Penganut Trinitas meyakini bahwa seorang perawan menjadi ibu seorang anak yang merupakan penciptanya.1
Membuktikan eksistensi seorang Yesus historis (historical Jesus) hampir tidak mungkin; ada beberapa teolog Kristen sekarang yang percaya kepada seorang Yesus berdasarkan iman kepada seorang tokoh yang hidup secara aktual dalam sejarah.2 Jadi, saya akan mulai pasal ini dengan pertanyaan, apakah Yesus pernah ada? Dan jika ya, bukti apakah yang kita miliki dari sumbersumber non-Kristen (kriteria “revisionis” yang sama dibuat oleh sarjanasarjana Yudeo-Kristen melawan Islam)? Apa kata sebagian orang Kristen mengenai Yesus? Hal ini akan banyak memberikan penerangan tentang betapa sedikitnya yang diketahui tentangnya dan tentang ketidak jelasan yang menyelimuti kalangan-kalangan Kristen awal. Juga, apakah risalah dia yang sebenarnya? Apakah risalah ini telah hilang pada tahap-tahap awalnya dan tak bisa dikembalikan lagi ataukah masih terpelihara utuh di dalam sebuah buku yang terinspirasikan? Ini adalah sebagian dari pertanyaan-pertanyaan dan topiktopik yang ingin saya garap dalam pasal ini.
1. Apakah Yesus Pemah Ada?
Isu mendasar pertama yang mesti dimunculkan adalah apakah Yesus benar-benar merupakan sebuah figur hidup yang nyata. Orang-orang Islam tanpa ragu-ragu beriman kepada eksistensi Yesus, kelahirannya dari Perawan Suci Maryam dan perannya sebagai salah seorang dari nabi-nabi mulia yang diutus kepada orang-orang Yahudi. Beberapa sarjana Kristen justru lebih banyak ragu tentang historisitas Yesus.
Selama tiga puluh tahun yang lalu para teolog semakin kuat mengakui bahwa tidak mungkin lagi menulis sebuah biografi Yesus, sebab dokumen-dokumen yang lebih awal dari kitab-kitab Injil hampir tidak menerangkan sama sekali tentang kehidupannya, sementara itu kitabkitab Injil hanya menyuguhkan ‘Kerygma’ atau proklamasi keimanan, dan tidak sejarah Yesus.3
i. Referensi-Referensi tentang Yesus dalam Buku-Buku Non-Kristen dari Abad Pertama
Tulisan-tulisan sejarawan Yahudi Josephus (± 100 M.), yang meliputi masa sampai dengan tahun 70 M., memang benar-benar memuat dua bagian mengenai Yesus Kristus. Bagian yang lebih panjang dari keduanya sangat jelas merupakan interpolasi atau penambahan Kristen, karena merupakan “sebuah deskripsi yang menyala-nyala yang tak mungkin ditulis oleh seorang Yahudi ortodoks.”4 Sedangkan bagian yang kedua telah diteliti oleh Schuror, Zahn, von Dobschutz, Juster, dan beberapa sarjana yang lain, dan mereka menganggap kata-kata “saudara laki-laki Yesus, yang disebut Kristus” sebagai sebuah interpolasi lebih lanjut.5 Satu-satunya referensi pagan yang masih disebut secara umum adalah statemen Tacitus,
bahwa orang-orang Kristen `mengambil nama dan asal mereka dari Kristus (Christ), yang, pada masa pemerintahan Tiberius, telah meninggal dunia karena hukuman yang dijatuhkan oleh prokurator Pontius Pilate.’ Tacitus menulis ini sekitar tahun 120 M., dan sejak itu orangorang Kristen sendiri menjadi percaya bahwa Yesus telah mati dengan cara seperti ini. Saya berusaha menunjukkan… bahwa di sana terdapat alasan-alasan yang bagus untuk menduga bahwa Tacitus hanyalah mengulang apa yang waktu itu merupakan pandangan Kristen, dan bahwa dia oleh karena itu bukanlah seorang saksi yang netral.6
ii. Kristus Historis di Lingkungan Kristen
Jadi, kita saksikan bahwa membuktikan Yesus sebagai seorang figur historis menggunakan sumber-sumber utama adalah mustahil. Berasumsi bahwa dia benar-benar telah berjalan di bumi, dan merupakan sebuah figur sentral dalam Ketuhanan, maka agaknya natural belaka bahwa komunitas Kristen harus memelihara segala informasi berkenaan dengannya. Seperti layaknya srornng tigur sport masa kini atau bintang film internasional, segala tetekbengek Yang berhubungan dengannya mesti dikoleksi, dipelihara, dicermati, dan disimpan Akan tetapi, realitasnya sangat berlawanan.
