MENURUT ANDA, BLOG INI ?

Friday 29 October 2010

PENYALIBAN

Sebelum kita menuju pada rincian Bibel mengenai peristiwaperistiwa yang berkaitan dengan Kristus dan penyalibannya, tampaknya tepat untuk memaparkan di sini secara ringkas pemahaman  mengenai apa yang telah terjadi selama dan sesudah penyaliban Yesus Kristus. Masalah ini akan disinggung secara ringkas di sini dan pembahasan secara rinci akan ditampilkan belakangan.
Kami percaya bahwa penyaliban Yesus merupakan suatu rencana untuk mencabut nyawa beliau, seperti pembunuhan berencana lainnya. Penyaliban hanyalah senjata yang telah digunakan dalam rencana pembunuhan itu. Bagaimanapun rencana untuk menyalibkan beliau telah gagal menimbulkan kematian. Dengan kata lain mereka telah gagal menyalib beliau. Ketika kami mengatakan hal kami mengungkapkan pendapat kami persis seperti apa yang akan kami lakukan pada kasus pembunuhan berencana mana pun. Jika suatu rencana dilakukan untuk mencabut nyawa seseorang dan rencana itu gagal, tidak dapat dikatakan bahwa calon korban tersebut telah terbunuh. Misalnya, jika rencana semacam itu dilakukan dengan sebilah pedang, dan rencana itu gagal, tidak ada yang dapat mengatakan bahwa korban itu telah dibunuh dengan pedang. Jadi, kami percaya sebagai warga beragama, bahwa yang telah dilakukan itu hanyalah suatu rencana untuk membunuh Yesus, sedangkan penyaliban merupakan alat bagi pembunuhan yang direncanakan itu. Setelah mengalami penderitaan hebat beberapa jam di tiang salib, sebelum kematian dapat merenggut beliau, beliau telah diturunkan dari tiang salib dalam keadaan koma berat yang darinya beliau telah dipulihkan belakangan. Sebagaimana tidak ada negara yang dapat mengizinkan perlindungan hukum terhadap orang yang telah dijatuhi hukuman mati apabila dia selamat dari eksekusi, demikian pula dalam hukum Kerajaan Romawi; tidak ada kekebalan yang dapat diberikan kepada Yesus di balik penyalibannya. Hal itu memberikan cukup alasan bagi Yesus untuk melarikan diri dari wilayah Kerajaan Romawi menuju negeri yang bebas. Namun beliau juga harus melaksanakan suatu tugas dan harus memenuhi suatu nubuatan. Di sana terdapat domba-domba Bani Israil yang hilang, yang setelah eksodus (pengungsian) mereka akibat serbuan kerajaan - Babylonia dan Romawi telah terpencar di berbagai negeri timur, menantikan bimbingannya. Inilah alasan kuat lainnya bagi Yesus untuk hijrah dari tanah Judea menuju negeri-negeri asing tempat bangsa-bangsa Yahudi telah menetap selama beberapa abad. Hal ini memadai untuk saat ini.
Saya ingin menegaskan suatu hal kepada mereka yang menuntut dari kami bukti kematian alamiyah Yesus Kristus setelah beliau selamat dari tiang salib. Mereka memindahkan beban pembuktian kepada kami tanpa dasar kebenaran. Banyak fenomena yang diketahui oleh manusia dan yang dipahami secara universal. Kita mengetahui bahwa jangka hidup manusia di bumi tidak lebih dari 150 tahun; yang pasti bukanlah 1000 tahun atau lebih dari itu. Inilah pengalaman umum yang berkaitan dengan jangka hidup manusia di bumi. Jika seseorang berpendapat bahwa sesuatu yang bertentangan dengan ketentuan tersebut telah terjadi, maka beban pembuktian jatuh pada kedua pundaknya, bukan pada orang yang lebih percaya pada ketentuan tersebut dibandingkan dengan pengecualian tadi. Hal ini harus diterapkan pada kondisi yang mengitari kehidupan dan kematian Yesus Kristus. Mereka yang percaya bahwa beliau tidak mati; harus memberikan bukti. Namun, mereka yang menyatakan bahwa beliau tentu sudah mati, cukup mengikuti hukum alam tersebut dan seharusnya tidak dituntut untuk membuktikannya lebih dari itu. Jika tidak, setiap orang dapat menda'wakan bahwa nenek-moyangnya belum mati. Jika "penda'wa" seperti itu pergi kesana-kemari menantang setiap orang untuk membuktikan tidak terjadi demikian, maka apa reaksi yang akan diberikan orang-orang? Bagaimana sikap seorang pendengar yang malang menghadapi tantangan seperti itu? Dia hanya dapat menyatakan bahwa hukum-hukum alam berlaku bagi setiap manusia, tanpa kecuali. Jika seseorang membuat penda'waan yang bertentangan dengan hukum-hukum alam, maka tanggung jawab pembuktian berada pada dirinya. Inilah jawaban pertama, tetapi saya akan mengambil suatu sikap yang rendah-hati lainnya untuk mencoba membuat hal-hal ini lebih jelas dari suatu sudut pandang lain.
Bagaimanapun hubungan beliau dengan Tuhan, apakah Yesus Kristus memang tidak bisa mati? Orang-orang Kristen sendiri percaya bahwa beliau sudah mati. Jika mati itu bertentangan dengan sifat-sifatnya, maka hal ini tentu tidak terjadi pada kesempatan pertama. Paling tidak, kita semua setuju bahwa beliau sudah mati sekurang-kurangnya satu kali. Penyelidikan yang masih tersisa adalah, kapan beliau mengalami kematian. Apakah di tiang salib, ataukah sesudahnya?

No comments:

Post a Comment

tinggalkan komentar dan nama anda