MENURUT ANDA, BLOG INI ?

Saturday 13 November 2010

PERANAN RUHUL KUDUS DALAM PENCIPTAAN

Kita tidak melihat peran apa pun yang dimainkan oleh Ruhul Kudus ataupun Yesus Kristus dalam rencana Ilahi tentang penciptaan.
"Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." (Kejadian 1:1)
Nyatalah, hanya Tuhan Bapak yang telah disinggung dalam Perjanjian Lama, tanpa menyinggung Kristus atau Ruhul Kudus sedikitpun. Selama zaman sebelum Kristus, di kalangan segenap bangsa Yahudi yang mengimani Perjanjian Lama dan tentu mereka telah mendengar ayat ini ratusan ribu kali, masa itu tidak ada seorang pun yang membaca nama Kristus atau Ruhul Kudus dalam kisah penciptaan alam raya. Dalam Injilnya, Yahya menyebut "Firman" sebagai isyarat kepada Yesus. Sangat aneh bahwa suatu masalah yang sangat penting seperti itu hanya disinggung oleh satu orang penulis Injil saja,. yaitu seseorang yang bahkan bukan murid Yesus.1 Jika seseorang menerima firman sebagai firman Tuhan, tetapi dapat dipahami bahwa hal itu hanya berarti Kehendak Tuhan. Ini adalah konsep yang umum di kalangan mayoritas agama berkaitan dengan Penciptaan.
Anehnya, rahasia yang berabad-abad lamanya itu tentang keikutsertaan Kristus dan Ruhul Kudus dalam Penciptaan, tetap terselubung sebagai suatu rahasia yang hanya diketahui oleh Yesus sendiri. Kita tidak menemukan satu pernyataan pun dari Yesus Kristus yang berisikan pendawaannya sebagai “Firman.”
Oleh karena itu, Yesus maupun Ruhul Kudus tidak memiliki peran apa pun dalam pembentukan dan proses penciptaan. Sekali lagi, Tuhan Bapak sendirilah sebagaimana telah diberitahukan kepada kita, yang telah membentuk manusia dari tanah dengan tangan-tangan-Nya sendiri. Saya tidak pernah membaca di mana pun pada tulisan-tulisan Kristen bahwa kedua tangan tersebut adalah milik Yesus dan Ruhul Kudus. Sebab, Tuhan telah menciptakan segala sesuatu tanpa pertolongan sedikit pun atau keikut-sertaan dari Yesus maupun Ruhul Kudus. Apakah mereka [berdua] merupakan pengamat pasif yang secara umum setuju terhadap apa saja yang sedang dilakukan oleh Tuhan saat itu, atau apakah mereka benar-benar ikut serta? Jika pilihan terakhir lebih dapat diterima oleh para theolog Kristen, maka langsung saja muncul pertanyaan apakah masing-masing mereka secara individu mampu menciptakan, tanpa bantuan dari pihak lain, atau apakah mereka hanya mampu bila mereka bersatu? Kemudian, jika mereka bertiga secara mutlak diperlukan menghimpun kemampuan mereka bersama untuk melakukan penciptaan, maka apakah jatah mereka sama rata atau apakah ada yang memiliki jatah pekerjaan yang lebih besar dalam proses Penciptaan? Apakah ketiga oknum [tuhan] itu memiliki kekuatan-kekuatan yang berbeda dalam hal kehebatan maupun jenis, atau apakah mereka memiliki kekuatan-kekuatan mereka itu sama rata? Orang harus mengakui, pilihan mana pun yang diambil setiap unsur Trinitas menjadi tidak mampu menciptakan apa pun secara masing-masing.  
Jika dalil yang sama ditetapkan pada kemampuankemampuan lain milik Tuhan, pertanyaan yang sama akan terus melanda para theolog Kristen. Pada akhimya orang-orang Kristen akan mengakui bahwa mereka tidak mempercayai satu wujud kesatuan Tuhan yang sederhana, dengan tiga aspek dan ekspresi dari satu kekuatan dan keagungan utama. Namun, mereka lebih percaya kepada tiga unsur Tuhan yang saling melengkapi, yakni tiga bagian dalam raga Tuhan. Masalah sama atau tidak sama akan dianggap sebagai suatu hal yang relatif kecil.
Misalnya, kita perhatikan sifat Adil dan Pengampun. Sang Anak tampak lebih pengasih, sedangkan Tuhan Bapak tampil kurang adil dibandingkan Ruhul Kudus yang tidak memainkan peran apa pun dalam hal ketidak-adilan yang dilakukan oleh Tuhan Bapak.
Kemungkinan kedua yang telah kami paparkan adalah, Yesus dan Ruhul Kudus telah memainkan suatu peran pasif dalam proses penciptaan dan pengaturan hukum-hukum alam. Dengan demikian, hal itu menimbulkan banyak pertanyaan lain. Pertama-tama peran apa yang telah ditetapkan bagi kedua partner Tuhan dalam melepaskan fungsi-fungsi Ketuhanan mereka? Jika mereka merupakan penganut-penganut bisu yang pasif, seperti partner-partner yang tertidur, maka mereka secara otomatis telah turun ke posisi kedua yang lebih rendah di mana mereka tampil bersama Tuhan tetapi secara fungsi, mereka tidak menikmati kekuatan-kekuatan-Nya. Konsep ini – yang menyatakan bahwa Tuhan memiliki dua unsur ekstra yang tidak berfungsi - sangat ganjil. Saya heran, akal siapa yang dapat dipuaskan oleh konsep ini? Secara rasional, sudah tentu hal ini tidak dapat diterima dan tidak serasi dengan konsep Kristen tentang "Tiga dalam Satu (Tri Tunggal)" atau "Satu dalam Tiga." Kesatuan dalam tiga [oknum] tidak dapat tercapai dan terbayangkan sama sekali tanpa ketiga oknum tersebut melakukan penyatuan kehendak, kekuatan atau pengalaman hidup apa pun secara total yang dapat dinisbahkan pada satu wujud tunggal yang hidup.
Dalam masalah Ruhul Kudus, sebagai suatu oknum terpisah, kecuali oknum tersebut menyatu secara total dan permanen, kehilangan seluruh identitas dirinya dalam kedua oknum lain, tetap tidak ada harapan ke depan bagi tampilnya satu dewa berkepala banyak dengan satu pemikiran, satu kehendak, dan satu raga.  

No comments:

Post a Comment

tinggalkan komentar dan nama anda