MENURUT ANDA, BLOG INI ?

Saturday 30 July 2011

DOSA PAULUS TERHADAP YESUS


Oleh: DR. Wadi’ Ahmad

Aku memuji Allah yang telah memberikah hidayah kepadaku terhadap Islam setelah aku hidup sekitar 40 (empat puluh) tahun dalam kesyirikan agama Kristen. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, serta penutup para nabi, dan penghulu seluruh Rasul, dan aku bersaksi bahwa al-Masih, Isa putra Maryam (yang dipanggil dengan sebutan Yesus) adalah hamba Allah, dan Rasul-Nya kepada Bani Isarail.

Paulus Peletak Batu Pertama

Di antara perkara paling mengherankan yang ada di dalam al-Kitab milik umat kristiani adalah Surat-Surat Paulus yang dijadikan oleh setiap sekte Kristen sebagai alasan agar bisa berbeda dari sekte yang lain, dan bisa mengkafirkan serta memeranginya. Hal itu dikarenakan di dalam surat tersebut terdapat perkataan-perkataan yang tidak stabil dan bertentangan.

Saya katakan kepada orang-orang Kristen, bahwa surat-surat tersebut adalah penyebab kesesatan dan penyelewengan mereka dari agama yang asli (agama Nabi Isa/Yesus) kepada agama Kristen yang dibuat oleh Paulus untuk mereka. Yang demikian itu adalah berdasarkan pengakuan kitab Bibel mereka sendiri.

Setelah saya meneliti surat-surat tersebut, saya mendapatkan bahwa apa yang dikatakan oleh orang-orang Kristen sekarang tentang penyembahan mereka kepada al-Masih ternyata Paulus maupun para penulis Injil tidak pernah lancang mengatakannya, seperti:

  1. Paulus tidak pernah sama sekali menyebutkan bahwa al-Masih (Yesus) adalah Allah, bahkan dia selalu menjadikannya sebagai Tuhan setelah Allah (Tuhan Bapak).
  2. Paulus tidak pernah menyebut sama sekali bahwa Allah dan al-Masih (Yesus) adalah satu.
  3. Paulus tidak pernah menyebut bahwa al-Masih (Yesus) sejajar dengan Allah dalam dzat.
  4. Paulus tidak pernah sama sekali menyebut lafazh Tsaluts (Tiga serangkai): Allah (Tuhan Bapak), Yesus (Tuhan Anak), dan Roh Kudus, bersama-sama, atau bahkan lafazh Tatslits (trinitas).
  5. Seluruh surat Paulus mengakui bahwa Allah (Tuhan Bapak) adalah Yang Maha Besar, Yang Maha Utama, Sang Pencipta, Sang Pemberi Anugerah, Pelaku, Yang Maha Kuasa… dan seterusnya. Dan setelahnya datang al-Masih (Yesus, Tuhan Anak) sebagai obyek penderita dan yang selalu mengambil dari Tuhan Bapak.
  6. Paulus atau selainnya dari para murid tidak menyebutkan keyakinan kristiani tentang Bunda Maria (Maryam), karena mereka menjadikannya sebagai ibu bagi sesembahan atau Tuhan mereka dan menyebutnya Oum El Nour (Bunda Cahaya) sebagai isyarat kepada keyakinan ini. Dan “Cahaya” yang mereka maksud adalah Allah. Paulus telah meletakkan batu pertama bagi pondasi agama Kristen, yang kemudian para Pastur dan Pendeta membangun puluhan bangunan di atas batu pondasi tersebut.



Kisah Kehidupan Paulus:

Sebagaimana telah disebutkan kisahnya pada Bibel, yaitu pada Kisah Para Rasul (yang mereka maksud dengan istilah para Rasul adalah murid-murid Yesus), dimana dikisahkan dalam Kisah Para Rasul (9) bahwa Paulus yang nama aslinya adalah Saulus (Saul), dulunya adalah seorang tentara Yahudi fanatik yang memerangi dan membantai orang-orang yang beriman dengan risalah al-Masih (Yesus), dan hal itu terjadi beberapa tahun setelah kenaikan al-Masih.

Kemudian dia mengambil dari Kepala para imam Yahudi di Yerusalem kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik (Damaskus) agar mereka membantunya dalam menangkap setiap orang Kristen yang lari ke Damsyik. Kisah pelarian orang-orang Nasrani yang lari ke Damsyik tersebut tidak disebutkan kecuali oleh Injil Barnabas. Perhatikanlah, bahwa Yahudi kala itu berada di bawah penjajahan Romawi, lalu darimana kepala para Imam mereka, atau Paulus mendapatkan kekuasaan ini?! Di tengah perjalanan menuju Damsyik, memancarlah cahaya yang mengelilingi Paulus dan pasukannya; yaitu cahaya dari langit, lalu dia pun rebah ke tanah dan mendengar suara Yesus yang mengajaknya kepada iman. Kisah ini disebutkan dalam kitab Kisah Para Rasul yang sama hingga tiga kali, dan ketiganya adalah kisah yang kacau;

Kisah pertama; yaitu Kisah Para Rasul (9: 1-9) disebutkan bahwa orang-orang yang bersama dengan Saulus (Paulus) berdiri diam mendengarkan suara tersebut dan tidak melihat sesuatu pun[1]. Suara itu memerintahkan untuk masuk Damsyik, dimana dia akan tahu apa yang akan dia lakukan. Lalu dia pun diam di sana dalam keadaan buta selama tiga hari.

