidak diperlakukan sebagai suatu oknum terpisah yang berdiri sendiri, melainkan hanya sebagai sebuah sifat atau aspek Tuhan, yang dalamnya beliau menjadi semacam kasih-sayang yang menjelma sebagai wujud. Akan tetapi wujud ini tetap merupakan satu unsur yang tidak terpisahkan dari Tuhan. Jadi, jika ada yang telah mati dalam proses tersebut, hal itu mestilah wujud Tuhan, atau sifat kasih-sayang-Nya yang telah memainkan peran sangat vital dalam episode ini. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain kecuali mempercayai kematian sifat kasih sayang Tuhan, atau kematian Tuhan Yang Maha Pengasih itu sendiri.
Banyak kerumitan yang timbul dari penda'waan bahwa aspek-aspek seorang oknum tunggal dapat dihapuskan dari keberadaannya, untuk sementara atau selamanya. Skenario ini hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan penerapannya pada apa yang dialami manusia. Seorang manusia dapat kehilangan penglihatan atau pun pendengaran untuk sementara atau selamanya, tetapi dia tetap merupakan orang hidup yang sama. Kematian suatu kemampuan, memang merupakan kematian parsial bagi orang yang sama. Dalam analisa utama, orang yang kehilangan atau mengalami hal itu tetap merupakan orang yang sama.

AJARAN KRISTEN ZAMAN SEKARANG 1

 
Masalah paling besar yang dihadapi dunia Kristen zaman sekarang bukanlah masalah kurangnya pemahaman, sebagaimana kurangnya kehendak dan keinginan untuk menerima kebenaran. Ajaran Kristen, apakah itu yang berupa kisah dongeng atau pun kisah nyata, telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari peradaban Barat dan telah memainkan suatu peran penting dalam kolonisasi dan penaklukan-penaklukan imperialisme mereka. Ajaran Kristen mendukung sistim-sistim politik dan ekonomi mereka serta memberikan, kepada mereka suatu kekuatan yang menyatu dan saling bertalian, sehingga menjadikan mereka sebagai satu wujud yang kuat dan menyatu. Ajaran Kristen telah memainkan sebuah peran vital dalam membangun dan membentuk sistim sosial politik dan ekonomi Barat yang pelik. Apa yang kita pahami sebagai peradaban Barat atau imperialisme Barat dan dominasi ekonominya, telah dirasuki oleh beberapa unsur ajaran Kristen. Dalam kondisinya sekarang, ajaran Kristen tampak cenderung berbakti dengan lebih baik bagi tujuan-tujuan material Barat dibandingkan bagi tujuan ruhani. Sedangkan pada masa lalu peran ajaran Kristen lebih banyak mengarah pada dukungan terhadap kepercayaan-kepercayaan Kristen dan dalam membangun nilai-nilai moral.
Peran paling bersejarah yang telah dimainkan oleh ajaran Kristen, adalah dalam membangun dan memperbesar Imperialisme Barat. Dunia Timur telah ditaklukkan dengan semangat Kristen dan khususnya dalam peperangan yang dilakukan terhadap kerajaan Islam yang didorong secara kuat oleh kebencian Kristen terhadap Islam.


