MENURUT ANDA, BLOG INI ?

Saturday 13 November 2010

PERANAN RUHUL KUDUS

Sejauh ini kita telah memperbincangkan masalah Yesus yang dikatakan sebagai "Anak" dan juga tentang "Tuhan" yang telah dianggap sebagai bapak hakiki bagi Yesus. Selain itu ada person ketiga bernama "Ruhul Kudus" yang, menurut dogma Kristen, kendatipun memiliki suatu kepribadian individu tersendiri, masih menyatu dan berbaur secara sempurna dan abadi sedemikian rupa dengan Tuhan Bapak serta Tuhan Anak sehingga keterpaduan mereka menciptakan kemanunggalan dalam tiga. Sekarang kita alihkan perhatian kepada permasalahan ini, dengan meneliti apakah Ruhul Kudus memiliki satu kepribadian terpisah dari Tuhan, maupun Yesus, ataukah mereka berkongsi memiliki satu kepribadian yang sama? Kepribadian di sini dapat dinyatakan sebagai puncak kesadaran, dalam analisa mutakhir, adalah suatu hal yang tidak dapat dibagi-bagi dan merupakan sesuatu yang khusus bagi masing-masing individu. Puncak kesadaran wujud-wujud seseorang ini, yang berbeda dari lainnya, menampilkan "saya," dan "punya saya" serta "milik saya" sebagai bandingan bagi "dia" dan "milik dia," serta "anda" dan "milik anda."
Memperhatikan ketiga unsur Ketuhanan, kita harus memutuskan apakah ketiga unsur tersebut memiliki kepribadian masing-masing atau tidak. Jika mereka tidak memiliki kepribadian terpisah, maka menyatakan mereka sebagai tokoh-tokoh [yang berbeda] tidak terbayangkan. Setiap orang/tokoh, betapa pun dekatnya dia dengan yang lain, harus memiliki kesadaran individu yang terpisah mengenai dirinya.
Sikap resmi segenap gereja sangat jelas dan tegas sekali, menyatakan bahwa masing-masing dari ketiga oknum Tuhan memiliki kepribadian berbeda. Jadi, tidak sekedar "Tiga dalam Satu" melainkan lebih tepat [disebut] Tiga Kepribadian dalam Satu Pribadi. Pengalaman pahit yang dihadapi Yesus terhadap kematian dan segenap dampak mutlaknya, seharusnya dirasakan secara merata oleh Ruhul Kudus. Dengan demikian, dia juga seharusnya terlibat dalam pengorbanan bersama Yesus. Lalu, dia seharusnya telah mengalami pedihnya neraka bersamaan dengan Yesus dan Tuhan Bapak. Jika tidak, seseorang tidak dapat menghindarkan diri dari gambaran kesimpulan yang tak terelakkan lagi, bahwa bukan saja mereka itu merupakan Tiga Oknum yang berbeda dan berlainan, melainkan perasaan indera mereka yang menghubungkan kepala dan kalbu yang berbeda, terpisah dan membatasi mereka satu sama lain.
Dalam upaya melanjutkan gambaran kita tentang Trinitas, kita harus membayangkan kenyataan Tiga Oknum yang bergabung bersama atau yang tampil sebagai suatu kesatuan abadi. Sejauh ini kita tidak melihat bagaimana mereka dapat menyatu dalam perasaan-perasaan mereka dan dalam proses-proses pemikiran.
Oleh karena itu, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah suatu gabungan dalam tubuh. Hal itu mengingatkan kita pada sekala yang berbeda tentang monster berkepala banyak yang telah tampil dalam mitologi kuno Yunani, yaitu makhluk yang memiliki banyak kepala dan akan tumbuh kembali bila dipancung. Memang benar, manusia tidak dapat memahami sifat Tuhan yang sebenarnya dan bagaimana sifat-sifat-Nya itu berfungsi satu sama lain, tetapi sangat mudah dan sederhana untuk mempercayai satu wujud tunggal tanpa rincian bagian-bagian yang berkaitan dengan fungsi-fungsi tertentu yang telah menjadi sifatnya dan yang telah ditentukan, misalnya kepala, hati, ginjal dan sebagainya. Namun skenario demikian dan perasaanperasaan yang terpisah, sangat jelas bertentangan dengan skenario satu wujud tunggal yang telah diuraikan di atas. Hal itu menciptakan suatu gambaran Tuhan yang sudah sulit untuk dipercayai dan diterima oleh manusia, banyak yang menjalani hidup panjang dengan dogma Kristen tanpa mempertanyakan dan menutup mata mereka dari pelanggaranpelanggaran nyata terhadap intelektualitas manusia seperti itu, yang sebenamya telah diciptakan sendiri oleh Tuhan. 

No comments:

Post a Comment

tinggalkan komentar dan nama anda