Sebagian besar umat Islam, Hindu, Budha atau pemeluk agama yang lain tentu telah
mengenal nama Imanuel walaupun tidak mengetahui apa atau siapa sebenarnya yang
dimaksud Imanuel, pengetahuannya hanya sebatas bahwa nama Imanuel adalah nama
dari Kristen yang mungkin diketahuinya dari mengenal ada seseorang atau
sekolahan atau gereja yang bernama Imanuel.
Memang benar, nama Imanuel
adalah nama yang berasal dari Kristen dan hanya digunakan oleh orang-orang
Kristen saja, bagi orang-orang yang beragama Kristen nama Imanuel adalah nama
yang sangat akrab dan sangat dipahami apa makna nama tersebut, di dalam kitab
Bible Imanuel artinya :
Umat Kristiani meng-iman-i
bahwa berdasarkan Injil Matius yang dimaksud Imanuel adalah Yesus, nama Imanuel
adalah nama dari seorang bayi yang diramalkan –nubu(w)at- akan lahir dari
seorang perempuan muda di masa yang akan datang. ± 730 tahun kemudian lahirlah
Yesus dan seorang pegawai pajak yang bernama Matius menulis kisah Yesus dari
lahirnya hingga terangkat ke langit, dan di dalamnya menyatakan bahwa Yesus
adalah Imanuel yang dinubuatkan -tulisan Matius kemudian hari dikenal sebagai
Injil Matius-.
Namun perlu untuk dikaji ulang apakah benar Imanuel
adalah nama pribadi dari Yesus atau gelar bagi Yesus atau justru sama sekali
tidak ada hubungannya dengan Yesus, hal ini menarik karena dengan kajian yang
sedikit lebih seksama nama itu nampak tidak berhubungan dengan
Yesus.
Kajian ini sama sekali tidak untuk membantah eksistensi Yesus
terlahir ke dunia ini, tetapi kajian ini untuk mendapatkan jawaban benarkah
Yesus adalah Imanuel yang dinubuatkan ?, sikap Matius yang telah
menghubung-hubungkan nubuat akan lahirnya seseorang yang bernama Imanuel dengan
diri Yesus menjadikan Injil Matius dipertaruhkan kevaliditasannya sebagai
tulisan yang diklaim berdasarkan ilham. Padahal andaikata Matius tidak melakukan
hal itu, tentu tidak akan mengurangi eksistensi Yesus terlahir ke dunia ini.
NUBUAT LAHIRNYA IMANUEL
Pada tahun 735 SM, terjadi
perang antara Siria yang bersekutu dengan Israel melawan Yehuda ( Yesaya 7:1
Dalam zaman Ahas bin Yotam bin Uzia, raja Yehuda, maka Rezin, raja Aram, dengan
Pekah bin Remalya, raja Israel, maju ke Yerusalem untuk berperang melawan kota
itu, namun mereka tidak dapat mengalahkannya.) yang dikenal dengan perang
Siro-Ef-raim. Peperangan tersebut disulut oleh keinginan Siria dan Israel
menggalang sebuah koalisi dengan Yehuda guna menghadang meluasnya kekuasaan
negeri Asyur, namun Ahas ragu dan menolak, maka Siria dan Israel memutuskan
untuk memerangi Yehuda dan berusaha mengganti raja Ahas dengan raja yang
baru.
Pemerintahan Yehuda adalah pemerintahan yang dipilih oleh Allah,
sehingga Ahas beserta rakyatnya yakin bahwa Allah akan menjaganya dari serangan
Siria-Israel, namun demikian ketika Siria-Israel telah mengepungnya gentarlah
hati Ahas ( Yesaya 7:2 …….. maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar
ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin.) Ahas-pun
mempunyai inisiatif untuk meminta bantuan kepada Asyur untuk menggagalkan
serangan Siria dan Israel.