Kristen dan Kolonialisme

Ketika kekuasaan kolonial menaklukkan hampir seluruh benua Afrika dan mengikat penduduk Afrika mulai dari mahkota hingga ke ujung kaki dalam rantai-rantai ikatan politik, mereka tidak harus menunggu lama sampai tangan dan kaki mereka terikat dalam rantai-rantai perbudakan ekonomi. Penaklukan-penaklukan imperial tidak akan bermakna tanpa suatu penaklukan ekonomi rakyat. Tidak jauh di belakang para penguasa politik dan ekonomi, datanglah para pendeta Kristen, mengenakan jubah kerendahan hati dan pengorbanan diri. Tujuan mereka mengunjungi Afrika tampil [seolah-olah] sama sekali bertolak belakang dengan tujuan barisan depan politik dan ekonomi mereka. Mereka datang tidak untuk memperbudak, seperti yang mereka katakan, tetapi untuk memerdekakan jiwa Afrika. Cukup mengejutkan bahwa rakyat Afrika tidak mempertanyakan niat yang tampaknya mulia itu. Mengapa mereka tidak mempertanyakan secara hormat para pemimpin Gereja yang ramah dan dermawan, misalnya mengapa para pendeta itu harus kasihan hanya terhadap jiwa-jiwa mereka saja? Tidakkah para pendeta itu dapat melihat betapa tubuh mereka telah diperbudak secara keji? Bagaimana sampai kemerdekaan politik mereka tanpa alasan telah dirampas? Bagaimana sampai mereka telah diikat dalam rantai-rantai perbudakan ekonomi? Mengapa para pendeta itu tidak kasihan terhadap kondisi lahiriah mereka yang dibelenggu dan mengapa mereka hanya tertarik pada pembebasan jiwa suatu masyarakat yang telah diperbudak?
Kontradiksi yang melekat ini nyata sekali, tetapi tidak terlalu nyata bagi mereka yang telah menjadi mangsa korban rekayasa-rekayasa Kristen. Afrika memang lugu, dan lebih lugu sekarang dibandingkan dua ratus tahun lalu. Masyarakat Afrika masih tidak menyadari perbuatan memperbudak mereka secara politik maupun ekonomi melalui sistim neo-kolonialisme yang tidak tampak dan dikendalikan jarak jauh. Mereka tetap tidak merasakan bahwa bagi mereka Kristen hanyalah suatu alat penjajahan.
Seperti opium yang telah membuat mereka terleria dalam tidur nyenyak tanpa sadar. Hal itu memberikan rasa keterikatan mereka yang keliru terhadap para penguasa mereka dalam menikmati bersama paling tidak sesuatu pada landasan yang setara dengan mereka Dalam makna keterikatan seperti itulah mereka telah digiring untuk meniru gaya hidup Barat yang sangat mahal. Pohon-pohon tetap tertanam dinegeri-negeri asing, tetapi hanya buah-buah saja yang diangkut kepada orang-orang yang telah ketagihan terhadap rasa buah tersebut. Inilah sebuah gambaran kecil bagaimana Kristen selamanya telah menjadi sangat dibutuhkkan bagi imperial Barat dan penjajahan ekonomi Dunia Ketiga.
Di Barat sendiri, terlepas dari apakah seorang awam memahami kepelikan dogma Kristen atau tidak, dia memandang Kristen sebagai suatu bagian yang menyatu dalam budaya dan peradabannya. Hendaknya diingat, kekuatan nyata nilainilai Kristen, di mana pun nilai-nilai itu bertahan, tidaklah terletak pada kepercayaan-kepercayaan Kristen yang berbau dongeng. Melainkan, terletak pada penekanan terhadap kebaikan, simpati, pengabdian demi penderitaan dari nilainilai lainnya yang telah identik dengan Kristen. Walaupun nilai-nilai ini umum terdapat pada seluruh agama di dunia dan tampaknya merupakan tujuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan untuk dicapai oleh seluruh umat manusia, tetapi propaganda gencar yang dilakukan oleh Kristen secara terusmenerus menekankan peran-peran tersebut dalam kaitan dengan Kristen saja, dan dengan demikian telah berhasil membuat orang-orang yakin dalam jumlah besar. Ajaran tentang simpati, baik budi, kebaikan dan perilaku lembut memainkan pengaruh magic pada telinga-telinga dengan musiknya yang memukau. Dunia romantis inilah yang secara umum telah menarik orang-orang ke dalam agama Kristen. Demikianlah, secara beriringan, berbeda dari itu; Kristen menjalankan kenyataan-kenyataan keras, politik, ekonomi kehidupan Barat dan penjajahannya di seluruh dunia.