Kisah kedua; yaitu Kisah Para Rasul (22: 1-11) mengatakan bahwa orang-orang yang bersama dengannya tidak mendengar suara tersebut, akan tetapi mereka melihat cahaya dan ketakutan.[2]

Kisah ketiga; yaitu Kisah Para Rasul (26: 10-17) mengatakan bahwa karena kuatnya cahaya tersebut, Saulus (Paulus) dan orang-orang yang bersama mereka rebah ke bumi, dan suara itu mengatakan: Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka, untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan. (Kisah Para Rasul 26: 17-18)

Lalu diapun pergi ke Damsyik dan Yerusalem dan memerintahkan mereka untuk bertaubat kepada Allah?![3]

Adapun kebangsaannya, maka Paulus sendiri berkata bahwa dia adalah seorang Romawi (Kisah Para Rasul 16:37-38)[4] kemudian dia berkata bahwa dia adalah seorang Yahudi dari negeri Tarsus di Asia kecil (Kisah Para Rasul 21: 39)[5] kemudian dia kembali, dan berkata bahwa dia adalah seorang Romawi (Kisah Para Rasul 22:25)[6] kemudian dia kembali, dan berkata bahwa dia adalah seorang Yahudi Farisi, yaitu termasuk pemuka agama kaum Saduki (Kisah Para Rasul 23:6)[7] kemudian dia pergi ke negeri Ikonium di Asia kecil, dan di sanalah dia membuat gereje, kependetaan, dan keuskupan.

Kemudian dengan tiba-tiba dia mulai menyerang setiap orang yang menjaga pengamalan syariat Allah bagi Nabi Musa ‘alaihi salam, terutama khitan (Kisah Para Rasul 15:2)[8] di negeri Antiokhia yang di dalamnya dia membangun pondasi agama Kristen. Dimana dia berselisih dengan kaum Yahudi yang telah masuk Nasrani melalui kedua tangannya sebelum itu. Kemudian dia kembali ke Yerusalem bersama dengan Barnabas di mana dia berhasil meyakinkan Para Rasul (murid-murid al-Masih) agar mereka tidak memberatkan orang-orang yang baru beriman dengan menjaga seluruh syariat Taurat, dan agar mereka mencukupkan diri dengan mengharamkan berhala, dan apa yang disembelih untuk berhala tersebut, juga makan bangkai, darah, dan perzinaan. Kemudian berselisihlah Paulus dengan Barnabas, yang kemudian keduanya berpisah.

Kemudian mulailah Paulus bersifat munafik kepada setiap kelompok sesuai dengan keyakinan mereka. Dia pun mengkhitan muridnya, yaitu Timotius demi berbuat munafik kepada orang-orang Yahudi, setelah dia memerangi khitan. (Kisah Para Rasul 16)[9] dan aku tidak tahu apakah dia mengungkap hal itu kepada manusia untuk meyakinkan bahwa mereka telah dikhitan?!

Kemudian dia berbuat munafik kepada para penyembah berhala di Atena (Kisah Para Rasul 17) dan berkata seperti ucapan mereka, ‘kita berasal dari keturunan Allah[10] kemudian dia melihat satu berhala bertuliskan “Tuhan tak dikenal”, maka dia berkata kepada mereka, aku datang kepada kalian untuk memberikan berita gembira kepada kalian tentang tuhan ini?!

Dia adalah seorang munafik papan atas; saat dia berbicara dengan orang Yahudi, maka dia memuji Taurat, saat dia berbicara dengan orang Yunani, dia menyerang yahudi dan Taurat.

Di Turki (yaitu Korintus, dan Efesus) dia mendapati bahwa Rasul Yohanes (Yahya bin Zakaria) telah mendahului dia di sana dan telah mengajarkan agama kepada manusia. Kemudian mereka berkata kepada Paulus, ‘kami belum pernah mendengar tentang roh kudus.’ Maka dia pun mengambil mereka dan mengajari mereka bid’ah barunya dalam agama, yaitu tentang ketuhanan roh kudus dan pembaptisan. (Kisah Para Rasul 18 dan 19)

Kemudian dia kembali ke Yerusalem di mana para Rasul (murid al-Masih) menekannya karena dia mengajari manusia untuk meninggalkan syariat Taurat, dan para Rasul tersebut memerintahkannya untuk menampakkan kepada orang-orang Yahudi bahwa dia mempraktekkan syari’at Musa ‘alaihi salam (Kisah Para Rasul 21).

Kemudian, sekalipun demikian orang-orang Yahudi menangkapnya saat dia memasuki Kuil Solomon, kemudian mereka menyerahkannya kepada Wali Negeri guna mengadilinya. Di sinilah disebut “Syi’ah an-Nashiriyyin (sekte orang Nasrani)”, maksudnya adalah Nashara (Kisah Para Rasul 24)[11], dan dia berkata bahwa Paulus adalah pemimpinnya (Kisah Para Rasul 26), lalu Wali Negeri menuduhnya gila (Kisah Para Rasul 26:24)[12] kemudian dia mengirimkan kepada Kaisar di Roma untuk mengadilinya. Dan di sanalah kemudian dia tinggal selama dua tahun bersama orang Yahudi (Kisah Para Rasul (28:17)[13] padahal kitab yang sama menyebutkan bahwa Kaisar mengusir setiap orang Yahudi dari Roma beberapa waktu sebelum kejadian tersebut (Kisah Para Rasul 18: 2)[14]

Di sanalah dia mengucapkan kalimat terakhirnya kepada orang Yahudi: “Sebab itu kamu harus tahu, bahwa keselamatan yang dari Allah ini disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarnya." (Kisah Para Rasul 28:28) yaitu bangsa-bangsa lain selain Yahudi akan mendengar, yaitu beriman kepada Allah. Sejarah Nasrani menyebut bahwa Paulus dibunuh dengan pedang di Roma. (AR)*


