MENURUT ANDA, BLOG INI ?

Thursday 6 January 2011

Tahapan-tahapan dan Aspek yang Berbeda dari Satu Oknum TRINITAS


Kemungkinan pertama tidak perlu dibahas panjang lebar sebab hampir tidak ada orang Kristen zaman sekarang yang lebih mengimani Yesus sebagai sebuah aspek atau salah satu fase Tuhan, daripada mengimani beliau sebagai satu oknum berbeda. Orang-orang yang percaya pada Trinitas bersikeras bahwa terdapat tiga oknum berbeda yang menyatu menjadi satu.
Pada saat seseorang mengakui skenario bahwa satu oknum memiliki aspek-aspek berbeda yang ditampilkan secara bersamaan, maka konsep Trinitas, yakni tiga tuhan dalam satu, akan menguap jadi udara, dan Trinitas tidak tersisa lagi. Sehingga, sang Tuhan Bapak lah, tergerak oleh kasih-sayang-Nya, yang mati demi dosa-dosa manusia. Dalam kasus ini hal itu hanya merupakan suatu fase peralihan dari oknum yang sama. Aspek-aspek bukanlah oknum, dan demikian pula fase-fase tidaklah menciptakan wujud yang terpisah. Manusia mana pun dapat menjalani berbagai macam perasaan dan aspek, tanpa harus terbelah menjadi dua atau tiga atau banyak oknum. Oleh karena itu, jika Tuhan memutuskan untuk mati demi manusia yang penuh dosa, itu adalah Tuhan sendiri dan bukan aspek-Nya yang melakukan hal tersebut.
Oleh sebab itu, mengenai kasus yang menjadi perhatian ini, yakni aspek Tuhan yang telah memainkan sebuah peran vital dalam pengorbanan Tuhan demi manusia yang penuh dosa, hanya dapat dipahami sebagai penampakan satu sifat-Nya. Jadi, jika sifat kasihsayang Tuhan itu sendiri diperlakukan sebagai seorang 'oknum' dan oknum tersebut telah dinamakan Yesus Kristus, maka yang telah mati itu adalah 'kasih-sayang' Tuhan. Sungguh merupakan kontradiksi aneh, bahwa kasih-sayang Tuhan karena iba terhadap manusia yang penuh dosa lalu melakukan aksi bunuh diri. Hal itu secara tidak langsung mengungkapkan bahwa selama tiga hari tiga malam tidak ada sifat kasihsayang yang tertinggal pada diri Tuhan.
Ingat, dalam skenario ini, Yesus tidak diperlakukan sebagai suatu oknum terpisah yang berdiri sendiri, melainkan hanya sebagai sebuah sifat atau aspek Tuhan, yang dalamnya beliau menjadi semacam kasih-sayang yang menjelma sebagai wujud. Akan tetapi wujud ini tetap merupakan satu unsur yang tidak terpisahkan dari Tuhan. Jadi, jika ada yang telah mati dalam proses tersebut, hal itu mestilah wujud Tuhan, atau sifat kasih-sayang-Nya yang telah memainkan peran sangat vital dalam episode ini. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain kecuali mempercayai kematian sifat kasih sayang Tuhan, atau kematian Tuhan Yang Maha Pengasih itu sendiri.
Banyak kerumitan yang timbul dari penda'waan bahwa aspek-aspek seorang oknum tunggal dapat dihapuskan dari keberadaannya, untuk sementara atau selamanya. Skenario ini hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan penerapannya pada apa yang dialami manusia. Seorang manusia dapat kehilangan penglihatan atau pun pendengaran untuk sementara atau selamanya, tetapi dia tetap merupakan orang hidup yang sama. Kematian suatu kemampuan, memang merupakan kematian parsial bagi orang yang sama. Dalam analisa utama, orang yang kehilangan atau mengalami hal itu tetap merupakan orang yang sama.

No comments:

Post a Comment

tinggalkan komentar dan nama anda