Tampaknya paradoks dogmatis yang harus dijalani oleh umat Kristen dalam hidup mereka, dalam kadar tertentu telah menjelma dalam perilaku keduniawian mereka. Kebaikan, kerendahan hati, toleransi, pengorbanan dan kata-kata mulia lainnya seperti itu tampil bergandengan dengan kekejaman, penindasan, ketidakadilan yang menyolok, dan penjajahan dalam skala besar di dunia terhadap orang-orang yang tidak mampu membela diri. Ketentuan hukum, keadilan dan aturan main yang jujur tampaknya hanya merupakan mata uang yang berlaku di kalangan budaya-budaya Barat sendiri saja. Dalam hubungan-hubungan internasional, ternyata ketentuan-ketentuan itu diperlakukan sebagai istilah-istilah tolol dan kuno yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh hanya oleh pihak-pihak yang lugu.
Politik-politik internasional, hubungan-hubungan diplomasi dan ekonomi tidak mengenal keadilan selain yang menguntungkan bagi kepentingan nasional. Nilai-nilai ajaran Kristen, betapa pun baiknya, tidak diizinkan untuk memasuki kawasan kekuasaan politik-politik dan ekonomi Barat. Ini merupakan kontradiksi yang paling tragis di zaman modern.
Ketika sampai kepada gambaran yang ditampilkannya, ajaran Kristen hanya ditampilkan dalam bentuk budaya dan peradaban Barat yang atraktif yang mengajak dunia Timur kepada suatu kehidupan yang nyaman, riang, serba memperbolehkan, dibandingkan dengan ketentuanketentuan yang umumnya kaku pada masyarakatmasyarakat agama mereka yang merosot. Ajaran emansipasi/kebebasan ini dalam skala besar keliru dipahami oleh masyarakat yang kurang terpelajar di Dunia Ketiga sebagai sesuatu yang sangat atraktif. Ditambah lagi keuntungan psikologis tambahan berupa perolehan suatu rasa kepemilikan terhadap dunia maju melalui kesamaan agama, dan orang mulai mengenali peran hakiki Kristen dalam menarik sejumlah besar orang-orang yang terinjakinjak di bawah, dalam banyak kasus, orang-orang buangan dan orang-orang tertindas pada tingkatan terendah di masyarakat mereka sendiri yang terpecah-pecah dalam berbagai kelas. Adalah di luar jangkauan mereka untuk memahami dogma Kristen. Kristen hanya berfungsi untuk mengangkat status kemanusiaan mereka saja, tetapi secara palsu.
Dari hal di atas hendaknya menjadi jelas bahwa ajaran Kristen yang kita bicarakan ini sangat jauh dari ajaran Kristen Yesus Kristus. Menganggap budaya Barat sebagai ajaran Kristen adalah suatu kekeliruan nyata. Mengaitkan bentuk ajaran Kristen zaman sekarang dalam berbagai bidang kepada Kristus, adalah suatu penghinaan terhadap beliau. Memang terdapat pengecualian-pengecualian dalam setiap ketentuan. Tidak ada pernyataan yang berlaku secara menyeluruh terhadap suatu kelompok besar. Tidak diragukan, masih terdapat sejumlah kecil pulau-pulau harapan individu dan kehidupan di dunia Kristen di mana ketulusan, kecintaan dan pengorbanan menurut ajaran Kristen diterapkan secara murni. Ini adalah `pulau-pulau' harapan yang dikitari oleh samudera-samudera ganas ketidak-bermoralan yang secara perlahan dan bertahap mengikis dan akhirnya mencaplok batas-batas yang lebih banyak lagi dari pulau-pulau tersebut. Jika dunia Kristen tidak disinari oleh tauladan-tauladan Kristen yang berkilauan seperti itu, yang dilakukan sesuai teladan Yesus Kristus, betapa pun jauh antara keduanya dan sedikit, maka suatu kegelapan menyeluruh akan menyelimuti cakrawala Barat. Tanpa Kristen, tidak ada cahaya dalam peradaban Barat, tetapi, sayangnya, cahaya itu pun cepat memudar.