[1] Kisah Para Rasul (9:7) Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jua pun.
[2] Kisah Para Rasul (22:9) Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.
[3] Padahal pada Kisah Para Rasul (9:6) Yesus berkata, “Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat." Demikian pula pada Kisah Para Rasul (22:10) disebutkan: Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu.
[4]Kisah Para Rasul (16:37-38) Tetapi Paulus berkata kepada orang-orang itu: "Tanpa diadili mereka telah mendera kami, warganegara-warganegara Roma, di muka umum, lalu melemparkan kami ke dalam penjara. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami dengan diam-diam? Tidak mungkin demikian! Biarlah mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar."  Pejabat-pejabat itu menyampaikan perkataan itu kepada pembesar-pembesar kota. Ketika mereka mendengar, bahwa Paulus dan Silas adalah orang Rum, maka takutlah mereka.
[5] 21:39 Paulus menjawab: "Aku adalah orang Yahudi, dari Tarsus, warga dari kota yang terkenal di Kilikia; aku minta, supaya aku diperbolehkan berbicara kepada orang banyak itu."
[6] 22:25 Tetapi ketika Paulus ditelentangkan untuk disesah, berkatalah ia kepada perwira yang bertugas: "Bolehkah kamu menyesah seorang warganegara Rum, apalagi tanpa diadili?"
[7] 23:6. Dan karena ia tahu, bahwa sebagian dari mereka itu termasuk golongan orang Saduki dan sebagian termasuk golongan orang Farisi, ia berseru dalam Mahkamah Agama itu, katanya: "Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati."
[8] 15:1. Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan."
15:2 Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu.
[9] 16:3 dan Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh menyunatkan dia karena orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani.
[10] 17:29 Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.
[11] 24:5 Telah nyata kepada kami, bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte orang Nasrani
[12] 26:24. Sementara Paulus mengemukakan semuanya itu untuk mempertanggungjawabkan pekerjaannya, berkatalah Festus dengan suara keras: "Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila."
[13] 28:17. Tiga hari kemudian Paulus memanggil orang-orang terkemuka bangsa Yahudi dan setelah mereka berkumpul, Paulus berkata: "Saudara-saudara, meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang-orang Roma.
[14] 18:2 Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka.

Tuesday 19 July 2011

Muhammad & Kristus 10

Pemberitahuan Kelahiran (2/2)

Bagi sang ayah ataupun ibu melihat ramalan atau impian bahwa anak akan lahir adalah sesuatu yang biasa saja dan tidak sedikit bukti ternyata banyak yang memiliki kemuliaan pada keturunannya. Impian atau ramalan semacam itu tidak dengan sendirinya memperlihatkan bahwa anak yang akan muncul yang diceritakan terlebih dulu itu akan melakukan suatu pekerjaan mulia di dunia ini. Di satu pihak, bila kedatangan seorang Nabi diceritakan terlebih dulu melalui para Nabi lainnya, sudah tentu pasti ada gamabaran nyata bahwa Nabi yang kemunculannya telah dinubuatkan ke dunia jauh sebelumnya itu adalah pemilik kemuliaan yang hakiki dan sejati, dan ternyata dunia sebelumnya dikatakan sedang menanti hari yang agung. Di sinilah Qur’an Suci, Kitab yang Maha Bijaksana, tidak membicarakan ramalan yang dilihat ibunya Nabi Suci, meskipun secara historis tidak ragu lagi bahwa beliau melihat visi tersebut: “Saya adalah visinya ibu saya” ini adalah sabda Nabi Suci sendiri; namun yang paling ditekankan dalam membicarakan ramalan kedatangan Nabi Suci ini bisa ditemui di berbagai Kitab Suci atau telah diramalkan oleh berbagai Nabi. Jadi seperti di dalam wahyu Makkiyah dikatakan: “Sesungguhnya yang sama dengan itu terdapat dalam Kitab Suci zaman dahulu” (Qur
an Suci, 26:196), ayat ini jelas sekali menyatakan bahwa ramalan tentang kedatangan Nabi Suci bisa dijumpai di dalam semua Kitab Suci zaman dahulu. Ini dinyatakan lebih jelas lagi dan lebih tegas lagi bunyinya di dalam wahyu yang belakangan:

“Dan tatkala Allah membuat perjanjian melalui para Nabi. Sesungguhnya apa yang
Kami berikan kepada kamu berupa Kitab dan Kebijaksanaan, lalu Utusan datang kepada kamu, membenarkan apa yang ada pada kamu, seharusnya kamu beriman kepadanya dan membantu dia. Dia berfirman: Apakah kamu membenarkan dan menerima perjanjian-Ku dalam perkara ini? Mereka berkata: Kami membenarkan” (Quran Suci, 3:80).

Ayat ini menerangkan dengan jelas dan kuat sekali bahwa semua Nabi telah menceritakan kedatangan Nabi Besar Dunia serta menyampaikan dan mewajibkan kepada para pengikutnya untuk menerimanya, sementara beliau di pihaknya menganjurkan untuk mengimani segenap Nabi yang telah berlalu sebelum beliau. Di sini kita memiliki bukan satu perempuan saja, ibu si anak, yang menerima berita gembira tentang kedatangan Nabi Suci kita, namun segenap yang berjiwa mulia di segenap bangsa dunia pun, yakni manusia yang paling bermanfaat bagi segenap umat manusia di mana dan kapan saja mereka hidup, menerima berita yang menggembirakan hati, pemberitaan yang agung, bahwa bangsa di seluruh dunia tidak akan hidup asing satu sama lain dengan mencari petunjuk yang berbeda, tapi semuanya akan dipersatukan oleh Nabi Besar Dunia yang tanda keagungannya akan dia saksikan pada kebenaran dari semua Nabi yang terdahulu. Bukalah lembaran-lembaran berbagai Kitab Suci yang ada di dunia, maka anda akan menemukan hanya satu Kitab, Qur’an Suci, yang meminta untuk mengimani seluruh wahyu yang terdahulu, dan bacalah lembaran-lembaran sejarah semua Nabi besar dunia, maka anda akan menemukan hanya Satu orang, yakni Nabi Muhammad saw yang meminta para pengikutnya untuk menerima segenap Nabi yang ada di dunia. Jadi Qur’an Suci menunjukkan tepat sekali bahwa Muhammad saw Nabi Besar yang telah diramalkan oleh segenap para Nabi, dan padanya terletak pusat segala harapan dunia. Dan bukan hanya Qur’an saja namun juga Bebel memberi kesimpulan kepada kita sebagaimana bisa kita baca dalam Kisah Rasul-rasul 3:21- 22:

“Ia harus menerima sorga hingga waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang telah
difirmankan Tuhan melalui mulut para nabi sucinya sejak dunia ini dimulai. Karena Musa sungguh telah berkata kepada para pendeta. Tuhanmu akan membangkitkan seorang nabi untukmu dari saudaramu, yang seperti aku; kepadanya kamu harus mendengar segala apa yang akan dikatakan kepadamu”.

Kaum Kristen mengira bahwa yang dibicarakan di sini adalah Yesus Kristus, namun faktor yang ditentukan dalam pernyataan ini adalah seorang Nabi yang telah diramalkan oleh para Nabi sebagaimana dijanjikan dalam Ulangan 18:18, dan ramalan itu ditujukan hanya kepada Nabi Suci Muhammad dan bukan kepada yang lain.

“Nabi Utusan yang Ummi yang mereka dapati tertulis dalam Taorat dan Injil” (Qur
an Suci, 7:157).

Firman Qur’an Suci ini menguatkan ramalan yang sama, seorang Nabi, yang bisa dijumpai dalam Taorat maupun dalam Injil, dan tak ragu lagi ini adalah tantangan yang berani bagi para pengikut Musa maupun Kristus, lebih-lebih yang perlu diingat bahwa tantangan ini diletakkan pada mulut orang yang tak pernah membaca kitab suci Musa maupun Injil, yakni Nabi yang Ummi, seperti jelas sekali disebutkan di sini, seorang penduduk ibukota Arab, yang tak kenal membaca dan menulis. Keduanya baik Taorat maupun Injil berisi ramalan tentang kedatangan seorang dan Nabi yang sama, dan Nabi itu tiada lain kecuali Muhammad saw, adalah dua pengakuan yang sangat penting yang diakui oleh Qur’an Suci, dan bukti yang tuntas diperkuat oleh keduanya tentang kebenaran Nabi
Suci yaitu salah satu keajaiban besar dunia yang pernah disaksikan.

Ramalan Nabi Musa berbunyi demikian: “Aku akan bangkitkan kepada mereka seorang Nabi dari antara saudara mereka sendiri, seperti yang diutus kepada kamu, dan akan meletakkan kata-kataku pada mulutnya” (Ulangan 18:18). Ratusan tahun berlalu hingga
datang ke zaman Yesus Kristus dan mendapatkan lagi catatan dalam kata-kata yang jelas bahwa Nabi Yang Dijanjikan dalam Kitab Ulangan itu belum juga muncul. Yahya Pembaptis mengaku menjadi Nabi sedikit sebelum kedatangan Yesus dan ditanya, “dia mengaku terus terang, saya bukan Kristus. Dan mereka menanyakannya, Kemudian apa?  Apakah engkau Elia? Dan beliau berkata, bukan. Apakah engkau nabi itu? Dan beliau menjawab, Bukan”. (Yohanes 1:20-21).

Kita tahu bahwa kaum Yahudi mengira ia seorang Masih, dan karena inilah mereka menanyakan kepada Yohanes jika beliau itu Kristus. Kita tahu lebih lanjut bahwa mereka telah diberitahu bahwa Nabi Elia akan datang lagi dan karena ini pulalah mereka menanyakan kedua kalinya. Tapi siapakah “nabi itu” yang mereka tanyakan terakhir kalinya? Terbukti, itu pasti seorang Nabi yang telah dijanjikan kepada mereka, dan dia itu adalah seorang Nabi yang dijanjikan dalam Ulangan 18:18. Ini bukan duga-dugaan tapi pendapat yang telah diputuskan oleh Kristen sendiri, karena dalam catatan pinggir Bebel biasa memberikan referensi yang kita dapati catatan kata-kata: “Nabi itu” mereferensi pada Ulangan 18:15, 18. Poin yang ditetapkan ini begitu tuntas: Nabi Yang Dijanjikan Kitab
Ulangan belum muncul. Namun sementara Injil menjelaskannya bahwa Yahya (Yohanes) Pembaptis telah memenuhi ramalan kembalinya Elia, dan Yesus mengaku sebagai Kristus, tak seorang pun dari mereka mengaku Nabi Yang Dijanjikan di dalam Kitab Ulangan. Jadi ini dituntaskan oleh Injil bahwa Nabi Yang Dijanjikan Kitab Ulangan itu tidak pernah muncul hingga datangnya Yohanes maupun Yesus dan bukan pula Nabi itu Yesus maupun Yohanes. Pengakuan Nabi Suci Muhammad sebagai Nabi Yang Dijanjikan “yang mereka dapati tertulis di dalam Taorat dan Injil” jadi tak ada tandingannya, maka baik Yahudi maupun Kristen tak dapat mengingkari kebenaran ini kecuali mereka mengingkari kitab suci mereka sendiri.

