MENURUT ANDA, BLOG INI ?

Tuesday, 19 July 2011

Muhammad & Kristus 4

Meskipun mu’jizat penyembuhan Yesus tidak menempati kedudukan yang tertinggi di dalam catatan berbagai mu’jizat, tidak pula di antara perbuatan utama dan menakjubkan yang mungkin dilakukan, namun mungkin itulah kisah yang paling asli dalam ucapan tamsil atau kiasan. Di sini pun Elisa dan Eliya sama memiliki nilai seperti Yesus. Elisha menyembuhkan lepra si Naaman (2 Raja-raja 5:1-14), dan mengembalikan penglihatan banyak orang yang dahulu buta secara menakjubkan:

“Dan ketika mereka datang untuk menyerang, Elisa berdo’a, Tuhan, butakanlah kiranya orang-orang ini. Tuhan mengabulkan do’a Elisa, dan mereka semuanya menjadi buta… Pada waktu mereka memasuki kota Samaria, Elisa berkata, Tuhan, bukalah mata orang-orang ini agar mereka bisa melihat. Dan Tuhan membuka mata mereka, kemudian mereka melihat” (2 Raja-raja 6:17-20).

Beberapa pekerjaan yang luar biasa yang dilakukan para nabi seperti tertera di dalam Perjanjian Lama, lihatlah 2 Raja-raja 4:1-7, 14-17, 40, 44,; 2:8, 14, 19-22; 6:5-6; Joshua 3:17; Ezekil 37:10 dll.

Jika mu’jizat luar biasa yang dapat menyembuhkan orang sakit terbatas pada para nabi, sebagaimana dikisahkan dalam Perjanjian Lama, niscaya mereka telah memegang teguh paling tidak lingkaran cahaya suci kemuliaan mereka. Tapi ketika kita menjumpai periode Perjanjian Baru, mu’jizat penyembuhan itu menjadi perkara biasa saja. Ketika dicemoohkan oleh kaum Parisi sewaktu mengusir setan atau roh jahat dengan pertolongan Beelzebul, Yesus menjawab, “Jika aku mengusir roh jahat dengan kuasa Beelzebul, oleh siapa anak-anak kamu mengusir roh jahat itu” (Matius 12:27; Lukas 11:19). Di sini jelas sekali bahwa itu diakukan ke mulut Yesus bahkan para murid kaum Parisi yang melawan Yesus Kristus pun dapat melakukan mu’jizat penyembuhan, atau dapat mengusir roh jahat, sebagaimana ditulis di dalam Injil tersebut. Lagi-lagi kita diberitahu bahwa seseorang yang tidak mengikuti Yesus bisa melakukan mu’jizat yang sama seperti pekerjaan Yesus sehari hari.

“Guru, kami melihat seseorang mengusir roh jahat atas namamu, dan dia bukan pengikut kita … Tapi Yesus berkata, Jangan melarang dia, karena tak akan ada orang yang bisa melakukan mu’jizat atas namaku yang bisa menjelek-jelekkan aku” (Markus 9:38,39).

Dan begitu pula mereka yang ditolak Yesus di pengadilan tinggi dapat melakukan mu’jizat:

“Banyak sekali yang akan berkata kepadaku pada hari itu, Tuhanku, Tuhanku, bisakah kami meramal atas namamu? Dan atas namamu pula mengusir roh jahat? Dan dengan atas namamu pula melakukan keajaiban?

Nah, bahkan nabi palsu pun dapat menunjukkan keajaiban: “Akan muncul Kristus palsu, dan nabi palsu, dan akan menunjukkan keajaiban dan mu’jizat luar biasa” Matius 24:24).

Yang paling aneh dari semua cerita tersebut adalah penyembuhan kolam yang terdapat pada Injil Yohanes:

“Kini di Yerusalem dekat pasar domba ada satu kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda, mempunyai lima pintu masuk. Di sana tergeletak banyak orang sakit, ada yang buta, ada yang timpang dan ada pula yang lumpuh, mereka menunggu bergeraknya air kolam. Karena malaikat adakalanya turun ke kolam itu, kemudian menggoncangkan airnya, maka barangsiapa yang pertama kali masuk ke dalam kolam selagi air berguncang, ia akan sembuh dari penyakit apa saja”. (Yohanes 5:2-4).

Versi yang direvisi menghilangkan bagian belakang karena dianggap sebagai interpolasi atau sisipan kemudian kesulitan arti penyembuhan kolam itu pun menjadi memiliki kekuatan yang sama seperti “anak Tuhan” tidak dapat dihindari.