Penting bagi dunia Kristen untuk kembali kepada realita Kristus dan mengobati diri mereka sendiri dari terpecahnya jatidiri mereka dan dari kemunafikan yang mendarah-daging. Terus-menerus hidup dalam suatu dunia mitos dan legendalegenda, sangat berpotensi mengalami resiko-resiko mematikan. Tujuan utama pengkajian ini adalah untuk menyadarkan dunia Kristen tentang bahaya-bahaya besar yang menanti di balik kontradiksi yang semakin lebar antara keimanan dan amal perbuatan mereka. Mitos-mitos memang bagus, sepanjang tujuannya untuk menjajah jenjang-jenjang masyarakat terendah sebagai cara untuk mengendalikan mereka dan mengeksploitasi ketidaktahuan mereka dengan cara membuat mereka tetap terbius. Namun, apabila tiba saatnya keimanan-keimanan yang memainkan peran vital dalam menghidupkan suatu masyarakat yang telah mati dan merekonstruksi nilai-nilai moral mereka yang merosot dengan cepat, maka mitos-mitos seperti itu tidak ada gunanya. Mitos-mitos hanyalah khayalan-khayalan, dan khayalan-khayalan tidak pernah dapat memainkan suatu peran bermakna dalam urusan umat manusia.


Kedatangan Kembali Yesus Kristus

Penerapan [hasil] pengamatan-pengamatan yang telah dilakukan sejauh ini sekarang dapat diperagakan. Permasalahan vital tentang keselamatan umat manusia zaman sekarang, berkisar pada sosok sentral Yesus Kristus. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami realita beliau. Siapa beliau dan peran apa yang telah beliau mainkan pada saat pertama sebagai Kristus di tengah-tengah masyarakat Yahudi yang telah merosot? Seberapa jauh kesungguhan kita dapat menanggapi janji kedatangan beliau kembali di akhir zaman? Inilah permasalahan-permasalahan vital yang harus kita perbincangkan.
Jika sosok Yesus Kristus tidak nyata dan hanya merupakan sebuah produk khayalan manusia, maka tidak mungkin untuk membayangkan kedatangan beliau kembali. Akan tetapi, walau bagaimanapun Yesus bukanlah sebuah produk khayalan. Beliau adalah seorang manusia nyata, dan hanya sebagai manusia nyatalah beliau dapat dilahirkan kembali sebagai seorang anak manusia, dan bukan turun sebagai hantu yang mendatangi makhluk-makhluk hidup. Khayalan-khayalan seperti itu tidak pernah muncul dalam kenyataan-kenyataan hidup manusia. Selain itu, suatu masyarakat yang hidup dengan dongeng-dongeng dan legenda-legenda, terus berlanjut melakukan hal demikian, mereka tidak akan pernah memiliki peluang untuk mengenali juru selamat mereka tatkala dia datang.
Jika Yesus memang benar Anak Tuhan, sebagaimana yang dikehendaki oleh orang-orang Kristen agar kami percaya, maka tentu beliau akan kembali dengan keagungan, menumpukan kedua tangan beliau pada pundak malaikatmalaikat nyata. Namun, jika hal ini sekedar suatu khayalan romantis dari harapan-harapan dan aspirasi-aspirasi Kristen, maka peristiwa tersebut tidak akan pernah terjadi. Tidak akan pernah dunia menyaksikan peristiwa aneh ini, yakni beberapa tuhan turun dari langit/sorga dalam bentuk manusia beriringan dengan sebuah pasukan malaikat yang mendukungnya dan menyanyikan lagu-lagunya.
