MENURUT ANDA, BLOG INI ?

Tuesday 19 July 2011

Muhammad & Kristus 10

Pemberitahuan Kelahiran (2/2)

Bagi sang ayah ataupun ibu melihat ramalan atau impian bahwa anak akan lahir adalah sesuatu yang biasa saja dan tidak sedikit bukti ternyata banyak yang memiliki kemuliaan pada keturunannya. Impian atau ramalan semacam itu tidak dengan sendirinya memperlihatkan bahwa anak yang akan muncul yang diceritakan terlebih dulu itu akan melakukan suatu pekerjaan mulia di dunia ini. Di satu pihak, bila kedatangan seorang Nabi diceritakan terlebih dulu melalui para Nabi lainnya, sudah tentu pasti ada gamabaran nyata bahwa Nabi yang kemunculannya telah dinubuatkan ke dunia jauh sebelumnya itu adalah pemilik kemuliaan yang hakiki dan sejati, dan ternyata dunia sebelumnya dikatakan sedang menanti hari yang agung. Di sinilah Qur’an Suci, Kitab yang Maha Bijaksana, tidak membicarakan ramalan yang dilihat ibunya Nabi Suci, meskipun secara historis tidak ragu lagi bahwa beliau melihat visi tersebut: “Saya adalah visinya ibu saya” ini adalah sabda Nabi Suci sendiri; namun yang paling ditekankan dalam membicarakan ramalan kedatangan Nabi Suci ini bisa ditemui di berbagai Kitab Suci atau telah diramalkan oleh berbagai Nabi. Jadi seperti di dalam wahyu Makkiyah dikatakan: “Sesungguhnya yang sama dengan itu terdapat dalam Kitab Suci zaman dahulu” (Qur
an Suci, 26:196), ayat ini jelas sekali menyatakan bahwa ramalan tentang kedatangan Nabi Suci bisa dijumpai di dalam semua Kitab Suci zaman dahulu. Ini dinyatakan lebih jelas lagi dan lebih tegas lagi bunyinya di dalam wahyu yang belakangan:

“Dan tatkala Allah membuat perjanjian melalui para Nabi. Sesungguhnya apa yang
Kami berikan kepada kamu berupa Kitab dan Kebijaksanaan, lalu Utusan datang kepada kamu, membenarkan apa yang ada pada kamu, seharusnya kamu beriman kepadanya dan membantu dia. Dia berfirman: Apakah kamu membenarkan dan menerima perjanjian-Ku dalam perkara ini? Mereka berkata: Kami membenarkan” (Quran Suci, 3:80).

Ayat ini menerangkan dengan jelas dan kuat sekali bahwa semua Nabi telah menceritakan kedatangan Nabi Besar Dunia serta menyampaikan dan mewajibkan kepada para pengikutnya untuk menerimanya, sementara beliau di pihaknya menganjurkan untuk mengimani segenap Nabi yang telah berlalu sebelum beliau. Di sini kita memiliki bukan satu perempuan saja, ibu si anak, yang menerima berita gembira tentang kedatangan Nabi Suci kita, namun segenap yang berjiwa mulia di segenap bangsa dunia pun, yakni manusia yang paling bermanfaat bagi segenap umat manusia di mana dan kapan saja mereka hidup, menerima berita yang menggembirakan hati, pemberitaan yang agung, bahwa bangsa di seluruh dunia tidak akan hidup asing satu sama lain dengan mencari petunjuk yang berbeda, tapi semuanya akan dipersatukan oleh Nabi Besar Dunia yang tanda keagungannya akan dia saksikan pada kebenaran dari semua Nabi yang terdahulu. Bukalah lembaran-lembaran berbagai Kitab Suci yang ada di dunia, maka anda akan menemukan hanya satu Kitab, Qur’an Suci, yang meminta untuk mengimani seluruh wahyu yang terdahulu, dan bacalah lembaran-lembaran sejarah semua Nabi besar dunia, maka anda akan menemukan hanya Satu orang, yakni Nabi Muhammad saw yang meminta para pengikutnya untuk menerima segenap Nabi yang ada di dunia. Jadi Qur’an Suci menunjukkan tepat sekali bahwa Muhammad saw Nabi Besar yang telah diramalkan oleh segenap para Nabi, dan padanya terletak pusat segala harapan dunia. Dan bukan hanya Qur’an saja namun juga Bebel memberi kesimpulan kepada kita sebagaimana bisa kita baca dalam Kisah Rasul-rasul 3:21- 22:

“Ia harus menerima sorga hingga waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang telah
difirmankan Tuhan melalui mulut para nabi sucinya sejak dunia ini dimulai. Karena Musa sungguh telah berkata kepada para pendeta. Tuhanmu akan membangkitkan seorang nabi untukmu dari saudaramu, yang seperti aku; kepadanya kamu harus mendengar segala apa yang akan dikatakan kepadamu”.

