MENURUT ANDA, BLOG INI ?

Saturday 13 November 2010

SIAPA YANG TELAH DIKORBANKAN ??

 Masalah lain yang harus kita catat adalah, tokoh manusia yang ada dalam Yesus tidak dihukum, dan tidak pula dia harus dihukum berdasarkan logika apa pun, sebab dia tidak pernah dihadapkan pada pilihan untuk memikul beban dosa umat manusia. Unsur baru ini, yang masuk dalam perdebatan kita, menggiring kita ke dalam suatu situasi sangat janggal yang tidak kita sadari sebelumnya. Orang terpaksa merasa heran mengenai hubungan tokoh manusia dalam Yesus dengan warisan kecenderungan melakukan dosa, yang berlaku umum bagi seluruh anak keturunan Adam dan Hawa. Paling tidak, seseorang dapat mempercayai bahwa dalam dualisme Tuhan Anak dan tokoh manusia yang menduduki satu tubuh yang sama, hanya Tuhan Anaklah yang suci dari dosa. Namun, bagaimana pula tokoh manusia sekandungan yang hidup dengannya? Apakah dia juga dilahirkan dengan gen dan sifat yang disediakan oleh Tuhan? Jika ya, maka dia harus bersikap- seperti tokoh Tuhan dalam Yesus dan tidak ada alasan yang dapat diterima jika dia lalai dalam berbagai hal, dengan dalih bahwa dia melakukan hal itu sebab dia seorang manusia. Jika tidak ada unsur Tulan dalam dirinya, yakni dalam tokoh manusia pada Yesus, maka kita harus mengakui bahwa dia hanyalah seorang manusia biasa [bahkan] mungkin separuh manusia. Selain itu, tokoh manusia tersebut yang telah menyatu dalam Yesus, harus tampil sebagai manusia yang mewarisi kecenderungan terhadap dosa. Jika tidak, apa sebabnya?

Jelaslah, tidak ada untungnya mengatakan bahwa sebagai manusia yang secara nyata terpisah dari pasangan Tuhannya, dia tentu telah melakukan dosa secara terpisah dengan seluruh tanggung jawab akan dosa di atas pundaknya sebagai manusia. Skenario ini tidak akan sempurna tanpa memaparkan Yesus Tuhan Anak mengalami kematian; cukup mementingkan diri sendiri tampaknya demi umat manusia tetapi yang menjadi pertimbangan utamanya mungkin demi saudaranya yang separuh itu, yakni tokoh manusia yang ada dalam dirinya.

Semua ini sangat sulit, kalau bukan tidak mungkin, untuk mencernanya secara intelek. Namun, sudut pandang kami tidak menampilkan masalah-masalah seperti itu. Adalah Yesus tokoh manusia yang tidak berdosa di situ — tanpa dualisme dalam dirinya — yang telah melontarkan rintihan keheranan dan penderitaan tersebut.

No comments:

Post a Comment

tinggalkan komentar dan nama anda