Pemikiran ini sangat menjijikkan bagi logika manusia dan hati nurani manusia. Ini merupakan kisah dongeng paling ngawur yang pemah dikarang untuk menidurkan kemampuan-kemampuan manusia. Di sisi lain, jika pemahaman Ahmadiyah tentang Yesus Kristus diterima, hal itu akan menggantikan skenario fantastik tersebut dengan sesuatu yang tidak hanya diterima oleh pemahaman manusia, tetapi juga secara kuat didukung oleh seluruh sejarah agama umat manusia. Dalam kasus tersebut kami pun menunggu-nunggu seorang juru selamat yang tidak berbeda dari Kristus yang telah datang sebelumnya. Kami menunggu seorang manusia rendah hati, yang lahir dari keturunanketurunan rendah hati seperti Yesus Kristus yang telah datang sebelumnya, yang akan memulai tugasnya dalam gaya yang sama seperti yang pernah Yesus lakukan. Dia akan berasal dari suatu umat beragama yang menyerupai orang-orang Yahudi di Judea, dalam hal sikap-sikap dan kondisikondisi mereka. Mereka tidak hanya akan menolak serta memungkiri penda'waannya sebagai Pembaharu Yang Dijanjikan, yang mereka tunggu-tunggu sebagai juru selamat mereka dari Tuhan, tetapi juga akan menggunakan segenap kekuatan mereka untuk membinasakannya. Dia akan menghidupkan kembali seluruh kehidupan Kristus dan akan diperlakukan dengan penghinaan, kebencian dan keangkuhan yang sama Dia akan mengalami penderitaan sekali lagi, bukan di tangan umatnya, melainkan di tangan kekuatan-kekuatan musuh mirip seperti yang telah menentang Yesus sebelumnya. Dia juga akan mengalami penderitaan di tangan kekuatan kerajaan besar asing yang di bawah kekuasaannya dia akan dilahirkan di tengah-tengah rakyat yang terjajah.
P.D.Ouspensky, seorang penulis Rusia temama di permulaan abad keduapuluh, menuliskan tentang kedatangan kembali Yesus Kristus dalam pandangan yang sangat mirip:
Ini sama sekali bukanlah pemikiran baru bahwa Kristus, jika dilahirkan ke bumi di kemudian hari, bukan hanya tidak akan dapat menjadi pemimpin Gereja Kristen, tetapi mungkin bahkan tidak akan punya kaitan dengan itu, dan pada periodeperiode gemilang kehebatan serta kekuatan Gereja dia sudah pasti akan dinyatakan sebagai seorang yang menyimpang dari agama dan akan dibakar di tempat pembakaran. Bahkan walau di masa-masa kita yang lebih memperoleh penerangan/petunjuk, ketika Gereja-gereja Kristen, jika mereka belum kehilangan ciri-ciri anti-Kristen mereka, bagaimana pun juga telah mulai menyembunyikannya, Kristus akan dapat hidup tanpa mengalami penganiayaan dari "para juru tulis dan Farisi" mungkin hanya di tempat tertentu di suatu pertapaan/tempat-terpencil Rusia. 1
Ini hanyalah proses nyata yang dalamnya para utusan dan pembaharu Samawi dibangkitkan. Apa pun konsep lain di luar itu adalah dusta, palsu, dan tidak bermakna.
Memang selalu terjadi bahwa pada waktu terpenuhinya kabar ghaib tentang kedatangan pembaharu-pembaharu Samawi, yang untuk keselamatan mereka para pembaharu itu telah diutus, umat itu gagal mengenalinya. Pada periode sejarah itu masyarakat tersebut telah merubah gambaran tentang pembaharu mereka dari kenyataan menjadi khayalan. Mereka mulai menanti-nanti suatu khayalan untuk tampil dan muncul secara zahir, sementara apa yang terjadi hanyalah suatu pengulangan kembali sejarah agama seperti yang telah terjadi tanpa kecuali sejak masa pembaharu Ilahi pertama. Para pembaharu senantiasa tampil sebagai manusia rendah hati yang dilahirkan dari ibu-ibu manusia dan selama hidup mereka selalu diperlakukan sebagai manusia. Jauh sesudah kematian merekalah proses pendewaan mereka bermula. Dalam kondisi demikian, penerimaan yang baik terhadap mereka pada saat kedatangan mereka yang kedua kalinya menjadi tidak mungkin.