Kaum Kristen mengira bahwa yang dibicarakan di sini adalah Yesus Kristus, namun faktor yang ditentukan dalam pernyataan ini adalah seorang Nabi yang telah diramalkan oleh para Nabi sebagaimana dijanjikan dalam Ulangan 18:18, dan ramalan itu ditujukan hanya kepada Nabi Suci Muhammad dan bukan kepada yang lain.

“Nabi Utusan yang Ummi yang mereka dapati tertulis dalam Taorat dan Injil” (Qur
an Suci, 7:157).

Firman Qur’an Suci ini menguatkan ramalan yang sama, seorang Nabi, yang bisa dijumpai dalam Taorat maupun dalam Injil, dan tak ragu lagi ini adalah tantangan yang berani bagi para pengikut Musa maupun Kristus, lebih-lebih yang perlu diingat bahwa tantangan ini diletakkan pada mulut orang yang tak pernah membaca kitab suci Musa maupun Injil, yakni Nabi yang Ummi, seperti jelas sekali disebutkan di sini, seorang penduduk ibukota Arab, yang tak kenal membaca dan menulis. Keduanya baik Taorat maupun Injil berisi ramalan tentang kedatangan seorang dan Nabi yang sama, dan Nabi itu tiada lain kecuali Muhammad saw, adalah dua pengakuan yang sangat penting yang diakui oleh Qur’an Suci, dan bukti yang tuntas diperkuat oleh keduanya tentang kebenaran Nabi
Suci yaitu salah satu keajaiban besar dunia yang pernah disaksikan.

Ramalan Nabi Musa berbunyi demikian: “Aku akan bangkitkan kepada mereka seorang Nabi dari antara saudara mereka sendiri, seperti yang diutus kepada kamu, dan akan meletakkan kata-kataku pada mulutnya” (Ulangan 18:18). Ratusan tahun berlalu hingga
datang ke zaman Yesus Kristus dan mendapatkan lagi catatan dalam kata-kata yang jelas bahwa Nabi Yang Dijanjikan dalam Kitab Ulangan itu belum juga muncul. Yahya Pembaptis mengaku menjadi Nabi sedikit sebelum kedatangan Yesus dan ditanya, “dia mengaku terus terang, saya bukan Kristus. Dan mereka menanyakannya, Kemudian apa?  Apakah engkau Elia? Dan beliau berkata, bukan. Apakah engkau nabi itu? Dan beliau menjawab, Bukan”. (Yohanes 1:20-21).

Kita tahu bahwa kaum Yahudi mengira ia seorang Masih, dan karena inilah mereka menanyakan kepada Yohanes jika beliau itu Kristus. Kita tahu lebih lanjut bahwa mereka telah diberitahu bahwa Nabi Elia akan datang lagi dan karena ini pulalah mereka menanyakan kedua kalinya. Tapi siapakah “nabi itu” yang mereka tanyakan terakhir kalinya? Terbukti, itu pasti seorang Nabi yang telah dijanjikan kepada mereka, dan dia itu adalah seorang Nabi yang dijanjikan dalam Ulangan 18:18. Ini bukan duga-dugaan tapi pendapat yang telah diputuskan oleh Kristen sendiri, karena dalam catatan pinggir Bebel biasa memberikan referensi yang kita dapati catatan kata-kata: “Nabi itu” mereferensi pada Ulangan 18:15, 18. Poin yang ditetapkan ini begitu tuntas: Nabi Yang Dijanjikan Kitab
Ulangan belum muncul. Namun sementara Injil menjelaskannya bahwa Yahya (Yohanes) Pembaptis telah memenuhi ramalan kembalinya Elia, dan Yesus mengaku sebagai Kristus, tak seorang pun dari mereka mengaku Nabi Yang Dijanjikan di dalam Kitab Ulangan. Jadi ini dituntaskan oleh Injil bahwa Nabi Yang Dijanjikan Kitab Ulangan itu tidak pernah muncul hingga datangnya Yohanes maupun Yesus dan bukan pula Nabi itu Yesus maupun Yohanes. Pengakuan Nabi Suci Muhammad sebagai Nabi Yang Dijanjikan “yang mereka dapati tertulis di dalam Taorat dan Injil” jadi tak ada tandingannya, maka baik Yahudi maupun Kristen tak dapat mengingkari kebenaran ini kecuali mereka mengingkari kitab suci mereka sendiri.

