AGAMA YANG DIBAWA YESUS
Kemudian, masih menurut berbagai ahli (termasuk ahli Kristen), apa yang saat ini menjadi Kristen sama sekali bukan ajaran Yesus, setidaknya berdasarkan beberapa argumen ini (selain banyak sekali argumen lain dari berbagai ahli), yang disebutkan Kristolog Indonesia bapak Insan L. Mokoginta dalam bukunya “Mustahil Kristen Bisa Menjawab” (dengan sedikit penambahan):
1. Yesus memperuntukkan agama yang dibawanya kepada umat Yahudi di masanya
QS Ash-Shaff ayat 6 (61:6):
"Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata, 'Hai Bani Israil sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu (bangsa Yahudi) …"
"Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." (Injil Matius 15: 5-6).
"Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru, 'Kasihanilah aku, ya Tuhan, anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.' Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya, 'Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.' Jawab Yesus, 'Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.' Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata, 'Tuhan, tolonglah aku.' Tetapi Yesus menjawab, 'Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing'." (Injil Matius 15: 5-6)
Metafora kata “anjing” dalam Matius 15:5-6 ini, mengacu kepada bangsa di luar Yahudi dan yang dimaksud dengan kata “anak-anak” itu adalah bangsa Yahudi.
Hal tersebut juga menandakan bahwa Nabi Yahudi ini, Isa ‘alaihis salaam, Al Masih, Yesus Kristus sang Mesias, konsekuen melakukan apa yang diajarkannya. Dalam hidupnya dia tidak pernah mengajak orang yang bukan Yahudi untuk mematuhi ajarannya.
Dan dalam memilih pilihannya (12 orang muridnya) beliau meyakinkan bahwa mereka termasuk sukunya, sehingga ramalan lainnya terpenuhi:
"... apabila Anak Manusia bersemayam di tahta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikuti Aku, akan duduk juga di atas tahta untuk menghakimi kedua belas suku Israel...." (Injil - Matius 19: 28).
Dan Isa ‘alaihis salaam, al Masih, sang Mesias Yahudi, tentu saja bukanlah seorang utusan (Rosul), Nabi yang lemah di antara orang-orang Yahudi. Seperti para pendahulunya yang bernama Amos dan Ezekkiel atau Isaiah dan Jeremiah, beliau keras-tegas dalam penghukumannya terhadap formalisme dan kemunafikan bangsa Yahudi saat itu, dengan dipimpin para Rabbi (pendeta Yahudi) mereka. Pendekatannya yang baru dan da'wahnya yang agresif telah membuat kecurigaan tertentu di antara struktur hirarki keagamaan Yahudi saat itu.
Para ahli tulis-menulis (orang-orang terpelajar) dan orang-orang munafik di antara mereka bahkan mendatanginya berkali-kali untuk menguji kesejatian sang Rabbi muda ini. Untuk menghilangkan kecurigaan mereka bahwa dia tidak membawa agama baru dan bahwa dia adalah pembenar semua ajaran terdahulu sebelumnya, Yesus tegas berkata:
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada oranglain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga'." (Injil -Matius 5:17-19).
Dan serupa dengan ini, di Al Quran Surat Ash-Shaff ayat 6 (61:6), disebutkan:
Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rosul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata."
"Ahmad" atau "Muhammad", orang yang mulia, adalah terjemahan dari kata Yunani “Periclytos”. Pada kitab Yohanes 14: 16; 15: 26, dan 16: 7, kata "Comforter" dalam versi Inggris sepadan untuk kata Yunani "Paracletos" yang berarti "penghibur" seorang yang terpanggil untuk menolong orang lain, teman atau sahabat yang baik, yang membawa kabar gembira, lebih daripada sekedar makna 'Comforter'.
Para Doktor ahli Agama berpendapat bahwa “Paracletos” adalah pembacaan yang menyimpang dari “Periclytos”, dan dalam firman asli Yesus ada ramalan tentang Nabi suci penerus Yesus yang bernama Ahmad. Bahkan jika kita baca “Paraclete”, di sana tersirat makna Nabi Suci, "yang penyayang untuk semua mahluk" (QS. Al-Anbiya 107) dan "paling baik dan penyayang kepada pengikutnya" (QS. At-Taubat 128) Lihat juga Al Quran Surat Ali Imran ayat 81.
Dan di Injil disebutkan:
"Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya." (Injil-Ulangan 18: 18)
Pembahasan mendalam mengenai ini dan hubungannya dengan Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam insya Allah akan ditemukan di bagian lain dari tulisan ini, di bagian “MUHAMMAD SHOLALLAHU ’ALAIHI WASALLAM PEMBAWA PESAN KITAB SUCI TERAKHIR DARI TUHAN”
No comments:
Post a Comment
tinggalkan komentar dan nama anda