Ketika umat beragama seperti itu dihadapkan pada ke-nyataan-kenyataan para pembaharu Samawi, yang selamanya tampil sebagai manusia biasa yang lemah, mereka langsung menolaknya. Ketika anda menanti-nanti kedatangan seorang peri (makhluk khayalan) atau hantu untuk menjelma secara zahir, bagaimana mungkin anda dapat menerima kedatangan seorang manusia biasa? Itulah sebabnya mengapa dunia gagal menyaksikan dan mengenali kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya, yang temyata hal itu telah terjadi.
Mungkin ini suatu penda' waan berlebihan yang tampaknya mudah ditolak oleh hampir seluruh pembaca. Bagaimana mungkin Yesus telah datang dan pergi tanpa [sempat] dicermati secara sungguh-sungguh oleh dunia? Bagaimana mungkin beliau telah pergi tanpa dipedulikan oleh seluruh dunia Kristen dan Islam? Zaman-zaman modern telah menyaksikan banyak penda'wa demikian yang bahkan telah menciptakan kegemparan-kegemparan dan badai topan di banyak kawasan kecil, tetapi kemana gerangan mereka kini?
Ini adalah suatu zaman ketika di banyak negara, sektesekte tumbuh seperti jamur, dan pendawaan-pendawaan aneh bahwa Yesus telah datang atau telah mengutus pembuka jalan baginya, telah dilakukan secara sporadis. Pernyataan ini mungkin hanya salah satu di antaranya. Mengapa seorang yang berpikiran serius harus menghabiskan waktunya untuk merenungkan hal ini? Secara pasti, keraguan-keraguan serius akan timbul dan suatu dilema pelik pasti akan dihadapi. Kami mohon perhatian pembaca untuk sudi membayangkan situasi itu bila Kristus benar-benar datang kembali. Apakah kedatangannya kembali hanyalah suatu khayalan atau dapatkah benar-benar beliau sendiri datang kembali ke dunia atau melalui pengganti? Inilah sebuah pertanyaan yang harus dipecahkan sebelum kita dapat mencoba menjawab berbagai keraguan yang telah dipaparkan di atas.
Apakah dunia, Kristen maupun Islam, benar-benar berada dalam kondisi pemikiran yang secara psikologis siap menerima kedatangan Yesus kedua kalinya? Jika ya, dalam bentuk apa dan dengan cara bagaimana? Jika kita memandang hal ini dari sudut pandang umat Islam dan Kristen keduanya, Yesus, jika beliau memang akan kembali, akan datang dengan keagungan sedemikian rupa serta dengan tanda-tanda begitu jelas, turun dari langit di siang hari bolong dengan para malaikat yang memapah beliau, maka hal itu menjadi tidak mungkin bagi orang yang paling ragu untuk menolak menerima beliau.
Sedihnya, hanya Yesus versi khayalan sajalah yang dapat diterima oleh dunia zaman sekarang. Yaitu seorang Yesus yang tidak pemah datang sebelumnya di seluruh sejarah umat manusia. Jika sejarah agama diperhatikan secara sungguh-sungguh, orang akan menemukan sejumlah contoh mengenai pendiri-pendiri agama mana saja dan para utusan Samawi mana saja yang diriwayatkan telah naik ke langit dengan tubuh kasar mereka. Penda'waan-penda'waan ini begitu banyak dan tersebar luas sedemikian rupa sehingga tampaknya hal itu merupakan suatu gaya universal umat manusia untuk mengarang kisah-kisah semacam itu dalam rangka mengangkat derajat dan menjadikan para pemimpin agama mereka sebagai manusia luar biasa. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita dapat menyangkal segenap riwayat ini yang telah diterima dan dipercayai mungkin oleh milyaran umat manusia di dunia zaman sekarang? Umat Kristen dan Islam saja yang mempercayai hal ini dan beberapa hal aneh serupa lainnya, sudah melebihi dua milyar. Jadi, seorang pembaca dapat mempertanyakan, apa hak kami atau siapa pun di dunia ini, untuk menolak seluruh kepercayaan semacam itu sebagai sesuatu yang tidak nyata dan berupa khayalan? Kami setuju bahwa menguji hal tersebut dari sudut ini akan menuntut suatu usaha yang keras untuk menolak penda'waan-penda'waan semacam itu, sebab tidak didukung oleh kitab-kitab suci dari agama-agama tersebut, yang dianut oleh mereka. Sekali seseorang sampai pada penafsiran alternatif dan mungkin, yang pelik ini, hal itu hanya akan berakhir pada selera kesukaan dan pilihan. Akhimya hal itu menjadi permainan setiap orang untuk menafsirkan kitab-kitab suci atau sejarah agama yang diriwayatkan sebagai sesuatu yang hakiki atau kiasan. Untuk melangkah ke dalam kubangan penjelasan-penjelasan yang penuh pertentangan ini tidak akan menghasilkan apa-apa. Namun, hanya ada satu jalan keluar dari upaya yang sukar ini, yang dapat kami tunjukkan kepada para pembaca dan mengajak mereka untuk mengikuti atau menolaknya sesuai kehendak mereka.
