MENURUT ANDA, BLOG INI ?

Friday 29 October 2010

Dilema yang Dihadapi Yesus

Sekali lagi saya perjelas bahwa bukannya saya tidak percaya kepada Yesus, justru saya memiliki rasa hormat yang mendalam terhadapnya sebagai seorang utusan Tuhan dengan pengorbananpengorbanan yang luar biasa. Saya memahami Yesus sebagai orang suci yang menjalani suatu masa cobaan berat. Namun beriringan dengan mulai terbukanya pengisahan peristiwa penyaliban dan semakin mendekati saat akhirnya, kita tidak memiliki pilihan lain kecuali mempercayai bahwa Yesus tidak mempersembahkan dirinya dengan sukarela untuk menghadapi kematian di tiang salib. Pada malam sebelum musuh-musuhnya bermaksud membunuh beliau melalui penyaliban, kita mendengar bahwa beliau berdoa sepanjang malam, didampingi seluruh muridnya, sebab kebenaran pendawa'an beliau sedang dipertaruhkan. Telah dikatakan dalam Perjanjian Lama bahwa seorang pendusta yang mengaitkan hal-hal tertentu terhadap Tuhan yang Dia sendiri tidak pernah mengatakannya, akan digantung di sebuah tiang dan dengan itu menjalani kematian yang terkutuk:
Namun seorang nabi yang menganggap dirinya mengucapkan atas nama-Ku sesuatu yang tidak pemah Aku perintahkan kepadanya untuk diucapkan, atau seorang nabi yang berbicara atas nama tuhan-tuhan lain, harus dihukum mati. (lihat Ulangan 18:20).
"Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kau gantung dia pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau mengubur dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah. (Ulangan 21:22,23).
Yesus mengetahui, jika hal ini terjadi, orang-orang Yahudi akan merayakannya dengan gembira dan menyatakan dirinya seorang pendusta yang kepalsuannya telah terbukti secara jelas berdasarkan kitab-kitab samawi. Inilah sebabnya mengapa dia .sangat gelisah untuk menyelamatkan diri dari cawan kematian yang pahit; bukan karena pengecut tetapi karena takut bahwa umatnya akan terkecoh dan gagal mengenali kebenarannya apabila dia mati di atas salib. Sepanjang malam dia berdoa dengan begitu memilukan dan begitu tidak berdayanya, sehingga dengan membaca tentang penderitaan dan kesengsaraannya itu, hati jadi tersaya-sayat. Namun pada saat drama kehidupan nyata itu mendekati saat kehidupan terakhirnya, puncak ketegangan emosinya, kekecewaan dan ketidakberdayaannya secara penuh telah ditampilkan dalam rintihannya yang terakhir: "Eli, Eli, lamma sabaktani? " yang artinya, "Tuhan-ku, Tuhan-ku, mengapa Engkau telah meninggalkan aku?"1
Hendaknya dicatat bahwa bukan penderitaan saja yang tergambar dalam rintihan itu, tetapi jelas di situ tercampur unsur keterkejutan, mendekati kengerian. Setelah dia disadarkan kembali atas bantuan beberapa murid setianya yang membubuhkan suatu salep terhadap luka-lukanya — yang telah mereka persiapkan sebelum penyaliban dan yang mengandung ramuan-ramuan yang diperlukan untuk mengurangi rasa sakit serta menyembuhkan luka-luka — dengan sangat luar biasa serta gembira, dia kagum dan keimanannya terhadap Tuhan yang sangat dicintai menjadi bangkit serta hidup kembali dalam suatu corak yang jarang dialami manusia dalam hal kehebatan dan ketidakterbatasannya. Kenyataan bahwa salep itu telah dipersiapkan secepatnya, menunjukkan suatu bukti kuat bahwa murid-murid Yesus memang memiliki harapan bahwa dia diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup, sehingga sangat membutuhkan pengobatan.
Dari hal di atas jadi sangat jelas bahwa konsep-konsep Dosa Warisan dan Penyaliban hanyalah berlandaskan pada dugaan dan khayalan para theolog Kristen pada masa belakangan. Sangat mungkin bahwa hal-hal itu muncul dari beberapa dongeng sebelum Kristen yang memiliki sifat sama, yang ketika diterapkan pada kondisi-kondisi Yesus Kristus, menarik mereka untuk mendapatkan persamaan-persamaan yang dekat antara keduanya dan menciptakan sebuah dongeng yang serupa. Ringkasnya, apa pun misteri (hal yang belum terbuka) dan paradoks (hal yang ber lawanan dengan asas) yang ada, seperti yang kita saksikan, sebegitu jauh tidak ada bukti bahwa falsafah Kristen tentang Dosa dan Penebusan Dosa itu berlandaskan pada sesuatu yang telah dikatakan atau telah dilakukan atau telah dipikirkan oleh Yesus. Dia tidak pernah mengajarkan hal yang sangat bertentangan itu, dan yang jelas-jelas melawan akal manusia.
1. Matius 27:46

1 comment:

  1. Uraian penulis diatas menunjukkan bahwa penulis sepertinya sama sekali tidak menyimak dan memahami bacaan yang tertulis dalam tiap2 kitab Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan Kisah Para Rasul - padahal tertulis dalam bhs Indonesia loh. Kalo penulis suka, ada juga Alkitab yang diterjemahkan ke dalam bhs daerah, spt bhs Sunda, Jawa, Batak, dll. Tujuan penterjemahan bahasa itu supaya pembaca dapat memahami, menyelidiki dan mempelajari sendiri buku Alkitab tsb. gitu. kelima kitab yang saya sebutkan diatas adalah dalam Perjanjian Baru (PB). Sedangkan kedatangan Yesus ke dunia sebagai MESIAS YANG DIJANJIKAN, bagaimana Ia lahir, bagaimana Ia melayani manusia di dunia, dan bagaimana Ia mati lalu dibangkitkan, semua sudah DINUBUATKAN BERABAD2 dalam tiap2 kitab di Perjanjian Lama (PL). Penulis akan kembali bertanya lagi pada saya, kenapa ada PL dan PB dalam Alkitab ? hehehee..... sbab thanks to Bapak Abraham ( yaitu bapak orang beriman ), maka Allah membuat perjanjian dengan manusia yang diwakili oleh Abraham. Dan isi perjanjian tsb diuraikan dan diterangkan dalam kitab2 PL. Sedangkan Sosok Yesus, adalah PERJANJIAN ITU SENDIRI YANG TELAH DIGENAPI, baik dari pihak Allah juga pihak manusia sekaligus. Itu sebabnya, sosok Yesus adalah sebagai manusia suci, tanpa cacat cela dan dosa. Saya dan anda bersepakat dalam jual beli sebidang tanah di lokasi A dg harga Rp. 100 jt plus biaya pajak & notaris. Untuk kesepakatan itu, saya dan anda MEMBUAT AKTE JUAL BELI DI NOTARIS. Yesus adalah Mesias yang diibaratkan sebagai Akte Jual Beli itu yg mengikat kedua belah pihak yg stuju masuk dalam satu perjanjian hukum. Nah, Yesus mengikat Allah yg Kudus juga Manusia yg berdosa, sehingga manusia telah kembali DIPERDAMAIKAN KEPADA ALLAH, sehingga seperti awal penciptaan manusia, maka manusia bisa tinggal bersama2 dengan Allah di Sorganya Allah yang kudus untuk hidup kekal selamanya. Begitu. mudah2an dapat penulis pahami ya. Good luck.

    ReplyDelete

tinggalkan komentar dan nama anda