Kehidupan Yesus: Sumber-Sumber Sekunder
Pengaruh Yesus Kristus pada peradaban Barat tidak dapat dikalkulasi, dan dengan begitu mengumpulkan material-material tentang kehidupannya dan ajaran-ajarannya bukanlah permasalahan yang esensial sekali bagi sarjana modern. Akan tetapi pekerjaan ini diliputi dengan banyak kesulitan. Material sumbernya hanya terbatas pada Perjanjian Baru (PB), dan lebih spesifik lagi pada empat Injil. Karena utamanya ditulis untuk mengonversi orang-orang kafir (menjadi Kristen) dan memperteguh orang beriman, Injil-injil ini gagal memberikan banyak hal tentang informasi historis yang krusial yang dibutuhkan para penulis biografi. Dengan demikian, karya-karya itu terbuka untuk berbagai interpretasi, dan para interpreter (penafsir) sering melakukan kesalahan melihat teks melalui filter keyakinan masing-masing mengenai Yesus, menemukan di dalam teks persis seperti apa yang semula ingin mereka temukan.7
Sumber-sumber kanonikal ini, empat Injil dan kitab-kitab PB yang lain, sangat tidak lengkap dan tidak memungkinkan kompilasi objektif tentang sebuah biografi yang utuh. Pada kenyataannya, kehidupan Yesus hanya dianggap relevan sepanjang mendukung dogma Kristen; dengan hanya segenggam dari beberapa bagian Injil yang ditekankan dalam konggregasi (sebagaimana yang diamati Maurice Bucaille),8 tertarik tentang historis Yesus paling sekadar tambahan.
Herman Reimarus, Profesor Bahasa-bahasa Timur di Hamburg pada masa 1700-an, merupakan orang pertama yang berusaha merekonstruksi kehidupan historis Yesus.9 Sebelum Reimarus, “Satu-satunya biografi Yesus… yang penting bagi kita disusun oleh seorang Yesuit dalam bahasa Persi.”10 Biografi ini ditulis pada paruh kedua tahun 1500 dan didesain secara spesifik untuk kebutuhan Akbar, Emperor Moghul. Biografi ini adalah,
sebuah pemalsuan cerdik mengenai kehidupan Yesus di mana penghapusan-penghapusan dan penambahan-penambahan yang diambil dari Apocrypha, diilhami oleh tujuan satu-satunya, yaitu menyuguhkan kebesaran Yesus kepada seorang penguasa yang open-minded, yang mana tidak boleh ada sesuatu apa pun yang melukai perasaannya. 11
Kondisi karya yang meragukan ini tidak menghalanginya untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Latin satu abad berikutnya oleh seorang teolog Gereja Pembaruan yang ingin mendiskreditkan Katolik.12 Oleh karena itu, usaha pertama pada biografi, ditulis enam belas abad penuh setelah kehidupan aktual Yesus yang menapaki lorong-lorong berliku-liku Yerusalem, adalah tidak lebih dari sebuah teks misionaris yang secara historis invalid yang telah menjadi bidak lain dalam perang doktrinal antara Katolik dan Protestan. Bahkan sarjana-sarjana berikutnya telah gagal menyusun sebuah biografi yang viable. Tampaknya setelah hilangnya lnjil yang asli,13 dalam masa dua ribu tahun ini tidak ada satu pun usaha yang berhasil mengompilasi sebuah gambaran ringkas historis tentang Yesus. Robert Funk menjelaskan masalah ini sebagai berikut:
Sejauh yang bisa saya temukan, tak seorang pun yang pernah menyusun [sebuah] daftar tentang semua kata-kata yang dihubungkan atau dinisbatkan kepada Yesus dalam masa tiga ratus tahun pertama menyusul kematiannya…. Di antara buku-buku ilmiah yang ditulis tentang Yesus pada sekitar abad yang lalu… saya tidak dapat menemukan satu pun daftar yang kritis tentang ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan (Yesus)… Tidak ada satu pun [diantara kolega saya] yang menyusun sebuah daftar kasar (mengenai Yesus)… [padahal] kebanyakan dari mereka memberi kuliah atau menulis tentang Yesus hampir setiap harinya.14
Setelah dua puluh abad material historis itu masih senantiasa sangat kurang yang untuk membuat sketsa sebuah kerangka dasar saja menjadi problematika, kecuali jika seseorang memilih mengabaikan historisitas dan sebagai gantinya hanya bersandar pada “Yesus keimanan” (Jesus of taith) seperti yang tergambar dalam PB.15
iii. Kristus dan bahasa-Ibunya
Kekurangan informasi ini begitu meluas sampai-sampai kita tidak tahu hanyak tentang sifat-sifat Yesus yang paling fundamental. .jika daftar lengkap mengenai ucapan-ucapannya saja tidak pernah diketahui para pengikutnya, apakah para sarjana bersepakai tentang bahasa tertentu yang mungkin dahulu digunakan Yesus dalam ucapan-ucapannya? Kitab-kitab Injil, begitu juga penulis-penulis Kristen dahulu maupun kini, telah gagal memberi jawaban yang pasti. Di antara dugaan-dugaan para sarjana awal dalam hal ini, kita mempunyai: dialek Galil bangsa Kaldan (J.J. Scalinger); Suriah (Claude Saumaise); dialek Onkelos dan Jonathan (Brian Walton); Yunani Kuno (Vossius); Ibrani (Delitzsch dan Resch); Aram (Meyer); dan bahkan Latin. (Inchofer, sebab “Tuhan tidak boleh menggunakan bahasa lain apa pun di bumi, karena ini adalah bahasa orang-orang suci di langit”).16
iv. Kristus: Sifat-sifat Moral Tuhan?
Kristus dikatakan sebagai salah saw dari tiga unsur Ketuhanan (Godhead). Siapa pun yang masuk ke sebuah gereja, gereja mana pun yang diakui secara tradisional, bagaimana pun juga akan segera melihat absennya dua per tiga dari Ketuhanan ini secara telanjang, dengan hanya figur satu-satunya yang terpampang, Yesus. Bapak dan Roh Tuhan telah dilupakan hampir sepenuhnya, dan sebagai gantinya Yesus Kristus mendapatkan kedudukan terkemuka. Meskipun peran yang besar ini, perlakuan terhadapnya oleh sebagian penulis Kristen meninggalkan noda-noda hitam dalam warisannya, yang sehingga menjadi sulit untuk menerimanya sebagai seorang figur yang secara universal dicintai orang-orang Kristen-atau setidaknya sebagai seseorang yang moralitasnya mereka anggap pantas diikuti.
a) Canon Montefiore: Yesus Seorang Gay?