Kemudian Allah memerintahkan Yesaya (Bagi
umat Kristen, Yesaya adalah seorang nabi, tapi bagi umat Islam tidak mengenal
nabi Yesaya, untuk itu Al-Islah tetap menulis Yesaya.) untuk menjumpai Ahas
guna memberi saran agar Ahas tetap tenang dan tidak takut (Yesaya 7:4 dan
katakanlah kepadanya: Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah
takut…) dan tidak meminta bantuan kepada Asyur. Alasannya, pertama, meminta
bantuan kepada Asyur tidak akan menjadikan pemerintahan Ahas lebih baik di
kemudian hari, kedua, karena Allah akan menjaga pemerintahan Ahas dan
menggagalkan pemberontakan Siria dan Israel untuk menghancurkan pemerintahan
Ahas ( Yesaya 7:7 : maka beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak akan sampai hal
itu, dan tidak akan terjadi.)
Namun sepertinya Ahas pesimis terhadap
apa yang disampaikan Yesaya tentang jaminan dari Allah tersebut, maka untuk
meyakinkan Ahas Yesaya menyampaikan nubuat dari Allah tentang tanda-tanda dan
saat akan dihancurkannya Siria dan Israel :
Sebab itu Tuhan sendirilah
yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perem-puan
muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan
menamakan Dia Imanuel.
Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu
menolak yang jahat dan memilih yang baik, sebab sebelum anak itu tahu menolak
yang jahat dan memilih yang baik, maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti
akan ditinggalkan kosong.
Yesaya 7:14-16
Nubuatan dalam
ayat tersebut sangat nyata dan mudah dicerna, bahwa Allah akan memberikan tanda
kepada Ahas berupa :
- Seorang perempuan muda (belum kawin) yang mengandung dan melahirkan bayi
laki-laki.
- Perempuan itu akan memberinya nama Imanuel
- Sebelum anak itu mampu menolak kejahatan dan memilih yang baik (antara umur 5-20 tahun) maka negeri Siria dan Israel akan ditinggalkan kosong dan tidak ada pemerintahan lagi.
NUBUAT TELAH
TERGENAPI
Dan pada tahun 722 SM yaitu sekitar 13 tahun setelah nubuat
itu disampaikan oleh Ye-saya kepada Ahas, negeri Siria dan Israel telah hancur
secara definitif (Tafsir Alkitab Perjanjian Lama dalam menafsirkan Kitab
Yesaya pasal 7 ayat 1-25, Lembaga Biblika Indonesia terbitan Kanisius, halaman
520-521), maka tidak ada lagi ancaman bagi pemerintahan Ahas, keadaan ini
adalah keadaan seperti yang dijanjikan Allah kepada Ahas melalui Yesaya. Fakta
tersebut mengindikasikan bahwa nubuat dalam Yesaya 7:14-16 telah terpenuhi 13
tahun kemudian walaupun tidak disinggung tentang kelahiran seorang bayi bernama
Imanuel dari seorang perempuan muda.
Alasan mengapa tidak dikisahkan
kelahiran Imanuel padahal janji Allah telah terpenuhi adalah karena dalam
nubuatan tersebut yaitu Yesaya 7:14-16 Imanuel hanyalah sebagai tanda saat akan
kehancuran Siria dan Israel bukan sebagai penyebab kehancuran Siria dan
Israel.
Memang masih sangat terbuka untuk didiskusikan apakah Imanuel
ketika itu -722 SM- sudah lahir atau belum, tetapi yang jelas janji Allah untuk
menggagalkan serangan Siria dan Israel sudah tergenapi.
KELAHIRAN
YESUS
Menurut tradisi Kristen, pada tahun 6 SM, seorang perempuan
perawan bernama Maria (Islam Siti Maryam) melahirkan seorang bayi laki-laki,
konon Maria mempunyai seorang suami bernama Yusuf (dalam Islam tidak disebutkan
bahwa Maria mempunyai suami), ternyata sebelum Yusuf menjadi suaminya Maria
sudah terlebih dahulu hamil, hal ini menjadikan Yusuf meragukan kesucian Maria.
Dalam keraguan tersebut Yusuf bermimpi bertemu Malaikat Tuhan yang
memberitahukan bahwa Maria istri-nya adalah seorang perawan yang suci –bukan
mengandung dari seorang laki-laki – yang akan melahirkan se-orang bayi laki-laki
dan malaikat tersebut me-merintahkan kepada yusuf untuk memberikan nama kepada
bayi yang akan dilahirkan Maria dengan nama Yesus.