Injil, ini lebih jelas lagi. Jika St. Yohanes menyuguhkan kepada kita fakta yang menduga-duga Nabi Yang Dijanjikan tidak terpenuhi hingga datangnya Yesus, dan bukan pula Yohanes maupun Yesus, beliau juga menyuguhkan ramalan Kristus tentang kedatangan Utusan besar itu:

“Aku akan berdoa kepada Bapak, dan Dia akan memberikan kepada kamu Penghibur
yang lain, dia akan abadi bersama kamu selama-lamanya”. (Yohanes 14:16-17)

Lagi:

“Sudah sepantasnya bagi kamu bahwa aku akan pergi, karena jika aku tidak pergi,
Penghibur tidak akan datang kepadamu” (Yohanes 16:7)


Lebih lanjut:

“Tetapi bila dia, Roh Sejati, datang, dia akan memimpin kamu kepada segala
kebenaran” (Yohanes 16:13)

Penghibur yang lain itu, Roh Sejati yang memimpin manusia “ke jalan yang benar”, tiada lain kecuali Nabi Yang Dijanjikan Kitab Ulangan, itu tiada lain kecuali Nabi Suci Muhammad saw, datanglah Kebenaran dan lenyaplah kepalsuan3, Nabi teragung dan
terakhir di dunia yang kepadanya agama disempurnakan4.  Dua ramalan, yakni ramalan Nabi Musa yang menceritakan munculnya seseorang yang persis seperti beliau, dan ramalan Yesus yang memberikan kabar gembira kepada dunia dengan munculnya Penghibur lain yang pasti adalah Nabi terakhir yang Hukumnya atau Syari’atnya ialah syari’at yang paling sempurna, petunjuk “bagi segala kebenaran” adalah saksi utama terhadap kebesaran Nabi Suci Muhammad, dan Qur’an Suci khusus meletakkan perhatian terhadap dua ramalan tersebut. Di dalam Surat 73:15 jelas sekali dibicarakan tentang Nabi yang persis Nabi Musa:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Utusan kepada kamu, sebagai saksi
terhadap kamu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Utusan kepada Fir’aun” ,

dan di dalam Surat 61:6, jelas sekali dinyatakan bahwa Nabi Suci adalah Penghibur yang
membawa berita gembira yang telah diberikan kepada Yesus:

“Dan tatkala ‘Isa bin Maryam berkata: Wahai para putera Israel, sesungguhnya aku
Utusan Allah kepada kamu, yang membenarkan apa yang ada sebelumku tentang Taorat, dan memberi kabar baik tentang seorang Utusan yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad” (Quran Suci, 61:6).

Harus diingat bahwa Nabi Suci telah dikenal dengan dua nama yakni Muhammad dan Ahmad sejak masih kanak-kanak, kedua nama tersebut diberikan kepada beliau sejak kelahirannya. Maka akan nampaklah betapa naifnya dalil tentang kebesaran Yesus Kristus dan lebih unggul dari Nabi Suci Muhammad saw, yang menyatakan bahwa kelahiran Yesus telah diberitakan kepada ibunya dalam ilham.

Dari seluruh Nabi yang ada di dunia, Nabi Suci Islam sendiri betapa tinggi perbedaannya yang datang memenuhi ramalan semua Nabi di dunia, dan Qur’an Suci, yang menjelaskan dalil pamungkas tentang kebesaran dan keunggulan beliau di atas semua,
betapa bijaksana tidak menyebutkan ramalan ibunya, yakni perkara sekunder jika dibandingkan dengan berita besar yang telah diumumkan tadi.




3 “Kebenaran telah datang dan kepalsuan lenyap. Sesungguhnya kepalsuan itu pasti lenyap” (Qur'an Suci,
17:81).
4 “Pada hari ini Aku sempurnakan bagi kamu agama kamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama” (Qur'an Suci, 5:3).

Muhammad & Kristus 9

Pemberitahuan Kelahiran (1/2)

Rangkaian argumen berikutnya adalah sehubungan dengan situasi dan kondisi yang berhubungan dengan kelahiran Yesus Kristus dan Nabi Suci Muhammad. Latar belakang yang pertama di antara keduanya ini diperoleh dengan bukti pemberitaan tentang kelahirannya. Argumen tersebut berbunyi demikian:

“Keajaiban alam tentang kelahiran Kristus dibuktikan oleh Qur’an. Berita gembira itu disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Maryam. Berlainan sekali dengan kelahiran Muhammad, ia tidak banyak diberitakan di dalam Qur’an. Kelahirannya biasa saja dan tidak ajaib, tidak juga luar biasa. Karenanya demi menghormati kelahiran Kristus, anak Maryam, tentu lebih istimewa dari Muhammad”.

Argumen tersebut terdiri dari dua bagian, yakni (1) kelahiran ajaib Kristus, dan (2) berita gembira tentang itu telah diberikan kepada Maryam. Mari kita ambil bagian yang pertama. Apa yang disebut keajaiban itu sepenuhnya tidak diceritakan, dan tidak dicantumkan di dalam ayat Qur’an Suci. Kitab Suci ini membicarakan kelahiran Yesus biasa saja seperti anak-anak manusia lain dilahirkan. Penjelasan yang terang ini diberikan di dalam Surat yang berjudul Maryam:

“Lalu mengandunglah ia; dan ia menyingkir dengan dia ke tempat yang jauh. Dan rasa sakit karena akan melahirkan menggerakkannya menuju ke batang kurma. Ia berkata: Aduhai, sekiranya aku mati sebelum ini, dan jadilah aku barang yang dilupakan sama sekali” (Quran Suci, 19:22-23).

Ini menunjukkan jelas sekali bahwa Maryam mengandung Yesus dalam keadaan seperti biasa sama seperti perempuan lainnya mengandung anak, dan melahirkannya dalam keadaan biasa sebagaimana kaum perempuan lain melahirkan anak. Tak ada yang aneh-aneh ataupun ajaib dikala mengandung maupun melahirkan. Tidak ada ayat Qur’an Suci yang menyatakan bahwa Maryam mengandung Yesus karena Ruhul Kudus. Bahkan Nabi Suci sendiri mengatakan perihal itu yang membuat utusan kaum Kristen Najran bungkam seribu bahasa:

“Sesungguhnya Yesus – ibunya mengandung beliau sama seperti perempuan lainnya yang sedang hamil, dan Maryam melahirkan beliau sama pula seperti perempuanperempuan lainnya melahirkan anak, dan beliau memberi makan puteranya sama seperti seorang ibu memberikan makanan kepada bayinya” (Ruhul-Ma’ani, bab 3).