Berbicara tentang Yesus pada konferensi the Modern Churchmen di Oxford, 1967, Canon Hugh Montefiore, Pendeta Great St. Mary, Cambridge, menyatakan:
Kawan-kawannya adalah perempuan, tapi dia mencintai laki-laki. Satu fakta yang mencolok adalah bahwa dia tidak kawin, dan kaum lelaki yang tidak kawin biasanya memiliki satu dari tiga sebab: mereka tidak mampu menempuhnya; tidak terdapat gadis; atau mereka secara natural Homoseksual.17
b) Martin Luther: Yesus Berzina Tiga Kali
Martin Luther juga menegasikan image Yesus yang suci. Ini bisa ditemukan dalam Table-Talk-nya Luther,18 yang autentisitasnya tidak pernah diragukan meskipun bagian-bagian tertentu mempermalukan. Arnold Lunn menulis:
Weimer menyitir satu nukilan dari Table-Talk di mana Luther menyatakan bahwa Kristus berzina tiga kali, pertama dengan perempuan di sumur, kedua dengan Mary Magdalena, dan ketiga dengan perempuan yang diambil dalam perzinaan, “Yang dia lepaskan begitu saja. Dengan demikian, Kristus yang begitu suci telah berzina sebelum meninggal.19
2. Murid-Murid Yesus
Mari kita buang tuduhan-tuduhan ini sekarang dan mencermati PB. Barangkali sangat baik memulai diskusi ini dengan mengulas beberapa peristiwa utama menjelang hari-hari akhir hayat Yesus (sebagaimana dijelaskan dalam empat Injil). Sebagai hasil karya keimanan, Injil-injil itu berusaha menggambarkan kedamaian batin Yesus secerah mungkin, sebagaimana yang seharusnya dilakukan. Mari kita teliti gambar-gambar ini untuk mengetahui dengan pasti bukan sifat-sifat Yesus, tapi sifat-sifat para muridnya yang memikul beban menyebarluaskan pesan Yesus. Berdasarkan gambar-gambar mereka di dalam Injil kita akan dapatkan satu ide yang konkret bagaimana PB memandang dirinya sendiri, karena orang-orang ini merupakan cikal-bakal (nucleus) yang melaluinya agama Kristen bersemi.
Matius 26 (Contemporary English Version)
20-21 Sementara Yesus makan [hidangan Paskah] bersama dengan dua belas muridnya petang itu, dia berkata, “Seorang dari antara kalian akan menyerahkan aku kepada musuh-musuhku.”
22 Murid-rnurid menjadi sangat sedih, dan seorang demi seorang berkata kepada Yesus, “Tentu hukan saya yang Bapak maksudkan.”
23 Dia menjawab, “Orang yang makan bersama saya dari tempat makan yang sama akan Mengkhianatiku.”…..
25 Yudas berkata, “Bapak Guru, tentu bukan saya yang Bapak maksudkan!” Yesus menjawab, “Begitulah katamu!” Tapi kemudian, Yudas benar-benar mengkhianatinya.
31 Yesus berkata kepada murid-muridnya, “Pada malam ini juga kamu semua akan lari meninggalkan aku, karena dalam Alkitab tertulis,
‘Aku akan membunuh gembala itu, dan kawanan dombanya akan tercerai-berai.’
32 Tetapi setelah aku dibangkitkan kembali, aku akan mendahului kalian ke Galilea.”
33 Petrus berkata, “Biar semua meninggalkan Bapak, saya sekali-kali tidak!”
34 Yesus menjawab, “Saya ingatkan bahwa sebelum ayam berkokok malam ini juga, engkau tiga kali mengingkari aku.”
35 Tetapi Petrus berkata, “Sekalipun saya harus mati bersama Bapak, saya tidak akan berkata bahwa saya tidak mengenal Bapak.” Dan semua murid yang lain berkata begitu juga.
36 Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-muridnya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Ketika sampai di sana ia berkata kepada mereka, “Duduklah di sini sementara aku pergi berdoa.”
37 Lalu ia mengajak Petrus dan kedua saudara laki-laki (anak Zabedeus), James dan Yohanes, pergi bersama-sama dengan dia. la merasa sedih sekali dan gelisah,
38 dan ia berkata kepada mereka, “Aku sangat sedih serasa akan mati saja. Tinggallah di sini dan turutlah berjaga-jaga dengan aku.”
39 Kemudian Yesus pergi lebih jauh sedikit. Lalu ia tersungkur ke tanah dan berdoa, “Bapa, kalau boleh, janganlah membuatku menderita dengan membuatku minum dari gelas ini. Tetapi lakukan apa yang Engkau inginkan, dan bukan yang aku inginkan.”
40 Yesus kembali dan mendapati murid-muridnya sedang tidur. Kemudian ia berkata kepada Petrus, “Hanya satu jam saja kalian bertiga tidak dapat berjaga dengan aku?