Dan ketika Maria
melahirkan bayi yang dikandungnya, Yusuf memberi nama bayi tersebut sesuai dalam
mimpinya yaitu Yesus.
MATIUS MENULIS
Enam-puluh-lima
tahun (65 thn) setelah kelahiran Yesus atau sekitar 30 tahun setelah Yesus
terangkat ke langit, Matius menulis silsilah Yesus, kelahiran Yesus, dakwah
Yesus hingga Yesus terangkat ke langit, tulisan Matius tersebut dikemudian hari
disebut sebagai Injil karangan Matius yaitu salah satu kitab suci agama Kristen
-dalam tradisi Islam tulisan semacam itu hanya sampai pada taraf karya
sejarah, seperti sirah Ibnu Ishaq atau Ibnu Hisyam dan lain-lain yang tidak bisa
disebut sebagai kitab suci-.
Melihat fakta kelahiran Yesus dari
seorang perawan Matius segera menyimpulkan tanpa melihat konteks ayat-ayatnya
bahwa ‘perawan Maria’ adalah ‘perempuan muda’ yang dinubuatkan dalam Yesaya 7:14
dan menulisnya :
Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan
Tuhan oleh nabi:
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --
yang berarti: Allah menyertai kita.
Matius 1:22-23
Tulisan
Matius tersebut telah menjadikan umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah
Imanuel seperti yang di nubuatkan dalam Yesaya
7:14.
BENARKAH YESUS ITU IMANUEL ?
Namun menjadi
pertanyaan besar apakah benar Yesus adalah Imanuel ?, hal ini karena
:
Pertama, kelahiran Imanuel yang dinubuatkan dalam Yesaya 7:14
hanyalah untuk menandai bahwa kehancuran negeri Siria dan Israel akan segera
terjadi, dan pada tahun 722 SM Israel dan Siria secara definitif telah hancur.
Se-hingga secara eksplisit Imanuel telah lahir sebelum tahun 722 SM, maka
mengklaim Yesus sebagai Imanuel adalah keluar jauh dari konteks nubuat dalam
Yesaya 7:14.
Kedua, Yusuf atas petunjuk Malaikat akan menamakan
bayi yang dilahirkan Maria dengan nama Yesus ( bukan Imanuel ) :
Ia
(Maria) akan melahirkan anak laki-laki dan engkau (Yusuf) akan menamakan Dia
Yesus….. Matius 1:21
……… ia (Maria) melahirkan anaknya laki-laki dan
Yusuf menamakan Dia Yesus.
Matius 1:25
Sedangkan dalam
nubuat Yesaya 7:14 bayi laki-laki tersebut akan diberi nama
Imanuel.
Ketiga, Yesaya 7:14 menyebutkan :
… seorang
perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki…
Yesaya 7:14
Dalam ayat itu disebutkan perempuan muda,
sementara Matius menulis anak dara :
"anak dara itu akan mengandung
dan melahirkan seorang anak laki-laki…. Matius 1:23
Kutipan
Matius tersebut terkesan membiaskan makna, dalam bahasa Ibrani, antara perempuan
muda dan anak dara terdapat perbedaan yang sangat besar, almah adalah kata yang
mewakili perempuan muda dan Na’ara atau betula mewakili anak dara.
Almah artinya seorang wanita muda yang belum menikah, almah yang
mengandung bisa jadi seorang perawan yang mengandung dan ini merupakan peristiwa
ajaib, tetapi juga bisa berarti seorang perempuan yang bereputasi buruk –pelacur
atau hamil diluar nikah-. Nubuat dalam Yesaya 7:14 secara kontekstual tidak
menekankan pada kelahiran yang ajaib namun hanya sebagai tanda akan terjadinya
sesuatu.
Na’ara artinya anak dara dan belum menikah, betula
artinya anak dara dan sudah menikah –dalam masa tunangan-. Maria adalah betula
bukan almah, karena Maria sudah mempunyai suami yaitu
Yusuf.
MENGAPA MATIUS MENULISNYA ?