Apakah Yesus dikandung tanpa hubungan orang tua laki-laki? Qur’an Suci, seperti telah saya katakan, tidak menjawab pertanyaan ini, tidak ada pula sabda Nabi Suci yang tercatat mengenai perkara ini. Tidak pula seluruh kaum Muslimin mengakui itu. Ada beberapa orang yang menjawab pertanyaan di atas itu tapi negatif, lainnya lagi ada juga yang memperkuatnya. Pertama-tama kita akan ambil pandangan yang belakangan. Meskipun kita duga Yesus dilahirkan tanpa perantaraan orang tua laki-laki, ketidak-normalan ini tidak ada dasarnya bagi kita untuk mempertimbangkannya bahwa beliau lebih istimewa daripada para Nabi lain yang ternyata mereka beramal luar biasa lebih besar lagi padahal mereka dilahirkan dalam keadaan biasa secara alami. Pikiran orang waras tidak bisa membayangkan bagaimana kelahiran orang yang tak normal seperti itu bisa lebih istimewa dari orang lain. Sudah tentu jika itu dipercayai hanya sebagai Penebus dosa dan Trinitas, maka masalah itu tak perlu ditanyakan lagi, tapi bila itu ditunjukkan sebagai suatu argumen, hal tersebut harus dipikirkan dan harus dijelaskan kenapa akhlak mulia dan sifat-sifat Ilahi itu tak bisa dimiliki oleh orang-orang yang dilahirkan secara alami, dimana sifat yang alami tersebut di luar orang yang dilahirkan tak normal ini. Saya katakan itu kondisi tidak normal menurut pandangan kaum Muslimin sebab tak seorang Muslim pun percaya bahwa Roh Kudus bercampur dengan orang tua perempuan, dan juga tak ada keajaiban Yesus sebelum dilahirkan, dan juga Maryam itu bukan nabi perempuan dan tidak membangkitkan generasi bangsa Israel.

Lagi pula jika mu’jizat itu suatu perbuatan yang terjadi di muka umum, maka itu perlu memuaskan dan meyakinkan orang lain; tapi kedua unsur tersebut tak ada sama sekali dalam perkara ini. Bagaimana mungkin setiap orang di dunia ini bisa tahu bahwa Maryam telah mengandung seorang anak tanpa ada hubungan dengan laki-laki? Jika memang dia hamilnya luar biasa, maka ia dapat melayani mu’jizat itu hanya untuk dirinya saja dan hanya untuk dirinya sendiri. Dan siapa yang akan menerima pernyataannya jika Maryam tidak bisa menghadirkan seorang saksi pun? Malahan hal itu hanya akan membangkitkan keraguan terhadap kenabian Yesus secara lebih meyakinkan lagi. Maka dari itu tidak ada seorang pun yang akan membenarkan lebih lanjut mengenai mukjizat tersebut karena tak ada seorang pun di dunia ini bisa mendapatkan informasinya secara langsung. Bahkan suami Maryam, seorang laki-laki biasa, menurut Injil, memutuskan “untuk menceraikannya dengan diam-diam,” menjauhkan diri karena kasihan terhadapnya, daripada membuat “dia malu di hadapan umat” (matius 1:19), bukan karena impian yang pernah dia lihat, dan bahkan jika di dalam perkaranya itu ada impian yang cukup memuaskan dirinya dan bukan pengertian, karena impian itu bukan pengertian, maka ia akan menyambut maksud mu’jizat tersebut. Tapi, karena terbukti kaum Yahudi tidak melihat impian yang sama, maka mereka tak mengakui adanya mu’jizat. Karenanya, hanya duga-dugaan belaka terhadap ketidak normalan tersebut, dan jika itu benar-benar terjadi, itu hanya pertanda bahwa garis besar Nabi-nabi Bani Israel berakhir di dunia ini dan kenabian itu kini akan berpindah kepada keturunan Ismail, garis keturunan lain Ibrahim yang kepadanya janji itu telah dinubuatkan.

Katakanlah jika itu mungkin, bahwa orang itu datang ke dunia ini hanya melalui perempuan saja – dan bukan hasil hubungan antara laki-laki dan perempuan – yang sudah pasti ini tidak terbukti. Jika kelahiran ke dunia ini lain daripada yang lain serta membawa gelar luar biasa, niscaya Adam-lah manusia yang paling sejati dan jauh lebih hebat daripada Yesus Kristus, sebabnya adalah dia datang ke dunia ini tanpa perantara ayah dan ibu. Bahkan Hawa pun bisa lebih unggul daripada Yesus Kristus sebab ia datang ke dunia ini sama seperti dia – karena, menurut cerita, dia itu dibuat dari laki-laki, dengan demikian, laki-laki lebih unggul dari perempuan, jadi Hawa lebih hebat dari Yesus Kristus. Dan yang paling menakjubkan dari semua ini adalah Melkisedek yang diceritakan di dalam kitab Kejadian 14 yang kependetaannya atau keimamannya sangat dikenal oleh Ibrahim.

“Karena Melkisedek ini, raja Salem, pendeta dari Yang Maha Tinggi (di dalam Perjanjian Lama bahasa Indonesia disebut Imam Allah Yang Maha Tinggi –penj.), bertemu Ibrahim setelah menaklukkan raja-raja dan memberkatinya … tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa keturunan, tidak memiliki hari pertama, tidak pula hari akhir, tapi diciptakan seperti Anak Tuhan; tetap menjadi pendeta selama-lamanya atau imam yang abadi sama seperti Anak Allah” (Ibrani 7:1-3).