41 Berjaga jagalah dan berdoalah supaya kalian jangan mengalami cobaan. Memang kalian mau melakukan yang benar, tapi kalian lemah.”
42 Sekali lagi Yesus pergi berdoa, katanya, “Bapa, kalau penderitaan ini harus aku alami, dan tidak dapat dielakkan, biarlah kemauan Bapa yang jadi.”
42 Sekali lagi Yesus pergi berdoa, katanya, “Bapa, kalau penderitaan ini harus aku alami, dan tidak dapat dielakkan, biarlah kemauan Bapa yang jadi.”
43 Yesus kernbali lagi dan mendapati rnereka masih juga tidur, karena mereka terlalu mengantuk.
44 Sekali lagi Yesus meninggalkan mereka untuk berdoa dengan mengucapkan kata-kata yang sama.
45 Akhirnya, Yesus kembali kepada murid-muridnya dan berkata, “Masihkah kalian tidur dan istirahat? Lihat, sudah tiba waktunya Anak Manusia diserahkan kepada kuasa orang-orang berdosa.”…
47 Sementara Yesus masih berbicara, Yudas sang pengkhianat itu datang. Dia adalah seorang dari kedua belas murid, dan bersama-sama dengannya datang juga banyak orang yang membawa pedang dan pentungan. Mereka disuruh oleh imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin Yahudi.
48 Yudas sudah memberitahukan kepada mereka sebelumnya, “Orang yang saya cium, itulah orangnya, tangkaplah dia.”
49 Yudas langsung pergi kepada Yesus dan berkata, “Salam, Guru.” Kemudian Yudas menciumnya.
50 Yesus menjawab, “Temanku, kenapa anda kemari? Kemudian orang banyak itu maju dan menangkap Yesus.
51 Salah seorang pengikut Yesus menghunus pedangnya. Dia memarang hamba imam agung sampai putus telinganya.
52 Yesus berkata kepadanya, Masukkan kembali pedangmu ke dalam sarungnya, sebab semua orang yang menggunakan pedangnya akan mati oleh pedang….
55 Lalu Yesus berkata kepada orang banyak itu, “Apakah aku ini penjahat, sampai kalian datang dengan membawa pedang dan pentungan untuk menangkap aku? Setiap hari aku duduk dan mengajar di Rumah Tuhan, dan kalian tidak menangkap aku.
56 Tetapi memang sudah seharusnya begitu supaya terjadilah apa yang ditulis oleh nabi-nabi di dalam Alkitab.” Semua murid-muridnya lari meninggalkan Yesus.
57 Setelah Yesus ditangkap, dia dibawa ke rumah imam agung Kayafas…
58 Petrus mengikuti Yesus dari jauh sampai ke halaman rumah agung. Lalu Petrus masuk ke dalam halaman itu, dan duduk bersama-sama pengawal untuk mengetahui apa yang akan terjadi.
58 Petrus mengikuti Yesus dari jauh sampai ke halaman rumah agung. Lalu Petrus masuk ke dalam halaman itu, dan duduk bersama-sama pengawal untuk mengetahui apa yang akan terjadi.
69 Sementara Petrus sedang duduk di luar, di halaman, salah seorang pelayan wanita datang dan berkata kepada Petrus, “Bukankah engkau juga bersama-sama Yesus orang Galilea itu?
70 Tetapi Petrus berkata di depan setiap orang, “Tidak begitu! Saya tidak tahu apa maksudmu!”
71 Ketika Petrus pergi ke pintu halaman, seorang pelayan wanita yang
lain melihat Petrus, dan berkata kepada orang-orang di situ, “Orang ini tadi juga bersama-sama dengan Yesus dari Nazaret itu.”
72 Lalu Petrus menyangkal lagi, dan bersumpah, “Sungguh-sungguh saya tidak kenal orang itu!”
73 Tidak lama sesudah itu, orang-orang yang berdiri di situ datang kepada Petrus dan berkata, “Pasti engkau salah seorang dari mereka. Itu kentara sekali dari logatmu yang seperti seseorang dari Galilea.”