Anekdot kecil ini dicatat oleh Injil menjadi kekuatan argumen mu’jizat yang menyeluruh. Setiap orang Kristen yang telah membaca seluruh Injil tidak berani membicarakan mu’jizat ini sebagai bukti kebenaran Kristus sebagai seorang Nabi, untuk tidak mengatakan ketuhanannya. Tapi apa yang lebih buruk lagi, pernyataan Injil itu menunjukkan keajaiban yang luar biasa, dan seorang penginjil mencoba memperkaya cerita yang masih kurang lengkap itu dengan cerita lainnya. Di sini saya tidak akan mengemukakan lebih detail lagi, namun akan mengantar para pembaca kepada satu kesimpulan yang disampaikan oleh seorang pengeritik Kristen di dalam Encyclopaedia Biblica:

Kesimpulan itu tak dapat dihindari, bahkan seorang penginjil pun yang menceritakan perkara tertentu banyak melibatkan perkara supernatural lebih dari lain-lainnya, ia masih jauh dari judul yang ada di situ untuk mengakui secara mutlak kisahnya. Dalam tingkat yang sama bagi yang datang belakangan, melakukannya juga tanpa sepengetahuan yang datang terlebih dahulu.

Dan lagi:

Tidak begitu sulit untuk dimengerti bagaimana para penulis ceritaYesus, setelah melihat perbuatan ajaib atau setelah itu dilakukan olehnya yang mereka anggap sebagai mu’jizat, menguatkannya dengan setiap jenis kekuatan mu’jizat lainnya tanpa dibedakan, sebagaimana pikiran modern mengira, antara mu’jizat yang mempengaruhi lahiriah dan yang bukan. Ini pun perlu diperhatikan bahwa penyembuhan tersebut hanyalah bersifat temporal saja. (Art. Injil).

Lebih-lebih terhadap pengaruh berlebihan dari kisah yang mengherankan, yang salah menerapkan antara jasmani dan rohani, sebagaimana telah saya tunjukkan dalam membicarakan mu’jizat yang behubungan dengan menghidupkan orang yang sudah mati di atas. Ini jelas sekali ditunjukkan oleh cerita kisah yang disampaikan kepada Yohanes Pembaptis: “Orang buta menerima cahaya, dan yang lumpuh berjalan, yang lepra disembuhkan, dan orang tuli mendengar, dan orang mati dihidupkan, dan yang miskin diberi Injil yang diajarkan kepada mereka”. Dan ketika para murid Yesus gagal mengusir setan atau roh jahat, Yesus memberitahukan: “Ini tidak akan bisa terjadi kecuali dengan berdo’a dan berpuasa” (Matius 17:21). Dengan jalan berdo’a dan berpuasalah kekuatan itu bisa mengusir setan dari manusia, dan ini jelas sekali setanlah yang mempengaruhi jiwa manusia dan bukan fisik manusia.

Pandangan yang dikemukakan oleh Qur’an Suci jelas sekali tanpa mengundang keraguan. Dalam tiga kejadian yang berbeda, Qur’an Suci membicarakan penyembuhan: yakni dalam Surat 10:57; 17:82 dan 41:44. Sebenarnya penyembuhan ini adalah salah satu nama yang dikenalkan Kitab Suci. Pengungkapan nama ini adalah penting artinya. Qur’an menunjukkan bahwa penyembuhan efektif yang dilakukan oleh para Nabiyullah itu sifatnya berbeda sekali dengan menyingkirkan penyakit jasmaniah. Lagi dan lagi bahwa yang tuli dan bisu serta buta berkali-kali disebutkan di dalam Qur’an; tapi itu bukan gerombolan orang seperti yang diceritakan ramai-ramai mengikuti Yesus yaitu: “Dan serombongan besar mengikutinya dan semuanya disembuhkan” (Matius 12:15), ya bukan itu!. Qur’an sendiri menjelaskan apa yang dimaksud orang-orang buta, tuli dan sebagainya:

“Mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka tak mengerti, dan mereka punya mata yang dengan itu mereka tak melihat, dan mereka punya telinga yang dengan itu mereka tak mendengar” (7:179).

“Sesungguhnya bukan mata yang buta, tapi buta hatinya yang ada di dalam dada” (22:46).

Pernyataan yang sama seperti itu banyak sekali disebutkan di dalam Qur’an Suci, namun demi singkat dan jelas, kiranya cukup apa yang telah dikutip di atas saja. Saya tak perlu memberikan contoh banyak-banyak. Apa yang ditinggalkan secara gelap oleh Injil dibuat jelas oleh Qur’an Suci dan dalam perkara inilah Kitab Suci ini berbicara mengenai penyembuhan yang efektif oleh para Nabiyullah, yang salah seorang di antara mereka itu adalah Yesus sendiri.

No comments:

Post a Comment

tinggalkan komentar dan nama anda