Demi untuk argumentasi, andaikan kita menerima segenap penda'waan tentang para pemimpin agama yang [diriwayatkan] telah naik ke langit dan menerimanya begitu saja. Jika kasus Yesus Kristus yang diriwayatkan naik itu disikapi dalam pengertian yang selintas sedangkan kedatangan beliau yang kedua kali diartikan secara hakiki dan nyata, maka tidak ada alasan mengapa kita harus menolak kasus-kasus serupa lainnya di dunia. Mengapa memberikan pengecualian pada Elia (Ilyas), Raja Salim, Imam ke-12 golongan Syiah dalam Islam, kenaikan dewa-dewa Hindu, atau orang-orang suci lain dan apa-apa yang disebut sebagai penjelmaan-penjelmaan Tuhan yang serupa? Oleh karena itu, lebih aman untuk menghindari masuk ke dalam perdebatan-perdebatan yang tidak produktif dan sia-sia seperti itu. dengan orang-orang yang menganut kepercayaankepercayaan demikian. Seseorang dapat menanyakan kepada segenap orang yang mudah mempercayai khayalan seperti itu, jika mereka dapat menunjukkan satu saja kedatangan kembali, secara pribadi, dari antara orang-orang yang diriwayatkan telah naik ke langit yang jauh. Dapatkah segenap sejarah manusia menampilkan satu contoh saja tentang kembalinya seseorang dengan tubuh kasar ke dunia ini, yang telah diriwayatkan naik ke langit dengan tubuh kasamya? Tunjukkan kepada kami jika memang itu ada.
Memperhatikan tidak adanya sama sekali pemenuhan secara harfiah penda'waan-penda'waan semacam itu, orang dihadapkan pada dua pilihan: menolak penda'waan-penda'waan seperti itu sebagai suatu penipuan atau menerimanya dalam makna kiasan, seperti yang dilakukan Yesus dalam kasus kedatangan Eliya/llyas yang kedua kalinya. Dari hal ini jelas bahwa orang-orang yang menantinanti kedatangan Yesus secara harfiah dari langit telah menciptakan suatu penghalang antara diri mereka sendiri dengan realita Yesus. Jika memang Yesus datang kembali, beliau akan datang hanya sebagai manusia biasa seperti segenap pembaharu Samawi yang dinanti-nantikan sebelum beliau. Jika beliau tampil sebagai seorang manusia biasa yang rendah hati, dilahirkan di sebuah negeri yang serupa dengan Judea di Palestina dan mendapat mandat memainkan peran sama seperti yang beliau mainkan pada kedatangan pertama beliau, apakah orang-orang di negeri itu akan memperlakukan beliau berbeda dari perlakuan yang beliau terima sebelumnya?
 
1. P.D. Ouspensky, A New Model of the Universe, p. 149-150, Kegan Paul Trench, Trubener & Co., Ltd 1938