Dikatakan bahwa “tanpa ayah” artinya adalah ayahnya tidak disebutkan di dalam Bebel, dan arti “tidak memiliki hari awal maupun hari akhir”, menunjukkan bahwa Bebel tidak mengatakan kapan dia dilahirkan dan kapan dia mati, itu bukan saja bermain-main dengan bahasa, tapi juga pengkhianatan kebodohan Paulus yang mengatakan dengan jelasnya bahwa dia “dibuat sama seperti Anak Tuhan”. Bagaimanapun juga Adam, Hawa dan Melkisedek diketahui pasti memiliki keunggulan yang lebih tinggi dari pada Yesus Kristus yang dilahirkan tanpa ayah jika itu dipandang dalam kriteria kebesaran.

Karenanya, jika kita menelusur ke akar permasalahan yang kita dapati, Qur’an Suci di mana pun tidak membicarakan Yesus dikandung secara ajaib, tidak juga menyatakan bahwa Yesus tidak mempunyai ayah. Dalam hal tidak adanya pernyataan yang jelas dan tuntas baik di dalam Qur’an Suci maupun dari sabda Nabi Suci yang diriwayatkan dalam Hadits, kita sebenarnya bisa menarik kesimpulan dari beberapa kata tertentu dari Qur’an, dan dalam hal inilah saya akan membicarakannya secara singkat. Tekanan paling utama terhadap masalah ini adalah ketika kabar gembira tentang seorang anak yang diberitahukan kepada Maryam, yakni dia berseru: ”Ya Rabb! Bagaimana aku bisa melahirkan seorang anak padahal seorang laki-laki pun belum pernah menyentuhku”. Dan jawaban selanjutnya: “Kendati demikian, Allah menciptakan apa Yang Dia kehendaki; bila Dia menentukan suatu perkara, Dia hanya berfirman kepadanya, Jadi, maka jadilah itu” (Quran Suci, 3:46). Kesimpulan yang bisa ditarik dari hal ini dan jawabannya adalah janji tersebut telah diberikan bahwa Maryam akan hamil tanpa seorang laki-laki menyentuhnya. Kesimpulan itu tidak benar, karena kabar yang sama pun telah diberikan kepada Zakaria, dia berseru: “Ya Rabb, bagaimana aku bisa mempunyai anak, padahal aku sudah berusia lanjut dan isteriku mandul?” Dan jawaban selanjutnya: “Kendati demikian, Allah berbuat apa Yang Dia kehendaki” (Quran Suci, 3:39). Kata yang sama kadzalika digunakan untuk menekankan kenyataan bahwa perkara yang telah ditentukan itu mesti dan harus terjadi. Sebagaimana kata “Kendati demikian” yang belakangan bukan berarti bahwa si anak itu akan lahir dalam keadaan isteri Zakaria masih mandul, begitu pula dalam perkara Maryam bukan berarti si anak itu akan dilahirkan olehnya dalam keadaan tak ada laki-laki yang menyentuhnya. Kata “Kendati demikian” dalam dua perkara itu menunjukkan tekanan jaminan yang diberikan untuk diketahui bahwa apa yang telah dikatakan itu akan terjadi kelak.

Qur’an Suci tidak mendukung pandangan bahwa nazar ibunya Maryam yang mempersembahkan dirinya mengabdi kepada Tuhan dengan diam-diam bernazar tetap menjadi perawan, sementara ia bernazar, ia pun berbicara dalam kata-kata yang jelas tentang anak-anak Maryam: “Dan aku mohonkan untuknya dan keturunannya dalam perlindungan Dikau” (3:35). Kata-kata keturunannya jelas sekali menunjukkan apa yang dinazarkan ibunya Maryam berarti dia akan menikah dan mempunyai anak-anak seperti perempuan lain di dunia ini.

Kesimpulan ini sebenarnya merobohkan semua faham teori keajaiban yang dibuat Injil. Kehidupan Maryam sebegaimana dilukiskan tadi jelas sekali menunjukkan bahwa ia seorang perempuan yang hidup bersama suaminya dalam hubungan biasa antara suami isteri. Di dalam ayat pertama Injil Matius kita baca:

“Kemudian Yusuf bangun dari tidur lalu ia melakukan apa yang diperintahkan oleh malaikat Tuhan, dan ia mengambil isterinya; dan ia tidak mencampurinya sampai ia melahirkan anak laki-laki pertamanya” (Matius 1:24:25).

“Yusuf tidak mencampuri isterinya sampai ia melahirkan”, ini tidak membutuhkan komentar karena sudah terlalu jelas; dari situ jelas sekali menunjukkan bahwa si penulis Injil mengartikannya bahwa setelah Yesus lahir, Yusuf dan Mariam hidup sebagai suami isteri.Pernyataan lain di dalam Injil jelas menunjukkan bahwa bukan hanya Yusus dan Maryam saja yang hidup sebagai suami isteri, namun juga keduanya diberkahi sejumlah anak, saudara laki-laki maupun saudara perempuan Yesus Kristus:

“Sementara Yesus berbicara dengan orang-orang, terlihat datanglah ibunya dan saudara-saudaranya berdiri di luar ingin berbicara dengannya. Lalu salah seorang dari mereka berbicara kepadanya. Lihatlah ibu anda dan saudara-saudara anda berdiri di luar … Yesus berkata kepada para pengikutnya: Inilah ibu dan saudara-saudaraku” (Matius 12 : 46-48).

