Yesus sendiri diduga "disalibkan" pada pertengahan masa pemerintahan Pontius Pilatus atau sekitar tahun 30 M (asumsi ini didasarkan pada kurun waktu Pontius Pilatus menjadi pejabat Gubernur Propinsi Yudaea wilayah Yahudi atau Bani Israil dari tahun 26 hingga 36 M).
Gubernur Pontius Pilatus, konon menyerahkan Yesus kepada orang-orang Yahudi untuk disalibkan atas permintaan mayoritas orang Yahudi sendiri yang memang tak mau mengakui Yesus sebagai Nabi baru mereka. Yesus, adalah seorang Rabbi (Guru) muda Israil yang saat itu memiliki cukup banyak pengikut dan mengembalikan pelaksanaan agama ke Hukum Taurat.
Menurut mereka telah ada Yohanes Pembaptis sebagai Nabi yang dimaksud dan dijanjikan, selain berbagai alasan lain mereka dan bahwa ini membahayakan kekuasaan Rabbi dari lain golongan sebelumnya yang banyak ajarannya bertentangan dengan ajaran Yesus dari Nazareth yang memurnikannya dengan mengembalikan hukum masyarakat ke Hukum Taurat.
Maka, Yesus pun dibunuh, disalibkan, oleh permintaan kaum Yahudi. Dan di kemudian hari, berabad-abad kemudian di Abad XX Masehi, di antara berbagai sebab lain, Adolf Hitler penguasa Jerman berusaha melenyapkan Yahudi di muka Bumi, karenanya.
Jadi, antara Injil yang diajarkan oleh Yesus, dengan kitab sinopsis Injil pertama (Injil Markus), berjarak sekitar 40 tahun.
Patut diingat, ini pun terjadi di masa pencatatan berkas di jaman itu masih memakai teknologi dan metodologi verifikasi kuno yang sangat sederhana dan berisiko ketidakcermatan besar, jika dibandingkan teknologi dan manajemen informasi-komputer kini, setidaknya (dan bahkan saat ini di saat data dan informasi bukan lagi masalah besar, masih dapat terjadi masalah berbagai kekeliruan dan salah tafsir pula, apalagi di saat itu).
Dan di masa itu pula, Yahudi sedang dalam keadaan dijajah yang berpengaruh pada ketidakmudahan pendokumentasian Injil. Bahkan masa kacau (chaos) ini berpuncak pada peperangan dengan Romawi pada tahun 70 Masehi, yang menghasilkan pembumihangusan Kuil Solomon (Kuil Sulaiman ‘alaihis salaam) oleh Romawi pula, dan pihak pemberontak tersebut (yang sebagian besar adalah para keluarga dan murid Nabi Isa ‘alaihis salaam).
Sebagai catatan, sisa Kuil Solomon ini, adalah seonggok tembok yang disebut sebagai “Tembok Ratapan” di Daarussalaam (Yerusalem) dan diratapi kaum Yahudi sebagai salah satu bentuk peribadatan mereka. Ini masih dapat disaksikan hingga kini. Di atas Kuil Solomon itu sendiri telah berdiri tegak, Masjidil ‘Aqsa, yang karenanya hendak dihancurkan Yahudi, didorong oleh romantisme mereka akan sangkaan keterpilihan mereka sebagai ‘Bangsa Terpilih’ (the chosen people) yang karenanya patut melestarikan paham dan budaya mereka, menurut mereka.
Puluhan bahkan mungkin beratus versi Injil itu sendiri dipercaya sebagai peninggalan ajaran dari Yesus Kristus oleh pengikutnya, bahkan oleh mayoritasnya hingga kini; walaupun berabad-abad kemudian dibuktikan oleh sebagian umat Kristen sendiri, terutama oleh para ahlinya, adalah bukan demikian, dan bahwa banyak sekali terdapat pertentangan (kontradiksi) isi antarnya termasuk ketidaksesuaiannya dengan prinsip ilmu-pengetahuan atau sains.
Hanya saja, waktu itu pengaruh kekuasaan Romawi begitu kuat, sehingga hanya 4 injil saja yang diakui oleh Gereja Kristen Awal sebagai kanon Perjanjian Baru.
Keempat injil Kristen ini sendiri banyak mengutip ayat2nya dari Septuaginta Perjanjian Lama yang telah diterjemahkan ke bahasa Yunani, disamping gagasan2 pengarangnya sendiri.
Sebagai catatan, di akhir Abad XX M, terbitlah buku berjudul “The Five Gospels: What Did Jesus Really Say? The Search for the AUTHENTIC Words of Jesus”, yang ditulis Robert W. Funk, yang adalah hasil seminar oleh 76 ahli dari berbagai universitas terkenal dari seluruh dunia.
Maksud dari seminar tersebut itu sendiri adalah "To Search for The Autentic Words of Jesus" and "What did Jesus Really Say?".
Hasilnya kesimpulannya kemudian adalah bahwa, “Delapan puluh dua (82%) kata-kata yang dianggap berasal dari Yesus di dalam Injil, tidaklah benar-benar diucapkan oleh Yesus”.
Ini, terutama, dicampuri oleh pemikiran dan perkataan Paulus (Saulus atau Paul), terutama dalam Surat-surat Paulus.
No comments:
Post a Comment
tinggalkan komentar dan nama anda