Injil, ini lebih jelas lagi. Jika St. Yohanes menyuguhkan kepada kita fakta yang menduga-duga Nabi Yang Dijanjikan tidak terpenuhi hingga datangnya Yesus, dan bukan pula Yohanes maupun Yesus, beliau juga menyuguhkan ramalan Kristus tentang kedatangan Utusan besar itu:

“Aku akan berdoa kepada Bapak, dan Dia akan memberikan kepada kamu Penghibur
yang lain, dia akan abadi bersama kamu selama-lamanya”. (Yohanes 14:16-17)

Lagi:

“Sudah sepantasnya bagi kamu bahwa aku akan pergi, karena jika aku tidak pergi,
Penghibur tidak akan datang kepadamu” (Yohanes 16:7)


Lebih lanjut:

“Tetapi bila dia, Roh Sejati, datang, dia akan memimpin kamu kepada segala
kebenaran” (Yohanes 16:13)

Penghibur yang lain itu, Roh Sejati yang memimpin manusia “ke jalan yang benar”, tiada lain kecuali Nabi Yang Dijanjikan Kitab Ulangan, itu tiada lain kecuali Nabi Suci Muhammad saw, datanglah Kebenaran dan lenyaplah kepalsuan3, Nabi teragung dan
terakhir di dunia yang kepadanya agama disempurnakan4.  Dua ramalan, yakni ramalan Nabi Musa yang menceritakan munculnya seseorang yang persis seperti beliau, dan ramalan Yesus yang memberikan kabar gembira kepada dunia dengan munculnya Penghibur lain yang pasti adalah Nabi terakhir yang Hukumnya atau Syari’atnya ialah syari’at yang paling sempurna, petunjuk “bagi segala kebenaran” adalah saksi utama terhadap kebesaran Nabi Suci Muhammad, dan Qur’an Suci khusus meletakkan perhatian terhadap dua ramalan tersebut. Di dalam Surat 73:15 jelas sekali dibicarakan tentang Nabi yang persis Nabi Musa:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Utusan kepada kamu, sebagai saksi
terhadap kamu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Utusan kepada Fir’aun” ,

dan di dalam Surat 61:6, jelas sekali dinyatakan bahwa Nabi Suci adalah Penghibur yang
membawa berita gembira yang telah diberikan kepada Yesus:

“Dan tatkala ‘Isa bin Maryam berkata: Wahai para putera Israel, sesungguhnya aku
Utusan Allah kepada kamu, yang membenarkan apa yang ada sebelumku tentang Taorat, dan memberi kabar baik tentang seorang Utusan yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad” (Quran Suci, 61:6).

Harus diingat bahwa Nabi Suci telah dikenal dengan dua nama yakni Muhammad dan Ahmad sejak masih kanak-kanak, kedua nama tersebut diberikan kepada beliau sejak kelahirannya. Maka akan nampaklah betapa naifnya dalil tentang kebesaran Yesus Kristus dan lebih unggul dari Nabi Suci Muhammad saw, yang menyatakan bahwa kelahiran Yesus telah diberitakan kepada ibunya dalam ilham.

Dari seluruh Nabi yang ada di dunia, Nabi Suci Islam sendiri betapa tinggi perbedaannya yang datang memenuhi ramalan semua Nabi di dunia, dan Qur’an Suci, yang menjelaskan dalil pamungkas tentang kebesaran dan keunggulan beliau di atas semua,
betapa bijaksana tidak menyebutkan ramalan ibunya, yakni perkara sekunder jika dibandingkan dengan berita besar yang telah diumumkan tadi.




3 “Kebenaran telah datang dan kepalsuan lenyap. Sesungguhnya kepalsuan itu pasti lenyap” (Qur'an Suci,
17:81).
4 “Pada hari ini Aku sempurnakan bagi kamu agama kamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama” (Qur'an Suci, 5:3).

No comments:

Post a Comment

tinggalkan komentar dan nama anda