Dan lebih lanjut lagi:

“Dan ketika dia datang ke kampung halamannya, dia mengajar mereka di sinagog, mereka itu merasa heran, dan berkata, Dari mana orang ini mempunyai hikmah dan pekerjaan mulia ini? Bukankah ia itu anak tukang kayu? Bukankah ibunya yang dipanggil Maryam? Dan saudara-saudaranya James dan Yusuf dan Simon dan Yudas? Dan saudara perempuannya, bukankah mereka bersama-sama kita?” (Matius 13:54-56).

Dan di dalam Lukas 2:7, Yesus disebut anak pertama Maryam, ia tidak saja mempunyai anak laki-laki, di sana ditunjukkan dengan jelas bahwa Maryam juga mempunyai keturunan lain. Dari sini jelas sekali tidak saja Maryam dan Yusuf itu hidup bersama sebagai suami isteri ternyata mereka juga punya banyak anak selain Yesus Kristus dan terhadap inilah Qur’an Suci menunjukkan kata-kata adanya keturunan Maryam.

Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa salah sekali untuk mengambil kesimpulan bahwa Maryam itu tetap sendirian tanpa menikah, ini tertera pada kata-kata “Dan Maryam anak perempuan Imran, yang menjaga kesuciannya” yang terdapat di Surat Tahrim (Surat 66:12). Setiap perempuan yang telah menikah dan hidup bersama suaminya sebenarnya itulah yang menjaga kesuciannya dan karena inilah Qur’an Suci membicarakan perempuan yang telah menikah disebut muhsanat yakni mereka yang menjaga kesucian. Kata-kata ini hanya diselewengkan oleh fitnah bangsa Yahudi terhadap Maryam.

Mengapa Yesus disebut putera Maryam bila dia punya ayah? Jawaban untuk pertanyaan ini adalah disebutkannya sebagai anak laki-laki seorang perempuan sebenarnya untuk menyangkal terhadap keilahiannya. Pondasi agama Kristen berasumsi bahwa dosa telah dibawa ke dunia ini oleh perempuan. Cukup aneh, bila Kristen berpikiran sebegitu jauh dengan membutuhkan salah seorang dari orang tua dalam hal Yesus untuk menjadikannya tuhan, mereka sebenarnya memilih jalan yang salah. Mereka mengenyahkan orang tua lakilaki dan memelihara perempuan, yang menurut mereka sendiri perempuan itu adalah sebagai sumber dosa yang sebenarnya: “Bagaimana ia bisa suci karena dia dilahirkan dari seorang perempuan” (Ayub 25:4). Ini adalah keputusan kitab suci Kristen sendiri, makanya putera Maryam tak mungkin bisa naik ke derajat Ketuhanan dan karena ini pula Qur’an Suci mengingatkan mereka dengan menyebutkan Yesus sebagai putera Maryam (bin Maryam). Lebih-lebih karena ibunya orang tua terhormat, maka alamiah sekali bila nama beliau harus dipilih. Maryam perempuan suci dan tulus, Yesus dipanggil anak Maryam dan bukan anak Yusuf, seorang tukang kayu biasa, yang kepadanya gelar kesucian akhlak tidak diberikan bahkan Injil sendiri tidak mengakuinya.

Kadang-kadang tekanan seringkali dilakukan Qur’an Suci dengan menunjuk fitnah Yahudi terhadap Maryam. Dinyatakan bahwa fitnah tersebut tidak mungkin ada jika Maryam mempunyai suami ketika Yesus lahir. Kesimpulan ini sangatlah jauh dari kenyataan. Maryam mempunyai suami ditunjukkan oleh Injil yang menceritakan dan mencatat kisah hidup Yesus. Di dalam Injil itu sendiri Yesus disebut “anak seorang tukang kayu”. Karenanya fitnah yang ditujukan kepada Qur’an Suci harus berhubungan dengan sesuatu yang lain selain hubungan antara Yusuf dan Maryam yang diketahui sebagai suami isteri. Yang benar adalah Yahudi, agar bisa mencela Maryam dan puteranya, secara keji menuduh Maryam pezina, maka terhadap tuduhan inilah Qur’an Suci menunjuk Maryam, dan terhadap ini pulalah Kitab Suci itu mempertahankan Maryam. Pernyataan bahwa hanya perempuan yang tidak menikahlah harus dituduh punya hubungan tidak syah adalah sangat aneh sekali.

Jadi persoalan kelahiran ajaib harus kita tinggalkan, sekarang kita menuju kepada argumen yang kedua, yaitu kabar gembira mengenai kelahiran Yesus yang telah diberikan kepada Maryam sementara kabar kelahiran Nabi Suci Muhammad saw tidak diberitahukan kepada ibunya. Bukan orang yang sedang tenggelam saja yang harus meraih ranting kering yang mengambang di air, tapi juga orang yang berakal sehat pun seringkali bersemangat dalam menjalankan keagamaannya. Apakah benar bahwa bila kelahiran seorang anak diberitahukan kepada orang tua dengan cara ramalan, si anak itu kelak akan menjadi pemilik akhlak mulia dan naik ke derajat tinggi sementara lainnya tidak? Jika demikian, ribuan ayah dan ibu di dunia ini bisa melihat ramalan karena kelahiran anaknya, dan semua anak yang dilahirkan itu sama derajatnya dengan Yesus – Akankah mereka itu lebih tinggi lagi daripada Yesus yang dipercayai seperti itu? Dan apa yang terbesit dalam pikiran kita mengenai Yahya (Yohanes) Pembaptis, yang ramalan berita gembira tentang kelahirannya juga telah diberikan kepada ayahnya, dan datang lebih awal ketika kelahiran Yesus baru dibicarakan, bukan saja dalam Qur’an Suci tapi juga dalam Injil. Dalam hal ini, Yahya pun dapat mengaku sama dengan Yesus jika beliau tidak datang lebih awal.