Pertama,
dalam ‘Tafsir Alkitab Perjanjian Lama’ Lembaga Biblika Indonesia terbitan
Kanisius halaman 521 disebutkan :
“Dalam Injil, kelahiran dalam
keadaan tak terduga tidak pernah dipandang sebagai kehadiran
Allah”
Agaknya Matius ingin memberikan kesan bahwa kelahiran Yesus
adalah kelahiran yang telah sejak lama direncanakan dan di-tunggu-tunggu atau
dengan kata lain Matius ingin memberikan kesan bahwa kelahiran Yesus adalah
sebagai tanda kehadiran Allah, sehingga ketika adanya fakta kelahiran Yesus dan
adanya nubuat dalam Yesaya 7:14 yang secara sepintas belum terpenuhi, Matius
begitu saja menyimpulkan :
Hal itu terjadi supaya genaplah yang
difirmankan Tuhan oleh nabi (Yesaya) Matius 1:22
Padahal
ketiga pengarang Injil yang lain –Markus, Lukas dan Yohanes- sama sekali tidak
menyinggung kelahiran Yesus sebagai pemenuhan nubuat dalam Yesaya 7:14 dan sama
sekali tidak ada ayat-ayat dalam Injil karangan mereka baik secara implisit
maupun eksplist yang menyatakan Imanuel adalah Yesus atau Yesus adalah Imenuel.
Dan hal itu sama sekali tidak mengurangi makna kelahiran Yesus ke dunia ini,
kelahiran Yesus yang ajaib dari seorang perawan dan mukjizat-mukjizat yang
diberikan Allah kepadanya sudah sangat cukup sebagai
bukti.
Kedua, secara keseluruhan, bahasa yang digunakan dalam
penyusunan kitab-kitab dalam Perjanjian Lama –salah satunya adalah kitab Yesaya-
adalah bahasa Ibrani yaitu bahasa dari umat tempat kitab itu diturunkan,
kemudian ada seseorang yang ingin mempunyai terjemahan kitab-kitab tersebut
dalam bahasa Yunani untuk disimpan di perpustakaanya, maka dibentuklah tim ahli
untuk menterjemahkan kitab tersebut yang terdiri dari 70 orang -Septuaginta-
yang kemudian dikenal dengan terjemahan Septuaginta atau LXX.
(angka Romawi :
L=50, X = 20 , ------ jadi LXX=70).
Di sinilah titik yang paling
kritis dan dapat menyebabkan kesalahan yang sangat serius, karena dalam bahasa
Ibrani ada beberapa/banyak kata yang hanya memiliki satu makna dan terjemahan
dalam bahasa Yunaninya memiliki beberapa makna.
Matius dipastikan
menggunakan kitab berbahsa Yunani sebagai sumber acuan kutipan nubuat Yesaya
7:14. Dalam nubuat tersebut terdapat kata ‘Perempuan Muda’ yang dalam bahasa
Ibrani diwakili oelh kata ALMAH dan dalam bahasa Yunani diwakili oleh
kata PARTHENOS.
ALMAH hanya memiliki satu makna yaitu
perempuan muda, sedangkan PAR-THENOS memiliki beberapa arti yaitu perempuan muda
atau perawan. Ketika Matius melihat Maria mengandung Yesus dalam keadaan perawan
terburu-buru mengasumsikan bahwa PARTHENOS berarti perawan dan segera
menyimpulkan nubuat Yesaya 7:14 digenapi oleh kelahiran Yesus, padahal jika
Matius mau memeriksa teks aslinya yang berbahasa Ibrani Matius pasti akan
memahami bahwa interpretasi atas nubuat semacam itu adalah
mustahil.
Menterjemahkan ALMAH menjadi PARTHENOS adalah benar,
tetapi mengasumsikan PARTHENOS sebagai perawan dalam Yesaya 7:14 adalah
salah baik secara teks maupun konteks. Wallahu
a’lam.
==========oOo==========
Matius agaknya lebih
tertarik dengan gagasan-gagasan daripada fakta-fakta; dan kadang-kadang ia
bersedia menyusun fakta-fakta sejauh fakta-fakta tersebut sesuai dengan
gagasan-gagasan-nya. Fenton JC 1973 – hal 41
....segolongan dari
mereka mendengar fir-man Allah, lalu mereka mengubah-nya setelah mereka
memahaminya, sedang mereka mengetahui…. QS. 2:75
==========oOo==========
No comments:
Post a Comment
tinggalkan komentar dan nama anda