74 Lalu Petrus mulai menyumpah-nyumpah dan berkata, “Saya tidak kenal orang itu!” Saat itu juga ayam berkokok,
75 dan Petrus teringat bahwa Yesus sudah berkata kepadanya, “Sebelum ayam berkokok, engkau berkata tiga kali bahwa tidak tahu Aku.” Lalu Petrus keluar dan menangis dengan sedih.
i. Beberapa Catatan Tentang Dua Belas Orang Murid
Ada dua hal yang patut dicatat di sini:
- Kedua belas orang murid itu benar-benar telah menerima ajaran dan training khusus, sebab agaknya Yesus memang mempersiapkan pemimpin-pemimpin yang akan menggantikannya. Bagaimana pun juga, di dalam Markus, kedua belas orang tersebut tidak paham apa pun yang diajarkan kepada mereka.20
- Gambar yang disuguhkan oleh keernpat Injilnya para murid Yesus menunjukkan beberapa contoh sikap penakut dan kurang ulet atau tidak tabah, yang meragukan sejauh mana mereka, sebagai pengikut pertama, berhasil meneladani kehidupan Yesus.
Jika kita ambil keempat Injil ini sebagai sebuah gambaran yang jujur tentang kehidupan Yesus dan peristiwa-peristiwa seputar wafatnya, maka apa yang kita baca mengenai murid-muridnya hanya akan menghancurkan kepercayaan pembaca terhadap teks, yang notabene merupakan gambaran para guru agama Kristen generasi pertama. Harus saya katakan bahwa terdapat banyak bukti yang menyangkal paparan-paparan yang diberikan Injil;21 hal ini mernpunyai pengaruh langsung terhadap apakah penggambaran rnengenai para murid itu akurat atau sebaliknya. Jika dianggap akurat, yakni para murid itu benar-benar tidak kompeten, maka berarti ajaran-ajaran Yesus memang lembek dan kompromistis; dan jika dianggap bahwa mereka itu berkompeten, tetapi telah digambarkan secara tidak jujur oleh para penulis setelah mereka, maka berarti akurasi semua Injil itu benar-henar meragukan, dan begitu juga kredo-kredonya.
1. B. Montagu (ed.), The Works of Francis Bacon, Willian Pickering, London, 1831, vii:410.
2. Bultmann seperti dinukil oleh G.A. Wells, Did Jesus Exist?, edisi ke-2, Pemberton, London, 1986, hlm. 9
7. Dictionary of the Bible, hlm. 477.
8. Maurice Bucaille, The Bible, the Qur’an and Science, American Trust Publications, Indiana Polis, Indiana, 1978.
9. Albert Schweitzer, The Quest of the Historical Jesus, Collier Books, 1968, hlm. 13. Selanjutnya disebut Schweitzer.
10. Ibid, hlm. 13.
10. Ibid, hlm. 13.
13. Yakni tulisan-tulisan para murid sendiri mengenai ajaran-ajaran Yesus. Lihat buku ini hlm. 311-312.
14. R.W. Funk, B.B. Scott dan J.R. Butts, The Parables of Jesus: Red Letter Edition, Polebridge Press, Sonoma, California, 1988, hlm. xi.
15. Bultmann, sebagaimana dirujuk oleh G.A. Wells, Did Jesus Exist?, hlm. 9.
16. Schweitrer, hlm. 271, 275.
16. Schweitrer, hlm. 271, 275.
19. Arnold Lunn, The Revolt Against Reason, Eyes & Spottiswoode (Publishers), London, 1950, hlm. 233. Inilah aslinya: “Christus adultery. Christus ist am ersten ein ebrecher worden Joh. 4, be idem brunn cum muliere, quia illi dicebant: Nemo significant, quid tacit cum ea? Item cum Magdalena, item cum adultera Joan. 8, die er so Ieicht dauon lies. Also mus der from Christus auch am ersten ein ebrecher warden ehe er starb.”
20. B.M. Metzger dan M.D. Coogan (ed.), The Oxford Companion to the Bible, Oxford Univ. Press, 1993, hlm. 783. Selanjutnya disebut The Oxford Companion to the Bible.
No comments:
Post a Comment
tinggalkan komentar dan nama anda